Mohon tunggu...
Paulinus Kanisius Ndoa
Paulinus Kanisius Ndoa Mohon Tunggu... Dosen - Sahabat Sejati

Bukan Ahli, hanya ingin berbagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

PPKM Darurat Vs Darurat Kesadaran

9 Juli 2021   12:20 Diperbarui: 10 Juli 2021   13:53 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Polisi mengalihkan arus lalu lintas pengendara di pos penyekatan pembatasan mobilitas masyarakat pada PPKM Darurat di wilayah perbatasan menuju Jakarta di Jalan Raya Lenteng Agung, Jakarta, Sabtu (3/7/2021). (Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso via kompas.com)

Sejak covid-19 melanda negeri ini berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah untuk mengatasi penyebaran virus yang berbahaya ini. 

Upaya-upaya ini lahir dari maksud luhur Pemerintah untuk menyelamatkan nyawa warga bangsa ini. Tetapi disayangkan bahwa upaya baik ini belum sepenuhnya membuahkan hasil yang maksimal. 

Virus berbahaya ini tak kunjung minggat dari bumi Indonesia, dan bahkan telah merenggut nyawa puluhan ribu anak bangsa ini. Belum terhitung yang masih dalam perawatan dan yang menjalani isolasi mandiri. Ada apa dengan ini semua? 

Apakah karena strategi pemerintah belum sangat 'manjur' ataukah karena daya kerja dan tingkat keganasan virus yang melampaui kemampuan manusia untuk mengatasinya? 

Atau tingkat kedisplinan dan kesadaran masyarakat dalam menjalankan protokoler kesehatan yang masih memprihatinkan? Ada faktor lain yang oleh banyak orang menafsirkan secara magis sebagai bentuk kutukan atau kemurkaan Yang Kuasa. 

Untuk yang terahir ini tentu sulit dibuktikan secara ilmiah dan rasional. Penulis secara pribadi lebih tertarik untuk menakar dan menganalisis tiga kemungkinan pertama tadi: strategi penanganan, keganasan virus dan kesadaran menjalankan protokol kesehatan.

Strategi Penanganan

Penulis menyadari tidak memiliki kompetensi memadai untuk menilai efektivitas dan ketepatan strategi yang diterapkan pemerintah terkait penanganan covid-19. 

Tetapi hendak menyodorkan sejumlah fakta yang menunjukan bahwa pemerintah tidak tinggal diam, tidak menyerah tanpa upaya untuk menangani wabah berbahaya dimaksud. 

Tentu sudah banyk strategi dan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Sebut saja beberapa di antaranya: penggalangan gerakan 3 M dan 5 M: memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan, lalu mengurangi mobilitas dan menghindari kerumunan. 

Masyarakat diimbau untuk mengikuti protokoler kesehatan dalam aktivitas sosialnya. Selain itu, pemerintah juga telah mengupayakan pemberian vaksinasi yang sampai saat ini masih berlangsung. 

Juga disediakan tempat isolasi bagi yang terpapar. Selain itu pemerintah juga telah berupaya untuk meminimalisir kerumunan dan mobilitas masyarakat melalui kebijakan PPKM, PPKM-Mikro, PPKM-Darurat. 

Tentu masih banyak lagi upaya dan strategi yang telah dibuat pemerintah. Point penting dari semuanya adalah pemerintah ingin menegaskan kepada masyarakat Indonesia bahwa negara hadir dalam situasi pandemi ini. Virus ini tidak hanya menyerang orang perorang tetapi bangsa ini secara keseluruhan. 

Segala upaya tampaknya belum membuahkan hasil menggembirakan. Mengapa? Bisa saja menurut penulis faktor kesadaaran masyarakat akan bahaya covid serta ketidakmampuan menemukan 'nilai' dibalik aturan yang tertulis menjadi penyebabnya.

Darurat kesadaran

Segala upaya dan niat baik pemerintah untuk menangani dan mengatasi wabah covid-19 tidak akan membuahkan hasil maksimal jika tidak dibarengi dengan kesadaran dari masyarakat itu sendiri. 

Kita meyakini itu. Segala aturan apapun bentuknya tidak akan berjalan optimal jika tidak dibarengi kesadaran dari pihak-pihak yang terikat dengan aturan dimaksud. kesadaran akan 'nilai' dibalik aturan yang tertulis. 

Hemat penulis nilai yang diperjuangkan dibalik aturan adalah: nilai hidup, nilai solidaritas, serta tangungjawab sosial. Jika tanpa kesadaran akan nilai-nilai ini maka segala aturan apapun bentuknya hanya akan dilihat sebagai pembatasan kebebasan semata. 

Dan kalau ini yang dilihat maka masyarakat akan cenderung reaktif bahkan mencari celah untuk melanggarnya. Ini sungguh memprihatinkan, apalagi terjadi pada orang-orang yang berpendidikan. Hal inilah yang masih menimpa masyarakat bangsa ini.

Simpulnya demikian; PPKM darurat terjadi selain karena ganasnya covid-19 tetapi juga karena kesadaran bangas ini yang semakin darurat. PPKM-darurat bisa saja tidak akan pernah ada jika masyarakat ini tidak sedang 'darurat' dalam hal kesadaran akan nilai dibalik aturan. 

Logika sederhananya demikian: jika saya mengenakan masker, disiplin mencuci tangan, menghindari kerumunan dan mengikuti protkoler kesehatan maka saya sedang memperjuangkan agar saya terhindar dari terpaan Virus. 

Itu saya sedang meminimalisir bahaya yang sedang mengancam nyawa saya. 

Begitu juga demikian, secara sosial saya juga sedang meminimalisir kemungkinan-kemungkinan yang bisa mendatangkan petaka bagi orang lain akibat kelalaian saya mengikuti protokoler kesehatan. 

Maka, mari kita mengembalikan kesadaran kita, melihat dengan pikiran positif tanpa tendesi dan kecurigaan berlebihan atas segala aturan yang diterapkan sambil berkomitmen: Kita pasti bisa keluar sebagai pemenang. 

Mengembalikan bangsa ini kepada situasi "normal". Dengan demikian kita mengembalikan martabat kemanusiaan kita kepada maksud awali dari Sang Pencipta: "diciptakan-Nya segala sesuatu baik adanya'. Rd.NN.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun