Sumber gambar: Dokumen pribadiÂ
Saya membeli bongkahan batu Bacan Palamea yang berwarna hijau kebiruan di lapak
online yang berlokasi di kota Sidoarjo pada tanggal 22 Januari 2018.Â
Bongkahan batu Bacan Palamea yang terlihat cukup banyak bercak hitam dan kapur itu tidaklah terlalu besar dan hanya bisa dibuat dua buah batu cincin yang berukuran sekitar 15 mm x 13 mm.
Sekitar tiga minggu kemudian, saya membawa bongkahan batu Bacan Palamea ke tempat pembuatan batu cincin di Pasar Segar Depok. Hari itu adalah hari Minggu danbtempat tersebut sangat ramai karena ada lomba burung berkicau yang letaknya dekat dengan kios Dedi sang pengrajin pembuatan batu cincin.
Dedi tetap membuka kiosnya meski di dekatnya cukup ramai orang yang tengah sibuk
dengan burung di dalam sangkar yang akan dilombakan.
Saya menyerahkan bongkahan
batu Bacan Palamea ke Dedi. Bongkahan batu Bacan Palamea bentuknya gak beraturan sehingga Dedi perlu mencari sisi yang tepat untuk bisa membuat sebuah batu cincin.
Selagi Dedi meng-GOSPOL batu Bacan Palamea, saya sempat melihat lomba burung.
Sekitar satu jam setelahnya, saya kembali ke kios dan ternyata Dedi sudah menyelesaikan pembuatan batu Bacan Palamea yang terpasang pada sebuah cincin alpaka berdimensi 15 mm x 13 mm.Â
Dedi menyebutkan sulit untuk menghindarkan bercak hitam dan kapur yang masih terdapat di batu cincin tersebut.
Menurut Dedi, nantinya kapur yang ada akan menghilang demikian pula bercak hitamnya.
Batu Bacan memang terkenal sebagai batu "hidup" dan akan berproses atau bermetamorfosis dalam batu tersebut yang berupa proses mengkristal dan perubahan
warna juga dalam menghilangkan bercak bercak hitam dan kapur pada batu Bacan Palamea tersebut.