Mohon tunggu...
Anisah Muzammil
Anisah Muzammil Mohon Tunggu... Editor - Editor/Penulis

Penulis lepas/Editor/Mentor Ibu rumah tangga, 4 anak Penulis buku Jemuran Putus www.instagram.com/anisah_muzammil www.facebook.com/anisah.muzammil

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Gitu Aja Baper!

23 April 2023   23:57 Diperbarui: 24 April 2023   00:10 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minal Aidin wal Faidzin adalah ungkapan yang biasa tersebar ketika saling memberi ucapan selamat hari raya Idulfitri. Mohon maaf lahir batin yang bermakna agar bisa saling memaklumi dan melupakan segala kesalahan.

Saling memaafkan di hari raya Idulfitri seolah menjadi tradisi yang terus dipraktikkan oleh umat muslim di seluruh dunia sebagai cara untuk membersihkan diri dari kesalahan dan memulai lembaran baru dalam hubungan sosial. Hal ini juga dianggap sebagai bentuk pembersihan hati dan kesempurnaan iman.

Namun, tepatkah jika kata maaf hanya dilakukan pada hari raya Idulfitri?

Nyatanya, seseorang meminta maaf kepada orang lain hanya ketika merasa berbuat salah. Jika tidak merasa bersalah, tak jarang seseorang enggan untuk meminta maaf. Satu-satunya perbuatan meminta maaf tanpa harus melakukan kesalahan, mereka melakukannya pada hari raya Idulfitri.

"Gue enggak salah, kok! Emang gue ngapain? Dianya aja yang baper!" Demikian kira-kira yang sering dijadikan alih alasan untuk tidak lekas meminta maaf meskipun ada orang lain yang tersakiti.

Sejak muncul kata 'baper', zaman sekarang banyak manusia yang kerap tanpa sungkan menyakiti orang lain. Entah sengaja atau atas nama bercanda, mereka memaksa untuk diberikan pemakluman, "Gue emang modelnya kek gini. Biasa aja, dong! Gitu aja ngambek!" Padahal, jika ada yang merasa tersakiti, selayaknya kita meminta maaf meskipun merasa tidak bermaksud untuk menyakiti.

Cara dan kebiasaan antarmanusia itu berbeda. Jangan selalu minta dimaklumi atas kebiasaan, tetapi tidak mampu menjaga hati orang lain.

Jika salah, akuilah. Jika tidak merasa salah, meminta maaf itu bukan hal yang hina. Satu poin penting yang bisa dilihat, seseorang sudah merasa tersakiti oleh perbuatan kita dan selayaknya kitalah yang meminta maaf, bukan malah mencari pembenaran untuk mendapat pemakluman.

Tiga kata ajaib yang berpengaruh positif dalam hubungan sosial antarmanusia adalah TTM atau tolong, terima kasih, maaf. Ketiga ungkapan yang memiliki makna berbeda, tetapi mampu menunjukkan sikap rendah hati, empati, dan penghargaan terhadap orang lain. Hanya orang-orang sombong yang gengsi meluncurkan ketiga kata tersebut dari bibirnya. Salah satunya adalah kata maaf.
Jangan atas dalih, "Dia emang orangnya begitu. Maklumin aja!"

Kalau demikian, dia tidak akan belajar bagaimana  bersosialisasi terhadap orang lain. Adakalanya dia akan tersandung atas sikapnya yang angkuh tersebut.

Dari sisi psikologi, ada beberapa alasan mengapa seseorang bisa enggan atau sulit mengucapkan kata maaf.

Misalnya, ego yang terlalu tinggi. Dia memiliki ego yang besar atau merasa bangga atas kelebihan yang ada pada dirinya sehingga selalu merasa percaya diri. Akhirnya, dia enggan untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf, bahkan cenderung akan kesulitan untuk mengucapkan kata maaf. Hal ini bisa terjadi karena merasa bahwa mengakui kesalahan dan meminta maaf bisa merusak citra diri atau mengurangi kepercayaan diri mereka.

Bisa juga karena rasa takut. Orang yang enggan meminta maaf, bisa jadi sebenarnya dia adalah pengecut yang khawatir akan diabaikan atau dihakimi oleh orang yang merasa tersakiti karena ulahnya. Rasa takut ini bisa muncul karena pernah mengalami pengalaman buruk dalam meminta maaf di masa lalu atau karena merasa tidak dihargai oleh orang yang dimintai maaf.

Kurang didikan bisa menjadi faktor seseorang enggan untuk meminta maaf. Mungkin masa kecil yang terlalu dimanjakan atau kebutuhan yang selalu terpenuhi, membuat akhirnya dia merasa tinggi. Dia tidak mengerti betapa pentingnya meminta maaf dan kurang memahami bagaimana cara melakukannya. Kurangnya pemahaman ini membuat seseorang merasa tidak nyaman atau tidak yakin cara mengungkapkannya.

Dalam hal ini harus ada orang lain yang menasihatinya. Jangan biarkan orang yang demikian diberikan pemakluman atas nama saling memahami. Berikan dia pemahaman bahwa meminta maaf itu bukan tanda kelemahan, melainkan, melainkan tanda bahwa seseorang berani dan bijaksana dalam mengakui kesalahan.
Sebagai individu yang bersifat sosial, penting bagi kita untuk belajar bagaimana menghargai dan menghormati orang lain. Mengucapkan kata maaf bisa menjadi langkah kecil yang bermakna dalam membangun hubungan sosial yang positif dan saling mendukung.

Kita tak perlu izin untuk melakukan apa pun semau kita
Begitu pun orang lain tak perlu izin untuk mencibir atas kesalahan kita
Namun, apa pun yang kita lakukan akan selalu ada pertanggungjawaban
selalu ada amalan yang dipertaruhkan
Saatnya saling memaafkan. 

Semoga saling rida atas perbuatan yang telah lalu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun