Mohon tunggu...
Anisah Muzammil
Anisah Muzammil Mohon Tunggu... Editor - Editor/Penulis

Penulis lepas/Editor/Mentor Ibu rumah tangga, 4 anak Penulis buku Jemuran Putus www.instagram.com/anisah_muzammil www.facebook.com/anisah.muzammil

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Menghadapi Drama Anak yang Belajar Puasa

25 Maret 2023   10:13 Diperbarui: 25 Maret 2023   11:21 1111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Lalu, apakah saya mengajarkan anak berpuasa dengan jalan yang mulus dan tanpa drama? Oh, tentu tidak!


Mereka sempat merengek. Namun, kami harus 'tega' demi mengajarkan anak kebaikan. Kami sepakat, tidak ada puasa setengah hari. Jika puasanya tidak satu hari penuh, apalagi tidak sampai tiga puluh hari. Hadiah batal!


Tahun-tahun pertama mengajarkan anak-anak kami adalah ketika mereka berusia empat tahun. Biasanya kami sounding mereka dari usia tiga tahun dengan menjadikan kakaknya sebagai teladan mereka.


"Lihat! Mas-nya puasa. Tahun depan nanti, Adek puasa Ramadan, ya!"


Begitu Ramadan tiba, anak-anak sudah mengerti kalau mereka harus menjalankan 'kewajiban' puasa. Pada tahun pertama itulah drama dimulai. Mereka mengeluh lapar dan haus. Waktu itu, anak kedua kami berkata, "Rasanya mau pingsan karena lapar!"


Saya tidak lantas bilang, 'enggak boleh makan' ataupun mengizinkannya. Namun, saya ajak mereka berdialog.


"Yang namanya puasa itu pasti lapar. Namanya juga menahan lapar. Nah, selama lapar itu kalian harus menahannya." Saya menjelaskan pelan-pelan tentang makna puasa.


"Tapi kalau enggak bisa tahan, gimana, Nda?" tukas mereka.


"Ya, enggak apa-apa. Makan aja. Tapi risikonya kalian enggak dapat hadiah dari Bunda. Pahala dari Allah juga ikut batal."
Salah satu dari mereka pun merenung.


Lalu saya melanjutkan, "Lagian, percaya deh sama Bunda. Kalau kalian makan sekarang, yang ada kalian hanya menyesal karena enaknya cuma sampai tenggorokan. Nikmatnya pun cuma sebentar. Coba bandingkan kalau makannya nanti ketika azan Magrib. Pasti nikmat banget."


Saya hanya mengamati ekspresinya ketika berpikir. Jadi orang tua harus bisa teguh pendirian. Oleng sedikit saja, hal itu akan membuat anak menjadi manja dan terus bergantung pada orang lain. Biarkan mereka berpikir dan menyelesaikan masalahnya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun