Penyelami Pengalaman: Cerita Inspiratif Menjadi Penyiar Radio yang Memimpin melalui Mikrofon
Hari-hari sebelum tampil di frekuensi radio 105,9 FM, saya, sebagai pengasuh program "Masih Ada Harapan," tak pernah lepas dari rutinitas membuat posting untuk mengajak sahabat radio dan teman-teman di Facebook untuk bergabung dalam siaran kami.
Tujuan mengisi program adalah melihat banyaknya masalah dan persoalan hidup yang menimpa setiap orang.
Penyiaran Program masih ada harapan merupakan sebuah momen bagi semua pendengar untuk saling berbagi dan saling memberikan motivasi lewat konseling dan doa.
Tema dan materi siaran tidak hanya menjadi tanggung jawab, tetapi juga hobi kami sebagai penyiar radio. Tema-tema siaran yang selalu kami buat tentu berkaitan erat dengan situasi dan kondisi yang terjadi ditengah Masyarakat. Masalah sosial, ekonomi dan masalah-masalah lain yang dijumpai ditengah masyarakat.
Contoh tema yang dapat dibahas adalah menghadapi krisis ekonomi , pendengar membutuhkan Solusi. Tema yang relevan adalah “jangan kuatir”.
Mencari referensi melalui Alkitab dan referensi lainnya untuk mendalami tema adalah langkah berikutnya. Semua materi diketik rapi dan dibaca berulang-ulang untuk menyerap esensi yang ingin kami sampaikan saat on air di radio.
Dua jalur yang kami ramaikan, yaitu siaran melalui frekuensi radio dan live di Facebook, memberikan dinamika tersendiri. Mengapa melalui jalur facebook? Karena mayoritas pendengar adalah pemilik akun acebook yang sangat mudah mengakses siaran kami.
Lagu-lagu rohani, khususnya yang sesuai dengan tema, menjadi penyemangat di antara proses penyiaran. Seperti peristiwa Paulus dan Silas ditengah penjara di Filipi, melalui doa dan puji-pujian maka penjara menjadi roboh (Kis.16:25-26). Oleh sebab itu lagu-lagu rohani yang mendukung tema sangat kami andalkan dalam program ini.
Memulai program dengan lagu pembukaan dengan judul, "Masih Ada Harapan" tidak hanya sekadar tradisi, tapi sebuah undangan bagi pendengar yang tengah menghadapi tantangan tak terkalahkan.
Ucapan selamat berjumpa diikuti dengan lagu-lagu dan doa pembukaan, membaca ayat-ayat Alkitab serta memberikan refleksi singakt dapat membangun iman umat serta membawa sukacita kepada pendengar.dan banyak pendengar memberikan respon balik secara positif.
Namun, tantangan muncul saat hasil live di Facebook tidak bisa didengar ulang di rumah. Ketika penulis bertanya kepada manajer radio membuka fakta bahwa lagu-lagu rohani disenyapkan karena dituduh melanggar hak cipta.
Fakta ini melalui laman www.dgjp.id, bahawa lagu atau musik merupakan salah satu ciptaan dapat dilindungi dan dicatat oleh DJKI, yaitu UU No.28 tahun 2014 tentang hak Cipta.
Memang tidak semua lagu disenyapkan, namun beberapa kali hal ini dapat terjadi dan menjadi pertanyaan bagi pendengar setia. Sebuah hambatan yang membuat kami terus berinovasi untuk tetap menyampaikan pesan harapan melalui suara radio.
Dalam hal ini tantangan apapun yang terjadi kami tetapi eksis menjalani tugas ini sebagai panggilan yang diberikan oleh-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H