Contoh lain  yang menggambarkan penuh hubungan atas fenomena ini dengan cancel culture adalah sebuah tempat makan yang mendapat ulasan buruk akibat salah satu video dari pelanggan yang menjadi viral berisi tentang pengalaman tidak menyenangkan pelanggan tersebut.Â
Pada akhirnya hampir seluruh dari penonton dari video tersebut memberi ulasan buruk yang sama walaupun tidak memiliki pengalaman atau bahkan berkunjung ke sana.Â
Fenomena ini menunjukkan bahwa cancel culture di Indonesia sudah berkembang sejauh itu dan tentu perilaku tersebut termasuk dalam tindakan cancelling yang seharusnya dihentikan, namun dibalik tindakan tersebut disebutkan alasan-alasan mengapa cancel culture menurut beberapa orang dilakukan:Â
Memberi pelajaran
Agar dapat mengetahui konsekuensi atau akibat dari perbuatan
Bentuk tanggung jawab atas tindakan dan perilaku seseorang
Meskipun begitu, dengan alasan apa pun sebaiknya cancel culture ini dihindari dan tidak dinormalisasi apalagi dalam bersosial media karena pada satu sisi semua masyarakat memiliki hak untuk memberikan pendapatnya tanpa harus merasa terbebani. Â
Masih banyak pendapat mengenai baik tidaknya cancel culture ini, namun sejauh ini memang lebih banyak dampak buruknya. Jika kita menghakimi pelaku dengan menyerang mereka, apa yang membedakan kita dengan mereka?Â
Dengan itu segala pengadilan dan konsekuensi akan diterima mereka dan diproses oleh yang memiliki wewenang. Selain itu, kebiasaan memberikan ulasan buruk yang memiliki dampak buruk pada semua pihak juga baiknya dihentikan. Google review sendiri diciptakan untuk membantu banyak orang dalam memilih tempat dan melihat ulasan jujur bukan sebagai wadah pembalasan dendam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H