Ini tentu sebuah ungkapan pembesar hati bagi para atlet yang tidak sampai meraih medali. Tentunya juga menjadi pendongrak optimisme bagi mereka yang sempat down karena kekalahan agar bangkit kembali menata diri untuk ajang-ajang berikutnya.
Meraih medali tentu adalah impian. Dibalik statement pak menteri di atas tampak keyakinan beliau bahwa untuk meraih medali bukan hal mudah. Bukan kayak sulap, tetapi adalah buah dari perjuangan dan apersiasi. Bukan hasil kebut semalam tetapi buah dari latihan yang terus menerus.
Maka sebenarnya kita bisa menimba pembelajaran dari setiap momentum. Saya meyakini pemerintah dalam hal ini kementrian pemuda dan olahraga, tim ofisial, pelatih dan pemain sadar akan hal ini. lantas pembelajaran apa yang bisa dipetik dari olimpiade Tokyo?
a. Segala kemungkinan bisa terjadi di arena pertandingan
Target boleh, tetapi perlu realistis. Maka saya sepakat dengan dengan cara yang dilakukan pak menteri pemuda olahraga, ketika mengadakan video call dengan salah seorang altel, bercanda ria untuk mengurangi ketengan dan beban psikis para atlet ketika bertanding. Jika mereka bermain dalam ketengan maka bisa berpengaruh pada penampilan.
b. Semua tim adalah lawan terberat
Minggu malam setelah Antony Ginting gagal lolos ke partai pucak, ayahnya sempat memberi kesaksian di Kompas TV. Ketika ditanya oleh presenter kapan berkontak terakhir kali dan adakah pesan kusus yang disampaikan kepada Antony, sang ayah berujar bahwa sehari sebelumnya dia menasihati putranya agar fokus dan jangan pernah menganggap remeh lawan.
Tampaknya kekalahan Antony Ginting bukan karena faktor itu, tetapi karena ia harus berhadapan dengan sang juara bertahan Chen Long. Rival yang amat berat tentunya.
c. Beri Apresiasi yang sepantasnya
Ketika orang merasa perjuangannya dihargai maka akan timbul semangat dan daya juangnya. Ilmu psikologis mengajarkan demikian.
Apresiasi tidak sebatas dalam bentuk uang tetapi juga dalam bentuk penerimaan yang tulus kepada atlet apapun raihan mereka. Entah mengapa ada kecenderungan masyarakat kita untuk menghakimi ketika gagal dan memuji setinggi langit ketika menang.Â