Nah, dengan segudang penghargaan tersebut, sayapun dengan semangat memasuki ruang gedung Perpustakaan Nasional , tempat pemutaran dilakukan.
Saya baru mengetahui, kalau film  dari Negara Chile dan budaya mereka sangat terbuka sekali akan eksplorasi pada tubuh manusia. Sempat saat pemutaran, saya melirik ke kanan kiri, mencari tahu, apakah ada anak-anak yang ikut menonton. Untunglah panitia nampaknya ketat dan sama sekali tidak terlihat adanya anak kecil.
Kemudian saya kembali mengamati film yang diputar.
Dengan alur cerita yang agak lambat, sayapun terbawa pada jalan cerita seorang pembantu yang sebenarnya membutuhkan teman, namun karena tugas dan tanggung jawab yang amat sangat dipatuhinya, menganggap tiada pembantu lain yang dapat mengerti keluarga majikannya , seperti dirinya. Sehingga setiap kali diberi tenaga bantua baru, mempersulit kehidupan tenaga bantuan yang baru datang dengan cara mengunci pintu hingga cara ekstrim mempermalukan mereka dalam kamar mandi dengan menuangkan obat desifektan sehabis mereka mandi.
Banyak yang merasa tersinggung dan kemudian berhenti, hingga suatu waktu seorang mampu membuat hatinya melunak dan akhirnya menjadi teman.
Pertemanan yang sangat singkat ini , merubah pula jalan pikiran dan tindakan, sehingga akhir film ditutup dengan  perubahan sikap dirinya.
Sebenarnya film ini menarik, namun karena telah terbiasa dengan film dengan alur cerita cepat, saya agak merasa film ini terlalu lambat . Namun idenya orisinal dan dalam beberapa hal, dialami juga oleh keluarga di Indonesia.
Apabila ingin melihat Festival Film Latin American di Jakarta, saat ini masih bisa dilakukan dengan cara melakukan reservasi melalui link https://livelifeindo.com .
Selamat menikmati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H