Selamat siang sobat,
Pagi tadi setelah memberi makan ikan ikan Cupang dan Sepat yang saya pelihara kemudian lanjut menyiram tanaman di halaman depan rumah, saya menikmati sarapan dengan dua potong roti dan segelas teh hangat.
Setelah itu, saya beranjak ke ruang literasi yang berada di lantai dua untuk mulai beraktivita menulis sambil menikmati panas matahari pagi dan angin sepoi sepoi yang melintas dari pintu dan jendela yang terbuka lebar.
Tak lama, sebuah tulisan selesai saya buat lalu saya publikasikan di blog pribadi : doviri974.blogspot.com.
Selesai dengan tulisan pertama, saya nglaras sejenak sambil mendengarkan lagu lagu dari penyanyi favorit Ebiet G Ade yang begitu sarat makna.
Kebetulan di sebelah laptop, ada beberapa tumpukan file yang baru saya bawa ke ruang literasi dari ruang kerja saya di lantai bawah.
Setumpuk file diantaranya adalah buku buku komik yang saya buat di tahun 70-an dan terlihat sudah agak kusam, maklumlah buku buku komik ini berupa buku gambar di tahun 70-an.
Di tulisan ini saya ingin berbagi cerita kenapa saya bisa membuat komik di usia ukuran bocah.
Saat itu di tahun 1971, saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) kelas 5 di Cijantung 2, perumahan dinas TNI AD namanya SD Kuntum Wijaya Kusuma, Persit Kartika Chandra Kirana (sekarang bernama SD Kartika XI).
Di masa itu, hiburan anak anak seusia saya yang sangat digemari adalah membaca buku buku komik. Berbagai judul komik yang saya baca saat itu, mulai dari cerita pewayangan yaitu Mahabarata dan Ramayana. Juga cerita heroik fiksi seperti Gundala Putra Petir, Godam, Pangeran Melar, Si Buta dari Goa Hantu. Atau juga cerita lain seperti Wiro, anak rimba Indonesia, Tuan Tanah Kedaung.