Mohon tunggu...
Ilmiawan
Ilmiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lagi belajar nulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Tembok-Tembok

31 Agustus 2022   01:27 Diperbarui: 3 September 2022   00:15 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi tembok yang retak. (sumber: pixabay.com/jolande)

Delusiku menghilang. Sehingga aku bisa merasakannya betul, tembok-tembok itu berjatuhan tiada ujungnya dan debu-debu bergelimangan mengotori pandanganku. 

Aku berjongkok. Memejamkan mata. Menutup telinga. Aku bersiul. Cukup lama. Lama. Lama dan aku mendengar ibu mengetuk pintu setelah ayah membanting pintu di lantai bawah.

"Nak, ada sesuatu yang ingin ibu bicarakan," katanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun