Di dusun Poliwu, gotong royong bukan hanya sekadar istilah yang terdengar, tetapi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Ketika ada kegiatan seperti memperbaiki rumah, membersihkan lingkungan, masyarakat Poliwu secara alami berkumpul untuk bekerja bersama-sama.Â
Hal yang lazim dilakukan adalah seperti menanam jagung di kebun atau membersihkan kebun dari rumput yang telah menghambat tanaman jagung, biasanya dibagi per jam sehingga dalam satu hari bisa membantu lebih dari satu kebun yang harus dibersihkan secara bergotong royong.Â
Tidak hanya itu, mereka juga saling berbagi sumber daya dan pengetahuan, memastikan bahwa semua orang di komunitas mendapat manfaat dari hasil kerja bersama.
Membangun Solidaritas dan Kebersamaan
Salah satu aspek paling berharga dari tradisi gotong royong adalah kemampuannya untuk membangun solidaritas dan kebersamaan di antara masyarakat.Â
Melalui kolaborasi dalam pekerjaan bersama, orang-orang Poliwu tidak hanya saling mengenal satu sama lain secara lebih dekat, tetapi juga mengembangkan rasa saling percaya dan saling menghargai.Â
Persaudaraan yang makin kental ini juga ditunjang dengan saling berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah setempat (bahasa Moa).Â
Bagi masyarakat Poliwu, menyapa sesama anak dusun dengan menggunakan bahasa setempat dirasa lebih dekat, lebih diihargai oleh sesamanya. Untuk itu dimanapun mereka berada jka melupakan bahasa setempat kadang dianggap sombong.Â
Ini membentuk fondasi yang kuat untuk menanggulangi tantangan dan kesulitan bersama-sama. Gaya hidup ini selalu tercermin pada dari waktu ke waktu. Istilahnya adalah suka duka dalam dusun adalah tanggungjawab Bersama-sama.
Gotong royong yang sering dilakukan Bersama adalah seperti membangun rumah, Gedung pemerintah atau bangun makam sekalipun sikap gotonng royong selalu dijalankan Bersama.Â
Dan menghakhiri semua kagiatan selalu diwujudkan melalui ucapan terima kasih satu sama lainnya dengan cara makan bersama-sama.Â