Ada sebuah ilustrasi menarik: Seorang pengunjung di sebuah restoran meminta kepada juru masak untuk menyajikan masakan paling lezat. Tak lama kemudian, sang juru masak membawakan sop lidah. Kemudian, ketika si pengunjung memesan makanan untuk kedua kalinya, ia meminta masakan yang paling tidak enak. Sang koki pun kembali menyajikan masakan yang sama seperti sebelumnya. Tiba-tiba, pengunjung bertanya, "Lho, masakan paling enak yang kami pesan adalah sop lidah, kok sekarang malah masakan yang paling tidak enak lagi dengan lidah? Mengapa begitu?" Ia melanjutkan, "Dengan lidah, seseorang dapat memberkati dan memotivasi, tetapi juga dapat menjatuhkan dan menyakiti. Kebenaran ilustrasi ini sejalan dengan kata-kata Raja Salomo, 'Lidah memiliki kekuatan untuk memberikan hidup dan kematian, dan mereka yang mencintainya akan memakan buahnya.'"
Lidah diibaratkan sebagai kekang pada mulut kuda, kemudi kecil pada kapal besar. Api kecil pun dapat membakar hutan yang besar. Sifat binatang dapat dijinakkan, tetapi lidah sulit dijinakkan. Lidah dianggap sebagai binatang buas yang tak terkuasai dan penuh racun mematikan . Sebagai contoh, kapal pesiar terbesar di dunia saat ini adalah Royal Caribbean Wonder of the Sea dengan panjang 1.188 kaki dan lebar 215 kaki, mampu menampung hingga 7.084 tamu dan 2.204 awak kapal. Meski demikian, seberapa kecilnya roda kemudi kapal besar itu? Walau kecil dan tersembunyi, namun sangat berperan penting dalam menentukan arah dan tujuan kapal.
Berbicara tentang pengaruh lidah, seringkali kita melihat kejadian viral di media sosial. Seseorang meminta pemulihan nama baik karena pencemaran nama baik dapat dipidanakan berdasarkan RKUHP tahun 2022. Ironisnya, seorang artis terkenal yang mendapat apresiasi positif tiba-tiba bisa menjadi viral melalui kekejaman perkataan dan lidahnya yang sulit dikekang, mengungkap aib seseorang atau bahkan pasangannya sendiri, dan melukai hati.
Dampak lidah yang dapat menghidupkan dan mematikan sangat nyata. Misalnya, seorang dokter yang bertemu dengan pasien yang parah penyakitnya dapat membuat perbedaan besar dengan sikap ramah dan perkataan lembut. Oleh karena itu, aturan menulis di platform Kompasiana melarang menjatuhkan, menghina, atau mencemarkan karakter orang lain. Dengan menulis artikel di Kompasiana, kita dapat memberikan edukasi yang positif dan motivasi untuk maju bersama tanpa merugikan orang lain melalui lidah kita.
Akhirnya, kita perlu berhati-hati dalam menggunakan lidah kita karena memiliki dampak besar dalam perjalanan hidup kita. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H