Beberapa lama kemudian, saya kembali membeli batu Rubah Banyuwangi yang sudah berbentuk cincin berdimensi 20 mm x 15 mm.Â
Kali ini warna batu Rubah Banyuwangi yang saya beli berwarna merah putih. Warna merahnya akan menjadi terlihat pekat ketika saya olesi minyak zaitun.
Satu kali batu cincin Rubah Banyuwangi saya rendam dalam air putih namun perubahan warna terjadi cukup lama dan warna merahnya pun sangat muda. Bisa jadi karena batu ini tidak semuanya berwarna merah melainkan ada warna putihnya.
Menurut ceritanya, batu Rubah Banyuwangi ini banyak ditambang penduduk setempat di Gumuk Gedek, Desa Barurejo, Kecamatan Siliragung Kabupaten  Banyuwangi. Tak mudah menemukan batu Rubah Banyuwangi ini, perlu ketelitian dan kesabaran menggali.
Saat booming batu akik, menurut pecinta akik di daerah Banyuwangi, sebongkah ukuran kepalan tangan dewasa batu Rubah Banyuwangi merah nilainya mencapai 5 juta rupiah.
Yang berburu batu ini pun umumnya bukan warga setempat, tapi orang dari daerah lain.Â
Tak heran karena harga dan sulitnya mencari, batu ini banyak dipalsukan, sama seperti halnya batu Bacan yang terkenal lebih dahulu.
Konon kabarnya, batu Rubah Banyuwangi yang asli warnanya justru merah muda, berendamnya pun perlu setengah jam agar air berubah menjadi merah. Sedangkan kalau yang palsu, sebentar saja direndam, air sudah berubah warna menjadi merah darah pekat.
Melihat batu asli atau palsu juga mudah dan bisa dilihat dengan memberi olesan minyak zaitun di atas batu Rubah Banuwangi. Jika saat diolesi minyak, warna dan motifnya tak berubah maka dipastikan batu Rubah Banyuwangi tersebut palsu. Tetapi jika dioles warna merahnya semakin menyala maka batu Rubah Banyuwangi tersebut asli.
Kabarnya, memalsukan warna Rubah Banyuwangi itu dengan banyak dicampur tinta printer atau dicampur dengan merah meronanya buah naga. Namun yang palsu kalau direndam terus terusan lama-lama merahnya hilang.Â
Cara jitu paling ekstrim ialah dengan mencicipi air rendaman batu Rubah Banyuwangi.Â