Banyak orang yang menghalalkan segala cara  agar orang lain mengikuti hasratnya. Baik itu dalam konteks dakwah personal maupun dakwah kelompok sekalipun.
Dewasa ini, cara yang demikian jusstru terkesan sangat kuno, bahkan tak lagi berdampak signifikan untuk mencapai apa yang diinginkan. Hasilnya, mereka hanya mendapatkan kebencian sekaligus cercaan dari banyak pihak.
Sebelum terjun kedalam pembahasan dakwah persuasive, kita perlu mengetahui masalah lawan bicara dan/atau latar belakangnya terlebih dahulu. Menurut Oh Su Hyang, untuk menaklukan hati komunikan, seorang pendakwah harus menerapkan rumus :
Comunication = Quetion x Praise x  ReactionÂ
Yang berarti, komunikator atau pendakwah harus lebih banyak mendengar dibandingkan berbicara guna menguak isi hatinya. Itu karena mendengarkan situasi dan permasalahan adalah kunci dalam dakwah persuasive itu sendiri. Tidak semena-mena mempersekusi tanpa adanya tabayyun dari detailnya masalah.
Nah, setelah menguasai algoritmanya, maka langkah terakhir dari dakwah persuasive harus dilumas oleh beberapa teknik.
Menurut Oh Su Hyang, dalam bukunya "Komunikasi Itu Ada Seninya", ada 4 teknik dalam persuasi untuk menghadirkan "Ya" sekaligus memberikan hasil yang diinginkan :
1. The Law of Authority "Hukum Otoritas"
Yaitu meminjam wewenang atau dalil untuk memperkuat suatu ucapan. Contoh :
A : "Rokok itu kan tidak baik.. Berhentilah merokok. Sebagai seorang muslim kamu juga harus menghindari syubhat-syubhat.."