Mohon tunggu...
Nuryadin Sukardin
Nuryadin Sukardin Mohon Tunggu... Bankir - Karyawan BUMN

Mahasiswa S2

Selanjutnya

Tutup

Money

Peranan Kawasan Timur Tengah dalam Distribusi Perdagangan Minyak Bumi Dunia

24 November 2020   15:00 Diperbarui: 24 November 2020   16:07 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ditinjau secara geografi, Timur-Tengah merupakan kawasan yang terletak disebelah barat Asia, dan sebelah utara Afrika serta sebelah tenggara Eropa. Berdasarkan sejarahnya, Timur Tengah merupakan kawasan yang kerap disebut sebagai kawasan lahirnya berbagai ajaran agama dan kepercayaan, yang saat ini masyarakat anut, baik ajaran agama Yahudi, Kristen, maupun Islam diturunkan pada kawasan ini.

Kepemilikan sumber daya minyak bumi di Timur Tengah juga didukung dengan adanya berbagai selat, laut, maupun terusan yang strategis, yang dapat menjadi jalur perdagangan laut yang semakin meningkatkan ekspor daripada minyak Timur Tengah. Dimana hal ini terlihat dari salah satu jalur perdagangan terpenting dan terbesar di dunia yakni Selat Hormuz (Hormuz Strait) dan Terusan Suez ada pada kawasan ini.  Minyak bumi ini merupakan kebutuhan pokok bagi industri-industri di negara-negara di dunia. Sangat memungkinkan negara-negara penghasil minyak bumi di Timur Tengah terutama negara-negara bagian Teluk Persia untuk dengan mudah membangun hubungan dengan negara-negara besar seperti negara-negara Eropa dan Amerika.

Selat Hormuz (Hormuz Strait)

Selat Hormuz yang mengarah keluar dari Teluk Persia dan Selat Malaka, yang menghubungkan Samudra Hindia dan Pasifik, adalah chokepoint strategis terpenting di dunia yang diukur berdasarkan volume transit minyak, yang merupakan gabungan 57% dari semua perdagangan minyak yang diangkut melalui laut. Pada 2013, sekitar 17 juta barel per hari melintas Selat Hormuz, yang menghubungkan Teluk Persia dengan Teluk Oman dan Laut Arab. Selat Malaka adalah jalur laut terpendek antara pemasok Teluk Afrika dan Persia serta konsumen Asia. Pada akhir 2013, perdagangan melalui Malaka mencapai 15,2 juta barel per hari.

Pasar energi Internasional bergantung pada rute transportasi yang dapat diandalkan. Sekitar 63% (56,5 juta barel per hari) produksi minyak dunia pada 2013 bergerak di jalur laut berdasarkan data Energy Information Administration (EIA) pada tahun 2014. Titik penghambat dunia untuk transit maritim minyak adalah bagian penting dari keamanan energi global karena tingginya volume minyak bumi dan cairan lain yang diangkut melalui jalur ini.

Memblokir chokepoint (celah sempit untuk pelayaran antar negara/benua) untuk sementara dapat menyebabkan peningkatan substansial dalam total biaya energi dan harga energi dunia, karena gangguan pada rute ini dapat memengaruhi harga minyak dan menambah ribuan mil transit di rute alternatif. Chokepoint juga membuat kapal tanker minyak rentan terhadap pencurian dari bajak laut, serangan teroris, kecelakaan pengiriman yang dapat menyebabkan tumpahan minyak yang menghancurkan dan kerusuhan politik dalam bentuk perang atau permusuhan.

Terusan Suez

Terusan Suez dan Pipa SUMED Terletak di Mesir, merupakan rute strategis untuk pengiriman minyak dan gas alam Teluk Persia ke Eropa dan Amerika Utara. Selat Bab el-Mandeb adalah titik penghubung antara Tanduk Afrika dan Timur Tengah dan merupakan penghubung strategis antara Laut Mediterania dan Samudra Hindia. Selat Denmark dan Selat Turki adalah rute ekspor minyak utama ke Eropa untuk Rusia dan negara-negara Eurasia lainnya, termasuk Azerbaijan dan Kazakhstan.

Seiring waktu, terkait Terusan Panama dan Jalur Pipa Trans-Panama dengan perdagangan minyak global telah berkurang. Banyak kapal tanker modern terlalu besar untuk melakukan perjalanan melalui Terusan Panama, dan penurunan produksi minyak dari Lereng Utara Alaska menurunkan volume minyak yang melalui pipa.

Peningkatan minyak mentah produksi dalam negeri Amerka Serikat (AS) mengubah pola perdagangan melalui chokepoints dunia. Secara historis, penyuling AS telah menjadi konsumen utama minyak mentah Afrika, terutama minyak mentah light sweet dari Nigeria, Aljazair, dan Angola. Namun, dengan peningkatan produksi minyak mentah light sweet AS, AS telah mengimpor lebih sedikit minyak mentah dari Afrika dan lebih banyak minyak mentah Afrika telah dikirim ke Asia melalui Selat Malaka.

Dengan kepemilikan sumber daya minyak yang berlimpah, jalur perdagangan laut yang strategis, menjadikan kawasan Timur Tengah sebagai "jembatan" atau penghubung antar tiga benua, yakni Asia, Afrika, dan Eropa. Disatu sisi, nilai strategis yang dimiliki oleh Timur Tengah memang memberikan banyak keuntungan bagi negara-negara Timur Tengah. Akan tetapi, melihat banyaknya potensi dari nilai strategis tersebut, disisi lain mengundang perhatian yang sangat besar dari negara-negara di luar kawasan untuk menaruh kepentingan mereka atas nilai strategis dan potensi yang dimiliki oleh kawasan Timur Tengah.

maritime-oil-chokepoint-5fbcaa6f94d5fd59f46730f3.png
maritime-oil-chokepoint-5fbcaa6f94d5fd59f46730f3.png
Masa Pandemic Covid 19

Harga minyak dunia anjlok tajam pada bulan April 2020. Bahkan, harga minyak yang diperdagangkan di kontrak berjangka West Texas Intermediate (WTI) saat ini sudah minus alias di bawah nol. Dilansir dari CNN, Selasa (21/4/2020), harga minyak di Amerika Serikat (AS) anjlok di titik terendahnya menjadi -37,63 dollar AS per barel. Itu level terendah sejak NYMEX membuka perdagangan berjangka minyak pada tahun 1983. Merosotnya harga minyak ini terjadi karena lesunya permintaan di AS maupun global. Harga kontrak pada pengiriman Mei 2020 sebenarnya akan segera berakhir, saat ini para pembeli fokus pada pembelian untuk kontrak pada bulan Juni 2020. Dengan harga minyak yang minus pada kontrak, berarti pedagang atau pemilik minyak harus membayar pada setiap minyak yang terjual kepada pembelinya.

Berdasarkan Short-Term Energy Outlook (STEO) November 2020, dalam kondisi tingkat ketidakpastian yang tinggi karena pengaruh COVID-19. Berkurangnya aktivitas ekonomi terkait pandemi COVID-19 telah menyebabkan perubahan pola permintaan dan pasokan energi pada tahun 2020 dan akan terus mempengaruhi pola tersebut di masa mendatang. Produk domestik bruto (PDB) AS turun 4,4% pada paruh pertama tahun 2020 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. PDB mulai naik pada kuartal ketiga tahun 2020, dan STEO ini mengasumsikan akan tumbuh sebesar 3,7% dari tahun 2020 hingga 2021.

Harga spot minyak mentah Brent rata-rata USD 40 per barel (b) di bulan Oktober 2020, turun USD 1 / b dari rata-rata di bulan September 2020. Harga Brent turun pada Oktober karena produksi minyak mentah yang sebelumnya terganggu di Libya kembali online dan karena kasus COVID-19 mulai meningkat di banyak negara, yang dapat mengurangi permintaan minyak dalam beberapa bulan mendatang. Terlepas dari perkembangan ini, EIA memperkirakan persediaan minyak global akan terus turun dalam beberapa bulan mendatang. Namun, EIA memperkirakan tingkat persediaan minyak global yang tinggi dan surplus kapasitas produksi minyak mentah akan membatasi tekanan naik pada harga minyak dan bahwa harga Brent akan tetap mendekati USD 40 / b hingga akhir tahun 2020. EIA memperkirakan bahwa ketika permintaan minyak global meningkat, perkiraan persediaan akan berkurang pada tahun 2021 akan menyebabkan beberapa tekanan harga minyak naik.

EIA memperkirakan bahwa rata-rata 95,3 juta barel per hari (b / d) bahan bakar minyak dan cair dikonsumsi secara global pada bulan Oktober 2020. Konsumsi bahan bakar cair turun 5,9 juta b / d dari Oktober 2019, tetapi naik dari rata-rata kuartal ketiga 2020 sebesar 94,1 juta b / d dan rata-rata kuartal kedua 2020 sebesar 85,3 juta b / d. EIA memperkirakan konsumsi global minyak bumi dan bahan bakar cair akan mencapai rata-rata 92,9 juta b / d untuk sepanjang tahun 2020, turun 8,6 juta b / d dari 2019, sebelum meningkat 5,9 juta b / d pada 2021.

Hal ini diperparah dengan kondisi kepemilikan sumber daya minyak negara-negara Timur Tengah yang kurang didukung dengan teknologi mereka yang dapat mengolah produksi minyak bumi secara sempurna, sehingga negara-negara produsen minyak Timur Tengah ini membutuhkan bantuan negara lain berupa teknologi yang dapat memaksimalkan produksi minyak bumi. Tentunya ini menjadi salah satu kesempatan besar bagi negara-negara industri besar yang membutuhkan minyak sebagai sumber energi utama untuk pengembangan industrinya, dengan menarik simpati para negara-negara produsen minyak melalui bantuan teknologi canggih yang pada akhirnya untuk melancarkan kepentingan negara-negara tersebut atas minyak Timur Tengah.

Nuryadin Sukardin

Manado, 23 Nopember 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun