Siang terbenam di sore hari
Waktu Rajadiikuti Awan warna  merah, kuning, lalu coklat, perlahan jadi hitam pekat
Kelihatan gelap dan bintang serta benda langit mulai menampakan diri
Sedikit cahaya bulan terang dan redup tertutup awan kecil
sesekali, meteor jatuh lalu hangus diudaraÂ
Ketika jatuh, banyak mata melihat penuh harap akan terkabulnya suatu permintaan
dibarengi dengan teriakan jangkrik yang lumayan keras
memecah kesunyian yang berlangsung lama
Kemudian perlahan, terlihat Kilauan kristal berjatuhan dari daunÂ
yang tergambar jelas oleh cahaya bulan yang terang
penghias malam yang sepi
lalu rasa kantuk mulai munculÂ
membuat kita tertidur pulas
Awan putih yang perlahan turun ke tanah
lalu membasahi pohon dan semua tumbuhan yang hidup
tak luput juga, hewan pencari rejeki dimalam hari
merekapun ikut basah tapi tidak menyerah demi mendapat makanan
Sebab itulah waktu mereka untuk bekerja
Angin darat yang dingin
menusuk kulit perlahan
hingga atap rumahpun ikut basah oleh kabut malam
Embun yang dingin dan basah
Tapi tidak pernah menyakiti dan mengorbankan diri
tetesan embun memang menusuk kulit
tapi tidak merasa gelisah dalam hati
suhu yang menurun drastis
tapi tidak membatasi ruang mimpi yang luas
Ketika itu terdengar lagi suara bisikan dalam hati
tidurlah, sudah malam, dan esok masih banyak peluang dan tantanganÂ
yang lebih berat dari tetesan embun
Karena ketika cahaya mulai muncul kembali
akan berbeda rasa dan suasanaÂ
karena pasti tidak seperti cerita semalam
Yulianus Feka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H