Kritik Untuk Diri Tentang Sebuah Sikap
Mungkin pada masa lampau kita pernah berjuang bersama,belajar, bahkan turun langsung menjadi demonstran untuk melawan dan lantang menentang tentang ketidakadilan yang dibuat oleh pembuat kebijakan sampai merasa menjadi pahlawan untuk mewakili suara-suara rakyat tertindas.
Ketika waktu tergulung dan melipat segala perjuangan masa lampau. Keadaan berbeda melahirkan permasalahan  baru di kemudian hari bahkan di hari ini. Tentang tersedianya makanan di meja untuk keluarga, memenuhi lumbung pangan, mengoleksi jam tangan terbaru hingga sekedar menata rumput halaman tempat tinggal. Hal demikian mungkin bisa kita temukan pada saat ini.
Saya, anda dan kita semua mungkin memilih warna yang berbeda, jika hari ini kita menjadi pekerja, ibu rumah tangga, pemuka agama, pemilik perusahaan bahkan pembuat kebijakan, tidak ada yang salah dengan pilihan itu semua. Jika pada masa lalu kita belajar tentang agama, ekonomi, sejarah, bahkan matematika dan lain sebagainya. Kiranya itu semua menjadi sebuah alat harapan dikemudian hari untuk kita mengatasi permasalahan pada hari ini.Â
Bahkan ketika kita mengingat dan saya yakin jika kita semua bisa membayar waktu untuk bisa kembali lagi dimasa muda mungkin kita bisa memejamkan mata sejenak. Â tidak hanya rasa, bahkan seluruh darah yang mengalir menjadikan kita mampu untuk berlari hingga percaya diri untuk menegakan kepala dan mengatakan saya pasti bisa. Jika di masa lalu anda belajar tentang ekonomi dan hari ini anda menjadi ahli ekonomi namun mengabaikan kemanusiaan dan kebenaran yang selalu diajarkan di masa lalu, maka hal demikian tidak bernilai, pun jika anda di masa lalu belajar tentang sejarah dan hari ini anda menjadi sejarahwan namun mengabaikan kemanusiaan dan kebenaran yang selalu diajarkan di masa lalu, maka hal demikian tidak bernilai dan demikian pula pada semua bidang.
Menyapa Diri Kita
"Kita mungkin satu rumah, bahkan keluarga. sudah lama kita berdiam satu sama lain, harapan esok kita bisa bicara untuk menyatukan kembali dedaunan yang berserakan" sepenggal kutipan puisi dari Muhammad Iqbal penyair abad ke 20 yang merindukan persatuan di negaranya Pakistan, nampaknya bait itu masih relevan untuk kondisi dunia saat ini.Â
Sudah hampir sebulan serangan zionis terhadap warga gaza masih berlanjut, melahap semua yang ada di kota yang berbatasan langsung dengan mesir dan laut tengah. Mereka membunuh warga sipil termasuk anak-anak dan wanita hingga wartawan. Bahkan tempat ibadah sampai dengan rumah sakit ikut diratakan dengan serangan udara yang disengaja mereka lakukan untuk membersihkan warga sipil gaza. Laporan terakhir yang bersumber dari media pemerintah Palestina menyebutkan 10.000 lebih warga sipil yang menjadi korban kejahatan yang dilakukan zionis. Termasuk 4.324 anak-anak, 2.823 wanita, dan 649 lansia serta 2.550 orang hilang terjebak di dalam reruntuhan bangunan yang menjadi korban pembunuhan masal serangan udara zionis. Perlawanan rakyat palestina tidak hanya dimulai pada 7 Oktober 2023 lalu ketika pejuang palestina melakukan operasi badai Al Aqsa sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan.Â
Jauh sebelum itu selama 75 Tahun silam rakyat palestina mengalami tindak kekerasan, pengusiran masyarakat, hingga perampasan tanah serta pemukiman, kondisi tersebut terus berlangsung hingga saat ini. Mungkin kita bisa melihat akar masalah ini dalam catatan sejarah, catatan kebenaran yang sebagian orang melupakannya.
Matinya organisasi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menjadi tanda bahwa bukti negara-negara barat dan organisasi tersebut gagal untuk merawat peradaban. mereka bahkan diabaikan oleh zionis dan Pemerintah Amerika, Inggris serta Uni Eropa secara terang-terangan mendukung apa yang dilakukan zionis. Kemunafikan barat terutama Pemerintah Amerika dan sekutunya telah terbuka dan seluruh dunia telah menyaksikan bahwa apa yang mereka kampanyekan selama ini tentang merawat bumi berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di gaza. Bahkan mereka pantas untuk menyandang sebagai perusak bumi dan peradaban manusia, tidak ada arti apapun yang diraih mereka  jika tujuan mereka memusnahkan manusia.
Telah Tampak
Ketika kebatilan secara terang-terangan telah tampak di hadapan kita, bersamaan dengan itu mungkin kita bisa bertanya pada diri mengapa kita masih diam untuk menampakan kebenaran? Palestina adalah simbol panggilan kemanusiaan, panggilan setiap telinga manusia di seluruh dunia, panggilan setiap mata manusia di seluruh dunia bahkan  panggilan tingkat hati nurani manusia untuk kemerdekaan umat manusia. Berbicara kondisi palestina saat ini adalah berbicara tentang kemanusiaan, tentang masih adanya hati nurani setiap individu, tentang manusia yang mempunyai hak untuk bernafas, tentang hak anak- anak untuk bisa bermimpi, tentang hak wanita untuk merdeka dan melahirkan, tentang hak ibu untuk membesarkan dan merawat anaknya, tentang keadilan, tentang hak dasar manusia dan tentang kebenaran yang harus ditegakan.
Mereka merupakan saudara-saudara kita sebagai manusia, sebagai manusia yang mengharapkan merdeka dan mempunyai hak untuk menjadi manusia seutuhnya. Cerita hari ini membuat sebagian dari kita buta bahkan menutup telinga apa yang terjadi pada dunia saat ini, kita tidak hanya disibukan untuk memenuhi isi perut dan lumbung pangan, memastikan tersajinya hidangan pagi siang hingga malam untuk keluarga, hingga menghadiri sebuah pesta perjamuan kolega. Disaat yang sama mengabaikan kondisi saudara kita yang masih memperjuangkan kemerdekaannya sebagai manusia.
Terjawab Oleh Waktu
Pendahulu kita mungkin sudah memahami dan mengajarkan kita untuk masa depan tentang sebuah jawaban-jawaban ujian kelak kita dapati. Dengan berjalannya waktu kini kita dalam posisi mereka yang memikirkan tentang bagaimana merawat bumi dan kehidupan manusia, kita semua mungkin akan sepakat mengatakan tentang pengalaman adalah sebuah pembelajaran terbaik. Fakta itu tidak bisa dibantah sekalipun anda mungkin bisa mempertanyakan tentang kehidupan seseorang melalui pengalaman yang berbeda. Jika hari ini Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tidak bisa menghentikan kejahatan kemanusiaan, sudah waktunya para pemimpin negara-negara islam dan arab serta dunia timur mengambil peran dan sikap. Apa yang terjadi hari ini sebagian dari mereka terkesan ragu bahkan memilih sikap aman untuk memposisikan mereka berada di bagian pihak mana, meskipun kebenaran telah tampak  ada di depan mata.Â
Jika memang pemimpin-pemimpin negara islam dan arab serta timur mendukung bahwa cita-cita perdamaian adalah sesuatu yang mulia dan harus diperjuangkan, sudah seharusnya mereka lantang dan mengambil peran serta sikap untuk memastikan mana negara sahabat dan mana negara penjajah. Kita perlu mendefinisikan ulang tidak hanya tentang harapan-harapan dan angka tingkat pertumbuhan dari ekonomi dunia. Lebih dari itu, kita bisa mendefinisikan ulang tentang dampak perdamaian dunia untuk kesejahteraan ekonomi masyarakat dunia.
Pendengar Yang Baik
Tidak hanya masyarakat Palestina yang selalu menceritakan kondisi kehidupan mereka selama 75 tahun dalam situasi penjajahan yang mereka alami dan ingin mendapatkan perhatian dunia, pun demikian dengan kita. Jika kita saja bercerita dan berharap orang lain mendengarkan dan menjadikan itu seperti ikatan tali yang membelenggu dan terlepas pada diri kita, bagaimana bahagianya seorang anak yang  selalu bercerita dan antusias menceritakan kegiatan mereka selepas bermain kepada orang tua? Bagaimana rasa haru seorang ayah yang memikirkan setiap permasalahan kehidupan keluarganya yang telah dijawab oleh Tuhan dikemudian hari? Hari ini mungkin kita tidak mendengar lagi tangis dari saudara, mungkin mereka sedang terlelap tidur atau mungkin air matanya telah terkuras habis bahkan makanan yang tersaji belum sempat mereka melahapnya.
Bagian Penting
Kita semua kecil di hadapan Tuhan, namun jangan pernah merasa kecil dihadapan kebatilan. Ketika kita merasa tidak pernah didengar, maka cukuplah yang menguasai alam semesta ini tetap mendengar. Kita adalah partikel terpenting dalam susunan atom pada alam semesta. Cepat atau lambat kita mungkin akan dilupakan dan dilahap oleh waktu, tapi catatan kemuliaan setiap langkah kita akan abadi terpampang dalam setiap sudut lembar alur cerita yang bermuara pada hari pertimbangan.
Dari saudaramu Indonesia, Palestine Will Be Free
Jakarta, 9 November 2023
Nuryayan Andri Suhendri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H