Mohon tunggu...
Paulinus Kanisius Ndoa
Paulinus Kanisius Ndoa Mohon Tunggu... Dosen - Sahabat Sejati

Bukan Ahli, hanya ingin berbagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembelajaran Tatap Muka (PTM) vs Pembelajaran Tatap Layar (PTL), Mana Ideal?

30 Agustus 2021   22:24 Diperbarui: 30 Agustus 2021   23:43 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentang ini, saya pernah mengulasnya pada artikel sebelumnya. kususnya terkait dengan dampak nyata yakni hilangnya unsur mendidik dalam pendidikan.

Saya tetap meyakni pendidikan dengan sistem daring bukanlah ideal. Tetapi tidak berarti buruk. Satu hal yang bisa saja terabaikan adalah unsur mendidik dalam pendidikan. 

Padahal Sekolah tidak hanya tempat dimana anak belajar ilmu pengetahun lantas setelahnya mendapat nilai akademik dalam bentuk angka. Tetapi yang utama adalah tempat dimana anak menemukan nilai kehidupan yang terukur melalui sikap hidup.

Nilai kehidupan ibarat harta karun yang mesti ditemukan anak di sekolah. Harta karun ini tidak datang dari pengetahuan teoritis tetapi datang dari tutur kata guru, datang dari sikap guru, datang dari keteladanan hidup yang baik dari guru, dsb.

Ketika anak melihat gurunya berpakaian santun, disana anak sedang menemukan harta karun, nilai hidup tentang bagaimana sopan santun berpakaian, ketika anak menyaksikan keakraban dan kerja sama yang terjalin oleh para gurunya maka disana pula anak menemukan nilai kehidupan tentang indahnya hidup berdamai, kerja sama yang erat dalam komunitas. Ketika anak melihat kedisiplinan guru disana anak belajar tentang pentingnya hidup disiplin

Tentang ini, Seneca, pujangga Romawi telah mewariskan untaian kalimat pencerahan untuk dunia pendidikan "Non scholae, sed vitae discimus"  Kita belajar bukan untuk sekolah melainkan untuk hidup. We do not learn for school, but for life"

Belajar untuk sekolah dan belajar untuk hidup. Apa maksudnya? 

Kalau saya cermati, pada umumnya motivasi belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh keinginan untuk mendapat nilai akademik yang bagus; baik dalam bentuk numerik 1 sampai 10 maupun dalam bentuk abjad A-E. 

Hal yang sama juga dari pihak orang tua, saking bangganya sampai memposting prestasi akademik anaknya di medsos. Bagi saya, hal-hal ini wajar saja. Tetapi disayangkan jika kebanggaan dan orientasi atas pendidikan hanya sebatas ini.

Mestinya pendidikan harus mampu memfasilitasi peserta didik untuk sampai pada penemuan nilai kehidupan yang mengubahnya untuk semakin lebih baik dan manusiawi. Mungkin inilah maksud Seneca sang pujangga romawi dengan ungkapannya "Non scholae, sed vitae discimus"

Saya menafsirkan ungkapan Seneca ini demikian: dalam konteks pendidikan, kita belajar tidak sekedar mendapatkan nilai akademik, atau tidak sekedar memenuhi standarisasi akademik sebagaimana yang disaratkan, melainkan harus sampai kepada perubahan sikap hidup . Ini terjadi jika di sekolah, guru tidak sekedar mengajar, mentrasfer ilmu tetapi juga mendidik, mentransfer nilai hidup. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun