Mohon tunggu...
Nuty Laraswaty
Nuty Laraswaty Mohon Tunggu... Penulis - Digital Marketer , penulis konten

owner my own law firm,bravoglobalteam founder,trainer network marketing, trading, speaker in radio program( heartline fm - gaya fm) and multiply seminars,mc

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Orang Kaya Baru" Saat Imajinasi Dibawa ke Dunia Khayalan

29 Januari 2019   14:54 Diperbarui: 29 Januari 2019   16:24 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok: properti visinema

Bagi yang sudah nonton film berjudul Orang Kaya Baru, rata-rata menyukainya karena kocak walaupun jalan cerita agak absurd. 

Absurd karena jika lokasinya memang dimaksudkan di Indonesia, hal-hal yang dipesankan oleh almarhum Bapak dalam wasiatnya, tentunya tak akan mungkin dapat diberlakukan di Indonesia, karena berlawanan dengan hukum positif yang berlaku.

Jadi mari kita andaikan bahwa kejadian ini ada di dimensi lain versi Indonesia. Dimana hukumnya unik dan dapat memenuhi keinginan almarhum Bapak yang nampaknya mempunyai hobi jail dan agak tegaan terhadap keluarganya sendiri.

Walaupun tujuannya baik, mendidik agar keluarganya menyadari pengorbanan dan nikmatnya hasil yang diperoleh dengan susah payah. Namun tetap saja, adegan yang dimaksud agar menjadi kocak ini, karena berulang kali dilakukan, menjadi membuat lelah penontonnya.

Namun sebelumnya, kita tonton dahulu trailernya.

Yuk ...


Nah, bagaimana? Masih ingin menonton? 

Saya sendiri waktu itu berkesempatan menonton saat screening awal, sehingga rata-rata penontonnya memang senang menonton film dan biasa memberikan kritik hingga saran yang membangun.

Secara garis besar para pemain bermain aman mengikuti skenario. Tiada yang dapat menciptakan suatu "golden scene" yang membuat saya teringat dan tertawa-tawa terus. Hal ini mungkin disebabkan hal yang tadi itu. Pengulangan yang berlebihan.   Bahkan Raline Shah nampak tidak cocok berperan sebagai orang miskin. Padahal apabila hendak dijadikan gaya parodi, bisa sekalian saja dibuat menjadi perubahan yang sangat berbeda 180 derajat.Misalnya seperti dalam film Princess Diary, dimana terlihat sekali perubahan Puteri Mia sebelum dan sesudah mengetahui jati dirinya.

Kalaupun ada yang mau diberi jempol, kembali jatuh pada Cut Mini, yang mampu membawakan perubahan peran dari perempuan yang pasrah menjadi yang bergaya bos. Pemain yang lain, bagi saya itu tadi, bermain aman.

Ide cerita lumayan menarik, meskipun akhir ceritanya menyisakan banyak pertanyaan menggantung juga.

Namun menarik juga mengetahui, bahwa ternyata Joko Anwar menulis skenario ini, didasari keinginan masa kecilnya yang berandai-andai menjadi orang kaya, yang bebas melakukan apa saja.

Cuma yang tadi itu,peran yang diberikan kurang "tengil" jika hendak menggambarkan kebebasan keuangan yang baru didapatkan.

Serta jika mahasiswa sebuah perguruan tinggi, masa sih tidak tergelitik sedikitpun bagi mereka untuk mencari tahu lebih jauh mengenai wasiat dan juga orang-orang baru yang mendadak muncul dalam kehidupan mereka , seperti pengacara dan lain-lain.

Apakah tidak lebih tepat jika digambarkan, semua anak-anak masih duduk di bangku kelas sekolah menengah ke bawah?

Nah , kalau ini baru dapat, karena tentunya pada usia ini, masih culun-culunnya dan sang Ibu karena terlalu banyak kejadian yang menimpa dirinya , memang bisa jadi tidak sempat lagi mencari tahu lebih lanjut mengenai wasiat dari almarhum suaminya.

Namun apalah artinya pengandai-andaian saya. 

Namun secara garis besar , cukuplah jalan cerita ini membuat saya tertawa terbahak-bahak.

Satu lagi yang menarik adalah dalam film ini terdapat suatu pesan yang mengena bagi kehidupan milenial jaman sekarang, yaitu kurangnya masa-masa erat, bercengkrama sesama keluarga di jaman milenial ini. Kesibukan masing-masing untuk dapat mengikuti tuntutan semu pergaulan sosial, membuat sebuah keluarga yang tadinya seolah memiliki waktu untuk saling berinteraksi di meja makan, mendadak hilang lenyap tak berbekas.

Tuntutan untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh pergaulan sosial , lebih penting.

Menjadi viral, terkenal dan memberikan cerita yang terbaru dan tergokil untuk ditonton oleh teman-teman semu , ternyata berubah menjadi prioritas nomor satu, jika dibandingkan dengan keeratan dan kebersamaan sebagai keluarga di dunia nyata.

Seolah hendak menohok kenyataan pahit ini, film Orang Kaya baru pun hadir untuk mengingatkan para penontonnya. Namun saya disini kok agak nyengir sedikit. Mungkin kah pesan ini dapat sampai kepada penonton?

Bagaimana tidak, saat menonton film saja, seringnya penonton asyik sibuk sendiri dengan handphone di tangannya. Tidak menyadari sinar kilau handphonenya menyakiti mata para penonton lain yang terkena pantulannya. belum lagi, kalau diingatkan, malah lebih galak lagi.

Bahkan sekarang lebih ekstrimnya, ada beberapa yang sibuk menerima panggilan telpon dari handphonenya sambil menonton film.

Dengan kondisi seperti ini, mungkinkah pesan yang dimaksud oleh Joko Anwar dapat diterima oleh penonton?

Namun film ini dapat saya kategorikan juga sebagai kritik sosial bagi masyarakat Indonesia saat ini, hal ini disebabkan karena masih terlihat kesenjangan sosial antara si Kaya dan si Miskin dan menampilkan segi pahit si Miskin yang harus bekerja 58 jam sehari, melakukan apa saja, demi mengejar cita-citanya. Namun seolah si Miskin inilah yang masih memiliki naluri kebijakan dan etika sosial , jika dibandingkan dengan si Kaya.

Lucunya, mendadak hanya dalam sekejab Si Miskin dapat berubah menjadi tidak bijak lagi dan tidak memiliki etika sosial lagi, hanya gara-gara uang.

Bahkan yang tadinya masih memiliki, perlahan tergerus. Benar-benar menggambarkan ciri khas Orang Kaya Baru.

Oleh karena itu, saya merasa dari segi judul, film ini menggambarkan kondisi sosial masyarakat di Indonesia hingga masyarakat Internasional saat ini.

Sinopsis

Apa jadinya jika ada keluarga yang mendadak menjadi kaya raya? Dalam sekejap mata, semua berubah .

Diceritakan bahwa ada sebuah keluarga sederhana dan  hidup mereka sangatlah pas-pasan, bahkan cenderung kekurangan. Setiap kali hendak membeli barang maupun melakukan tindakan berkaitan dengan uang, harus berpikir berulang-ulang.Namun begitu keluarga ini  tetap kompak.

Mereka memiliki tiga orang anak (Tika, Duta, Dodi) . Meskipun bukan keluarga kaya, mereka mampu menjalani hari dengan menyenangkan. Bapak terlihat sangat  bahagia dan selalu memberikan semangat bagi anggota keluarga yang lain dalam guyonan satir khasnya saat ada persoalan terkait dengan uang.Namun Bapak hanya punya satu keinginan, agar anak-anaknya dapat bersekolah di sekolah yang bagus dan menjalani hidup sesuai keinginan masing-masing anak.

Kehidupan keluarga tersebut berubah ketika Bapak meninggal dunia. Bapak ternyata meninggalkan warisan harta yang cukup banyak kepada istri dan anaknya. Jadi Bapak selama ini telah merahasiakan harta yang dimilikinya tersebut dari seluruh anggota keluarganya. Orang-orang yang mengetahui hanyalah pengacara-pengacaranya, yang mampu menjaga kerahasiaan , walaupun tidak ditanya.
Akibat warisan tersebut, mereka segera berubah menjadi 'Orang Kaya Baru'  dan kehidupan baru milik  mereka sangat bergelimang harta.

Pemeran Orang Kaya Baru
Cut Mini sebagai Ibu
Lukman Sardi sebagai Bapak
Raline Shah sebagai Tika
Derby Romero sebagai Duta
Fatih Unru sebagai Dodi
Refal Hady sebagai Bayu
Millane Fernandez sebagai Risha
Melayu Nicole sebagai Sasha
Jasmine Kusuma Carroll sebagai Lala
Arvitta Ludya sebagai Tiwi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun