Mohon tunggu...
Anisah Muzammil
Anisah Muzammil Mohon Tunggu... Editor - Editor/Penulis

Penulis lepas/Editor/Mentor Ibu rumah tangga, 4 anak Penulis buku Jemuran Putus www.instagram.com/anisah_muzammil www.facebook.com/anisah.muzammil

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terdampar di Pulau Rakata

1 April 2023   12:41 Diperbarui: 1 April 2023   13:12 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah hampir dua jam perjalanan, perahu yang ia tumpangi sampai di sebuah pulau berpasir hitam tanpa dermaga. Tiba-tiba Bunga merasa bingung. Apa yang harus dia lakukan di pulau ini? Sejauh mata memandang hanya ada pohon cemara menutupi sebagian anak Gunung Krakatau yang berdiri gagah di hadapannya.

Seorang petugas menghampirinya. Menginformasikan kepadanya kalau akses pendakian Gunung Krakatau sedang ditutup. Para pengunjung yang mendatangi pulau itu hanya bisa menikmati pemandangan gunung dari jauh. Di belakang petugas itu tampak beberapa petugas berseragam membawa peralatan seperti drone dan sebuah kamera. Bunga sedikit penasaran, tetapi enggan mencari tahu. Dia hanya berimajinasi bagaimana jika drone itu menerbangkan tubuhnya dan membawanya ke pulau lain yang lebih terpencil.

Akhirnya dia duduk di sebuah batu yang memiliki permukaan kasar karena hanya ada batu itu untuk ia duduki agar bisa menikmati kokohnya Gunung Krakatau.

"Tak baik seorang wanita duduk sendirian di pulau yang terpencil ini."

Tiba-tiba suara berat mengejutkannya. Dia menatap sepasang kaki bersepatu cokelat telah berada di dekatnya. Pemilik kaki itu duduk di atas pasir, tepat di sebelah Bunga, sambil mengikat lututnya dengan kedua tangan. Matanya tengah menatap tajam ke arah Gunung Krakatau, kemudian menoleh dan tersenyum ke arah wanita itu.

"Boleh kenalan?"

Bunga terdiam. Dia tidak menanggapi sedikit pun. Lelaki itu tersenyum lagi, kemudian menyodorkan tangannya.

"Saya Farhan. Saya tinggal di Pulau Sibesi. Dari jauh saya melihat seorang wanita duduk sendirian, sepertinya butuh teman ngobrol."

Bunga terdiam. Kali ini dia tidak ingin bicara. Dia tak ingin terluka lagi. Dia juga tak ingin dianggap berhalusinasi. Dia memutuskan untuk tidak terpengaruh sama sekali.

"Saya sering ke sini untuk mendaki Gunung Krakatau," ujar lelaki itu seraya menatap ke arah Krakatau yang tengah mengeluarkan asap tipis dari puncaknya.

"Mbak lihat para petugas di sebelah sana?" Farhan menunjuk beberapa orang yang tadi menghampiri Bunga. Dari kejauhan, Bunga melihat orang-orang itu seolah tersenyum ke arahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun