Melalui sebuah film, kita dapat mengetahui budaya suatu negara.
Itulah sebabnya, mengapa saya antusias sekali saat diajak menonton film La Nana  dari negara Amerika Latin oleh KOMiK .
Terlebih saat melihat trailernya, yang sangat menarik.
 Yuk, kita sama-sama tengok dahuluÂ
La Nana merupakan  film dari Chile dengan genre  drama komedi yang dibesut pada tahun 2009.
 Film ini memang sudah lama , namun dalam Festival Film Latin American di Jakarta bulan Februari 2019 ini.  Film La Nana termasuk yang diputar dan mendapatkan sambutan dan antusiasme dari para penontonnya.
 Film La Nana disutradarai oleh Sebastin Silva , serta  ditulis bersama oleh Silva dan Pedro Peirano.Â
Banyak prestasi dan penghargaan yang dicapai oleh Film La Nana.Â
Tercatat antara lain:
1. Artis pemain utama Catalina Saavedra mendapatkan penghargaan pada Festival Film Sundance Tahunan ke-25, Cartagena Film Festival, Gotham Film Awards.
2. Sutradara Sebastian Silva , mendapatkan penghargaan pada tahun 2009 : Cartagena Film Festival, Off Plus Camera Film Festival Poland, Sarasota Film Festival, Fribourg International Film Festival, Paris Cinema International Film Festival, Taipei Film Festival, Latin American Film Festival. Tahun 2010 : NAACP Image Awards , Golden Globes Awards
Nah, dengan segudang penghargaan tersebut, sayapun dengan semangat memasuki ruang gedung Perpustakaan Nasional , tempat pemutaran dilakukan.
Saya baru mengetahui, kalau film  dari Negara Chile dan budaya mereka sangat terbuka sekali akan eksplorasi pada tubuh manusia. Sempat saat pemutaran, saya melirik ke kanan kiri, mencari tahu, apakah ada anak-anak yang ikut menonton. Untunglah panitia nampaknya ketat dan sama sekali tidak terlihat adanya anak kecil.
Kemudian saya kembali mengamati film yang diputar.
Dengan alur cerita yang agak lambat, sayapun terbawa pada jalan cerita seorang pembantu yang sebenarnya membutuhkan teman, namun karena tugas dan tanggung jawab yang amat sangat dipatuhinya, menganggap tiada pembantu lain yang dapat mengerti keluarga majikannya , seperti dirinya. Sehingga setiap kali diberi tenaga bantua baru, mempersulit kehidupan tenaga bantuan yang baru datang dengan cara mengunci pintu hingga cara ekstrim mempermalukan mereka dalam kamar mandi dengan menuangkan obat desifektan sehabis mereka mandi.
Banyak yang merasa tersinggung dan kemudian berhenti, hingga suatu waktu seorang mampu membuat hatinya melunak dan akhirnya menjadi teman.
Pertemanan yang sangat singkat ini , merubah pula jalan pikiran dan tindakan, sehingga akhir film ditutup dengan  perubahan sikap dirinya.
Sebenarnya film ini menarik, namun karena telah terbiasa dengan film dengan alur cerita cepat, saya agak merasa film ini terlalu lambat . Namun idenya orisinal dan dalam beberapa hal, dialami juga oleh keluarga di Indonesia.
Apabila ingin melihat Festival Film Latin American di Jakarta, saat ini masih bisa dilakukan dengan cara melakukan reservasi melalui link https://livelifeindo.com .
Selamat menikmati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H