Berdasarkan pengamatan penulis, pemanfaatan buaian kaliang pada pementasan itu bukanlah sebagai buaian kaliang atau permainan di atas panggung, tetapi sebuah properti yang disimbolkan sebagai kapal yang digunakan oleh para putra mahkota Raja Iskandar Zulkarnain dalam perjalanannya menuju wilayah-wilayah ayahnya.Â
Namun mengapa disela-sela pergantian adegan, buaian kaliang itu diputar-putar oleh para penggerak disertai dengan alunan musik khas dari talempong dan orang-oran berjalan melingkar membawa tikar?Â
Itu masih menjadi pertanyaan yang membekas bagi penulis selepas menyaksikan video pementasan yang berdurasi satu jam lebih itu di Youtube, apakah itu menandakan bahwa perjalanan mereka sedang berlangsung ataukah agar pertunjukkan tidak monoton?Â
Entahlah tetapi durasi satu jam lebih tak terasa dikarenakan sepanjang pertunjukkan, tak habis-habisnya penonton disajikan dengan kualitas akting yang memukau ditambah sesekali adanya adegan-adegan humor yang berhasil mengundang tawa.
Penamaan judul "Mandi Angin" hingga kini juga masih terus berputar di kepala penulis, mengapa "Mandi Angin"? Kenapa bukan "Pelayaran Tiga Putra Mahkota Raja Iskandar Zulkarnain"?Â
Atau judul yang menjelaskan secara terang-terangan isi dari drama yang dipertontonkan itu? Namun begitulah indahnya karya sastra, sama halnya bagi mereka yang menyukai novel-novel misteri. Sepanjang pementasan, akan selalu menduga-duga apa yang terjadi, apa kejadian selanjutnya, dan apakah ini makna dari judul karya sastra tersebut.Â
Dan hasil interpretasi penulis atas pertunjukkan teater "Mandi Angin" ini, pemberian judul "Mandi Angin" ini berkaitan dengan penggunaan buaian kaliang sebagai kapal, dan tentu di lautan yang luas tak ada yang lain selain hembusan angin dan air yang berombak-ombal.Â
Kata 'mandi' menurut KBBI adalah menyiramkan tubuh dengan air, dan kata 'mandi' pada judul naskah drama ini menjelaskan bahwa para putra mahkota Raja Iskandar Zulkarnain selama perjalanannya menuju wilayah-wilayah kekuasaan ayahnya via laut selalu diterpa oleh hembusan angin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H