Fenomena pernikahan dini menunjukkan adanya ketegangan antara nilai tradisional dan dampak sosial yang ditimbulkan. Tradisi yang mendukung pernikahan dini sering kali berakar pada budaya dan kepercayaan yang sudah ada sejak lama, sementara dampak sosialnya, terutama pada perempuan, menunjukkan bahwa pernikahan dini membawa banyak kerugian jangka panjang. Dalam hal ini, penting untuk melakukan pendekatan yang lebih sensitif terhadap budaya lokal, namun tetap mempertimbangkan dampak yang merugikan dari pernikahan dini.
"Sebagai orangtua, yah tentu saja saya malu jika anak saya hamil di luar nikah. Kalua nyatanya hanya ini cara untuk menyelamatkan nama baik keluarga dan anak saya, tindakan ini tidak ada masalah. Lagipula, dengan menikah, mereka bisa belajar bertanggung jawab atas kesalahan meraka." Ujar salah satu warga sekitar Desa Pentadio Barat
Pernikahan dini memiliki dampak serius, baik pada kesehatan fisik dan mental remaja, terutama perempuan, yang rentan mengalami komplikasi saat hamil dan melahirkan. Selain itu, banyak yanh terpaksa berhenti sekolah, kehilangan peluang pendidikan dan karier, serta terjebak dalam ketergantungan ekonomi. Dampak jangka panjang lainnya adalah terbentuknya pola kekerasan dalam rumah tangga karena ketidaksiapan mental dan emosional pasangan yang masih sangat muda
Pernikahan dini membawa berbagai dampak yang signifikan bagi individu dan masyarakat, antara lain:
Dampak terhadap Kesehatan Reproduksi: Perempuan yang menikah pada usia muda berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan, baik fisik maupun mental. Kehamilan pada usia muda dapat meningkatkan risiko komplikasi medis, seperti preeklampsia dan kelahiran prematur.
Pengaruh terhadap Pendidikan: Pernikahan dini sering kali menghalangi perempuan untuk melanjutkan pendidikan mereka. Banyak dari mereka yang terpaksa mengundurkan diri dari sekolah karena tanggung jawab domestik setelah menikah, yang mengarah pada rendahnya tingkat pendidikan di kalangan perempuan.
Ketidaksetaraan Gender: Pernikahan dini juga berkontribusi pada ketidaksetaraan gender, karena perempuan lebih sering terjebak dalam peran domestik dan terbatas dalam akses terhadap kesempatan ekonomi atau pengembangan diri.
Peningkatan Kemiskinan: Banyak pasangan yang menikah dini berada dalam kondisi ekonomi yang kurang stabil, yang dapat memperburuk kondisi kemiskinan. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pendidikan dan kesehatan memperburuk siklus kemiskinan.
Dampak Psikologis: Remaja yang menikah pada usia muda sering mengalami tekanan psikologis akibat tanggung jawab yang besar. Ketidaksiapan emosional untuk menghadapi kehidupan pernikahan bisa menyebabkan masalah psikologis, seperti stres, kecemasan, dan depresi.
Masyarakat perlu diberikan pemahaman yang lebih baik mengenai konsekuensi dari pernikahan dini dan pentingnya pendidikan bagi perempuan. Selain itu, upaya untuk mengubah pola pikir yang mendukung pernikahan dini sangat penting dalam menciptakan perubahan sosial yang lebih positif.
Pendidikan tentang Bahaya Pernikahan Dini: Mengadakan program edukasi dan penyuluhan kepada masyarakat, terutama di daerah-daerah yang memiliki tingkat pernikahan dini tinggi, untuk memberikan pemahaman tentang risiko pernikahan dini.