Sosok Lansia Yang Tak Kenal Lelah
 Ketika saya membaca artikel tentang tradisi Abusuteyama, terlintas dalam pikiran  lirik sebuah lagu dengan judul: Siapa Bilang Lansia Tidak Berguna? (By: Syakhruddin.dn, Makassar 10 Februari 2021 ). Beginilah lirik lagunya:
Siapa bilang lansia tidak berguna
Bangun pagi sembahyang tuk anak cucu
Siapa bilang lansia hanya hiasan
Mesti pun tua tetap diperlukan
Banting tulang sudah sejak remaja
Meski hujan meski panas tidak masalah
Siapa bilang Lansia hanya meminta
Jangan percaya orang punya cerita
Reff :
Mengapa harus malu
Mengapa harus loyo
Rambut putih kulit keriput
Tidak masalah
Biar umur tinggallah bonus
Biar lutut harus di bungkus
Tapi lansia tetap semangat
Di hari tua
Lirik lagu ini seakan mengambarkan kondisi tentang mereka para lansia. Tetapi di dunia nyata, tidak demikian. Meski banyak asumsi tentang lansia yang berkonotasi kepayahan.
Sudah tua, tidak produktif dan jadi beban keluarga lantaran banyaknya pantangan akibat dari kondisi tubuh yang memang sudah uzur.
Banyak kasus lansia bahkan ditelantarkan oleh anak-anaknya, dititipkan di pantai jompo dan lain sebagainya. Tetapi bagi saya, tidak semua para lansia begitu. Ada banyak lansia produktif yang menjalani hidup dengan penuh inspirasi, setidaknya beberapa dari mereka kenalanku. Di daerah kayu tiga Desa Soya saya, Kota Ambon.
Beliau bernama Bapak Radja. Usianya sudah kepala enam alias enam puluh delapan tahun. Tetapi semangatnya menjalani masa tua seperti anak muda yang tumbuh menjadi dewasa.
Semangat dan kegigihan hidup itu sudah tertanam sejak dulu. Ia adalah seorang perantau yang mengadu nasib keluar pulau sejak ia meninggalkan kampung halamannya Jailolo- Halmahera.
Bapak Radja mengadu Nasib ke berbagai daerah dengan membawa sebuah cita-cita di dada, bahwa ia harus sukses. Sekian lama mengarungi lautan dan bercokol di berbagai daerah, dan pada tahun 1980-an, ia menginjakan kaki di Kota Ambon.
Nasib baik menghampiri para petarung hidup yang tak kenal lelah menggapai kesuksesan.  Ia  diterima menjadi seorang PNS dan bekerja di  Dinas Depdikbud  Propinsi Maluku. Meski dengan golongan paling rendah tetapi bapak Radja dapat menekuni tugas dan pekerjaannya  hingga mencapai masa pensiun.
Saya telah lama berkenalan dengan bapak Radja sekeluarga.  Awal perkenalan kami melalui kegiatan ibadah di gereja dan akhirnya terus berlanjut melalui berbagai kegiatan sosial Masyarakat lainnya seperti TAGANA untuk membantu penanggunlangan bencana yang melanda  kota Ambon. Kami sering Bersama-sama dalam kegiatan sosial kemanusiaan lainnya.
Dalam mengisi waktu pasca pensiun sejak delapan tahun lalu, ia melakoni profesi baru sebagai pedagang Nasi Pulut Bambu.
 Setiap pagi , bapak Radja berjalan kaki dari rumahnya di daerah  Kayu tiga Desa Soya, ke pasar tradisional Mardika Ambon kurang lebih 35-40 menit untuk berbelanja bahan baku yang dibutuhkan seperti beras pulut, kacang merah jenis kecil, kelapa  dan daun pisang.  Sedangkan  kayu bakar dan batang bambu muda tersedia di hutan belakang  rumahnya.
Bahan-bahan ini kemudian diolah melalui proses panjang. Â Proses yang membutuhkan waktu dan tenaga. Beruntungnya, ia tidak mengerjakan itu sendirian. Keluarganya cukup andil dalam membantu.
Proses pembuatan Nasi Pulut Bambu sendiri kadang tak menentu. Ada kalanya di mulai malam hari atau pagi hari tergantung pesanan para pelanggan. Namun Bapak Raja mengerjakan dengan penuh semangat dan sukacita.
Awalnya bambu  yang dipotong  kemudian dibersihkan. setelah itu daun pisang muda yang telah digulung, dimasukan kedalam bambu sementara beras pulut  direndam sekitar 15 menit. Kemudian dicampur dengan santan kelapa sesuai perkiraan, lalu garam dan gula pasir secukupnya. Semua bahan itu dimasukan kedalam bambu sambil diketuk-ketuk hingga padat dan setelah itu dibakar.
 Nasi pulut bambu yang siap dipasarkan sekitar 25 hingga 30 buah bambu dengan beras pulut antara 17-18  kg. Kadang dijual perpotong kadang juga per ruas bambu. Dan keuntungan yang diperoleh cukup tinggi yakni 600 -700 ribu rupiah.Â
Pendapatan ini digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Utamanya pendidikan anak dan tentu saja mengebulkan asap dapur.
Lewat usahanya itu, nasi pulut bambu bapak Radja, merupakan salah satu yang paling di incar konsumen kota Ambon. Apalagi di acara-acara besar yang diselenggarakan  pemerintah dengan menghadirkan makanan-makanan tradisional semisal HUT Kota Ambon. Di mana salah satu kegiatan adat yang sering dilakukan ialah Makan Patita atau Makan Bersama.
 Makan patita artinya makan Bersama warga kota dengan hidangan khas Ambon yang dihidangkan diatas meja di sepanjang jalan utama kota Ambon.
Selain itu, nasi pulut bambu  Bapak Radja sangat  digemari banyak keluarga yang berpergian keluar kota, seperti ke Surabaya, Manado, Jakarta, Papua dan tempat-tempat lainnya.  Bahkan menurutnya sudah sampai ke mancanegara seperti Belanda, Jerman sebagai oleh-oleh.
 Mengapa demikian? Sebab lewat tangan Bapak Radja, Nasi Pulut  bambu hasil olahannya memiliki cita rasa tersendiri  yang dapat bertahan  hingga 4-5 hari.
Dalam Usaha selalu ada tantangan. Begitupun dengan Bapak Raja. Tantanggan dalam usahanya berkaitan dengan kondisi Makro dan Mikro. Seperti kenaikan harga beras dan bahan lainnya hingga kayu bakar yang basah karena hujan berkepanjangan.
Tantangan yang paling berat Ketika para pelanggan memesan nasi pulut bambu secara mendadak. Menurut Bapak Radja, kondisi demikian sering membuatnya rasa panik karena  waktu sangat sempit. Pada akhirnya, segala daya dan upaya tersebut membuatnya dipercayai oleh pelanggan.
Menurut bapak Radja aktivitas pasca pensiun terus berjalan seperti  masa kerja aktif di kantor dan menghindari terserang berbagai penyakit para lansia pensiun seperti duduk diam dan struk dll. Baginya selama masih hidup, dan sebagai kepala keluarga, tetap produktif meski di masa tua ialah sebuah keharusan.
Upaya membuat nasi pulut bambu dan kegiatan rumah tangga lainnya telah membantu menjaga kestabilan dalam menjaga Kesehatan sekaligus menyalurkan hobi masaknya.
Dari sosoknya, saya melihat bahwa  mereka para lansia bukanlah seorang yang tidak berguna dan hanya menjadi beban keluarga, tetapi selagi diberikan kesempatan, bisa dikerjakan dengan penuh ketekunan. Dari bapak Raja juga saya mendapat ilmu hidup bahwa kegigihan selalu membawa kesuksesan bagi seseorang. Semoga bermanfaat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H