Mohon tunggu...
Nuty Laraswaty
Nuty Laraswaty Mohon Tunggu... Penulis - Digital Marketer , penulis konten

owner my own law firm,bravoglobalteam founder,trainer network marketing, trading, speaker in radio program( heartline fm - gaya fm) and multiply seminars,mc

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bad Genius Baddas? Film dengan Pesan Moral yang Menegangkan

14 Agustus 2017   02:44 Diperbarui: 18 Agustus 2017   04:25 7978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua pasti memasuki periode sekolah. Semua pasti juga pernah mengalami masa di saat kejujuran , integritas atau tuntutan dari orang tua maupun pihak lainnya ditimpakan pada diri. Pertanyaan dasarnya adalah apakah kamu tetap bermain atau memutuskan berhenti?

Kurang lebih inilah dilema yang dialami oleh Lyn, salah satu tokoh dalam Film Bad Genius yang akan mulai tayang di bioskop pada tanggal 23 Agustus 2017

Press Conference Bad Genius

Saat Press Conference berlangsung di Coffee Bean Grand Indonesia yang dihadiri oleh Duta Besar Thailand , Pitchayaphant Charnbhumidol dengan sutradara Nattawut Poonpiriya , pemain film James Teeradon ,Chutimon Chuengcharoensukying dan Chanon Santinatornkul. Disampaikan pula keberhasilan film ini meraup nilai fantastis sebesar 40 milyar rupiah dan merupakan film yang terlaris tahun 2017 di Thailand. 

Dalam film ini pemeran Lyn (Chutimon Chuengcharoensukying) baru pertama kali main film , namun mendapat banyak pujian akan penampilannya. Kabarnya Chutimon Chuengcharoensukying juga akan diberikan beberapa penghargaan terkait akan perannya dalam film ini, oleh beberapa festival film bergengsi seperti Film Society of Lincoln Center and Subway Cinema dan masih banyak lagi.

Apabila ingin melihat sneak peak acara Press Conference nya , dapat melihat video berikut ini

Pemutaran Film Bad Genius dilakukan jam 19.00 wib di Studio 1 CGV Grand Indonesia dan diawali dengan pidato dari Duta Besar, gimmick para pemain film dengan penonton dan fans , diakhiri dengan penampilan penyanyi soundtrack Film Bad Genius , serta akhirnya dengan disambut sorak sorai penggemar , maka film pun diputar.

"Bad Genius baddas", demikian teriakan salah 1 penonton, selesai acara pemutaran film ini. 

Sebenarnya film ini menceritakan mengenai apa ya? Ok, film ini bercerita mengenai pengalaman masa sekolah. Lynn, seorang siswa sekolah tingkat menengah yang jenius  menghasilkan uang dengan memanipulasi ujian, menerima tugas baru yang membawanya pergi Sydney, Australia. Untuk menyelesaikan tugas jutaan-Baht, Lynn dan teman-teman sekelasnya harus menyelesaikan ujian STIC (SAT) internasional dan memberikan jawaban kembali ke teman-temannya di Thailand sebelum ujian berlangsung di negara asalnya.

Adegan demi adegan film ini mampu menghanyutkan penonton.  Saat setting berubah ke Sidney, sayapun tak kuasa menahan rasa tegang dan penasaran .

Film ditutup dengan manis , dengan pesan yang mengingatkan akan pentingnya waktu untuk berhenti. Adegan yang mudah ditebak, namun sebagai salah satu film dengan tujuan mendidik, hal ini dapatlah dimaklumi. Menariknya saat sedang mengantri untuk berfoto bersama, saya sempat terlibat diskusi dengan beberapa fans film Thailand. Mereka mengharapkan akhir cerita berbeda, yang "out of the box" , dalam hal ini saya juga mengharapkan hal yang sama. Namun apabila tujuan film ini nya ke arah pendidikan dan moral karakter yang baik untuk anak-anak sekolah, memang "endingnya" haruslah seperti ini.

Dokumentasi Babeh Helmi
Dokumentasi Babeh Helmi
Film Thailand semakin diperhitungkan dunia

Saat di Indonesia, yang marak dan trend saat ini adalah film horor. Saya sangat mengharapkan sekali, munculnya film-film yang mampu menyihir saya seperti Film Bad Genius ini. Naskah film ini menceritakan persoalan sederhana, namun dikemas dengan menarik dan penuh adegan yang membuat kita enggan meninggalkan tempat duduk dan terus menatap ke depan layar bioskop. Terakhir saya merasakan sensasi seperti ini tahun 2002 . 

Menurut  saya , film ini seolah merupakan tamparan keras bagi insan perfilman Indonesia dan tantangan yang diharus diterima, mampukah membuat film sebagus dan dengan kualitas seperti ini. 

Bagi penonton? Mampukah mengapresiasi film lain dengan genre selain genre horor.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Hanya ada satu yang saat ini mesti dilakukan, mari ke bioskop dan carilah jawaban atas tantangan yang saya sampaikan tadi di atas. Kira-kira mampukah kita mengapresiasi film kita sendiri yang bukan bergenre horor? Mampukan film-film dengan tema pendidikan, mendapatkan  sambutan dengan jumlah penonton yang banyak? Jika iya, maka tantangan berhasil dilewati.

Rujukan : kompasiana.com/komik.kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun