Mohon tunggu...
Paulinus Kanisius Ndoa
Paulinus Kanisius Ndoa Mohon Tunggu... Dosen - Sahabat Sejati

Bukan Ahli, hanya ingin berbagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Selamat Berjuang Greysia dan Apriyani, Indonesia Menanti Emas Pertama di Ajang Olimpiade Tokyo 2020

2 Agustus 2021   05:46 Diperbarui: 2 Agustus 2021   06:26 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Perhelatan Olimpiade Tokyo 2020 masih berlangsung sampai saat ini. Atlet-atlet terbaik dari berbagai belahan dunia unjuk kehebatan dan prestasi. Tidak ketinggalan tim kebanggan kita. Sebanyak 29 orang atlet terbaik kita hadir di Tokyo, bukan untuk rekreasi tapi untuk berprestasi. 

Untuk memperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia raya di hadapan peserta yang datang dari seantero dunia. Mereka ingin bersaksi tentang olahraga indonesia. Juga tentang matrabat NKRI.

Sejak perhelatan berlangsung, beberapa diantara mereka telah menyumbangkan medali, tak peduli medali jenis apapun. Karena emas, perak dan perunggu bukan satu-satunya tujuan akhir, tetapi hanya salah satu dari banyak tujuan lain. 

Karena jika medali adalah tujuan akhir maka kita sedang menilai 'gagal' beberapa atlet kita yang sudah berjuang berdarah-darah tapi tangan tak sampai menyentuh medali. Apa boleh buat.

Windy Cantika Aisah menjadi pembuka pintu optimisme bagi rekan-rekannya ketika berhasil menyumbangkan medali perunggu bagi Indonesia dari cabang angkat besi.

Ini mengingatkan kenangan kita akan peristiwa yang terjadi pada olimpiade Seoul tahun 1988 dimana tercatat sebagai moment pertama bangsa kita meraih medali di ajang olimpiade. Nurfitriyana Saiman, Kusuma Wardhani dan Lilies Handayani berhasil meraih medali perak dalam cabang panahan beregu putri.

Saat ini, di olimpiade Tokyo 2020 kita tentu masih berharap mendapat perolehan medali emas. Dan harapan itu masih terbuka lebar dan bahkan di depan mata kita setelah Greysia Polii/Apriyani Rahayu, pasangan ganda putri bulutangkis ini memastikan diri ke final setelah berhasil mengalahkan pasangan ganda putri korea selatan, Lee Sohee/ Shin Seungchan.

Kita tentu tentu menungggu dengan harap-harap cemas. Sambil mendoakan yang terbaik untuk wakil kita. Semoga Greysia dan Apriyani berhasil mengalahkan pasangan ganda putri China Chen Qing Chen dan Jhia Yi Fan agar bisa menyumbangkan emas untuk Indonesia.

Dan bicara tentang medali emas kita pantas ingat kenangan terindah yang terjadi pada olimpiade Barcelona, tahun 1992 ketika Susi Susanti dan Alan Budikusuma  berhasil menyumbangkan medali emas untuk pertama kali bagi Indonesia di ajang olimpiade, Membanggakan. Penantian panjang sejak tahun 1952 akhirnya tercapai.

Prestasi bukan hasil Kebut Semalam. Tetapi perpaduan antara Daya juang, Skill dan Apresiasi.

Hemat saya, apapun hasil capain mereka pantaslah tetap kita apresiasi. Maka saya sangat salut, bangga dengan pernyataan menteri pemuda dan olahraga ketika diwawancara oleh kompas TV dalam acara semalam. Beliau mengatakan bahwa negara tetap mengapresiasi semua perjuangan para atlet. Apapun hasilnya.

Ini tentu sebuah ungkapan pembesar hati bagi para atlet yang tidak sampai meraih medali. Tentunya juga menjadi pendongrak optimisme bagi mereka yang sempat down karena kekalahan agar bangkit kembali menata diri untuk ajang-ajang berikutnya.

Meraih medali tentu adalah impian. Dibalik statement pak menteri di atas tampak keyakinan beliau bahwa untuk meraih medali bukan hal mudah. Bukan kayak sulap, tetapi adalah buah dari perjuangan dan apersiasi. Bukan hasil kebut semalam tetapi buah dari latihan yang terus menerus.

Maka sebenarnya kita bisa menimba pembelajaran dari setiap momentum. Saya meyakini pemerintah dalam hal ini kementrian pemuda dan olahraga, tim ofisial, pelatih dan pemain sadar akan hal ini. lantas pembelajaran apa yang bisa dipetik dari olimpiade Tokyo?

a. Segala kemungkinan bisa terjadi di arena pertandingan

Target boleh, tetapi perlu realistis. Maka saya sepakat dengan dengan cara yang dilakukan pak menteri pemuda olahraga, ketika mengadakan video call dengan salah seorang altel, bercanda ria untuk mengurangi ketengan dan beban psikis para atlet ketika bertanding. Jika mereka bermain dalam ketengan maka bisa berpengaruh pada penampilan.

b. Semua tim adalah lawan terberat

Minggu malam setelah Antony Ginting gagal lolos ke partai pucak, ayahnya sempat memberi kesaksian di Kompas TV. Ketika ditanya oleh presenter kapan berkontak terakhir kali dan adakah pesan kusus yang disampaikan kepada Antony, sang ayah berujar bahwa sehari sebelumnya dia menasihati putranya agar fokus dan jangan pernah menganggap remeh lawan.

Tampaknya kekalahan Antony Ginting bukan karena faktor itu, tetapi karena ia harus berhadapan dengan sang juara bertahan Chen Long. Rival yang amat berat tentunya.

c. Beri Apresiasi yang sepantasnya

Ketika orang merasa perjuangannya dihargai maka akan timbul semangat dan daya juangnya. Ilmu psikologis mengajarkan demikian.

Apresiasi tidak sebatas dalam bentuk uang tetapi juga dalam bentuk penerimaan yang tulus kepada atlet apapun raihan mereka. Entah mengapa ada kecenderungan masyarakat kita untuk menghakimi ketika gagal dan memuji setinggi langit ketika menang. 

Padahal jika kita tetap menghargai dan menerima kekalahan mereka, bisa saja menjadi daya yang membangkitkan semangat para atlet untuk kembali berlatih, menata diri untuk ajang-ajang lain.

d. Cara pandang terhadap kekalahan

Kekalahan jangan semata dianggap gagal. kok bisa? Nyatanya gagal. Iya memang gagal, tetapi jika semata diliat sebagai kegagalan maka kita menunggu untuk menunggu kegagalan berikutnya. Pandang kegagalan sebagai daya dorong untuk melatih diri agar lebih baik lagi. 

Karena, orang bijak belajar dari kekalahan, sementara orang bodoh memandang kekalahan sebagai kutukan. Kekalahan harus dilihat sebagai cambuk untuk memompa daya juang, untuk menata kembali strategi.

Hari ini, Senin 2 Agustus 2021,  hari kedua di bulan kemerdekaan, harapan kita tertuju kepada Greysia Polii dan Apriyani Rahayu. Juga kepada Antony Ginting yang berjuang meraih medali perunggu. 

Kita mendoakan mereka, semoga mereka bisa bermain maksimal, meraih apa yang menjadi harapan kita semua. Mengangkat medali emas juga perunggu. 

Memperdengarkan lagu kebanggaan kita, Indonesia Raya di negeri yang pernah menjajah kita 3,5 tahun. Kalaupun toh tak sampai, kepada mereka pantas tetap kita kenang sebagai putra-putri terbaik bangsa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun