"Ada yang tahu apa itu Tri Dharma Perguruan tinggi?."Â
Sebuah pertanyaan yang langsung mengena kepada 20 mahasiswa inbound Universitas Tribhuwana Tunggadewi yang hadir pada tanggal 24 September 2022 di kampoeng cemploek,  Dusun Sumberjo RW. 02, Desa Kalisongo.  bukan sebab apa-apa, pertanyaan tersebut diajukan oleh  pak Redy Eko Prastyo selaku ketua acara festival Kampoeng Cemploek  sebagai renungan mahasiswa, Tri Dharma Perguruan Tinggi memiliki makna 3 poin utama yakni, pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian kepada masyarakat artinya ilmu yang dimiliki mahasiswa bukankah seharusnya akan dikembalikan ke masyarakat? lalu sudahkah hati kita bergerak setidaknya memajukan tempat kelahiran kita sendiri?Â
Â
Kampoeng Cemploek adalah manifestasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, bukan hanya mahasiswa namun semua elemen masyarakat ikut bergotong royong membangun Kampoeng Cemploek yang sekarang  sudah berusia ke 12 tahun, memperkuat fondasi sebagai  modal untuk memasuki babak baru yakni  tingkat Internasional,  sebab Kampoeng Camploek ini, pelestarian daerah, kesenian dan budaya ada di pundak pemuda Indonesia, kalau bukan kita pemuda Indonesia terus siapa lagi?
Â
Festival Kampoeng Cemploek  adalah festival yang penuh keunikan, hadir dari stigma dari kata kampung dengan lahan yang kebanyakan hanya digunakan pertanian juga SDM yang masih kurang itu menjadi tantangan pak Redy Eko Prastyo dkk, bahwa justru setiap kampung mempunyai keunikan dari segi seni dan budaya, hanya perlu kerja sama semua elemen, seni dan budaya tersebut dapat dilestarikan. kini Kampoeng Cemploek  diadakan 7 hari dengan agenda acara yang penuh seperti  panggung pementasan, aktivitas seni berupa seni Barong Singo Yudho, Pencak Silat, Musik Perkusi, Jaran Kepang/Kuda Lumping,  seni Ande-ande Lumut serta  kuliner khas Indonesia yang sudah jarang ditemukan.
Â
20 mahasiswa inbound Universitas Tribhuwana Tunggadewi program pertukaran mahasiswa yang dari daerah yang berbeda-beda itu, menjadi harapan pak Redy Eko Prastyo, sekiranya nanti jika  kembali ke daerah masing-masing bisa membentuk Kampoeng Cemploek  yang baru.
Â
Selanjutnya kunjungan 20 mahasiswa inbound  tersebut termasuk penulis juga melakukan wawancara kepada beberapa unsur. seperti pedagang makanan khas Jawa yakni pak Anto yang mengatakan dengan acara seperti ini mampu  mengenalkan makanan khas jawa kepada masyarakat, beberapa dagangannya pun banyak diminati salah  satunya  onde-onde dan klepon.Â
Begitupun dari pengunjung  pasangan muda-mudi yaitu Dimas dan  Adelin yang kompak mengatakan bahwa festival  ini penuh dengan keunikan.
 " festival ini unik karena beragamnya pilihan dari segi makanan, namun untuk pesan saya kedepannya  yaitu perlu ada pembenahan dari segi perluasan lahan karena pengunjung yang datang sangat banyak." Ungkap Dimas dan Adelin.
Â
Wawancara terakhir dilakukan kepada pemilik kesenian yaitu  pak Ade yang menyanyikan lagu-lagu berbahasa jawa dan mengenalkan kepada mahasiswa alat-alat yang sudah jarang ditemukan seperti cipung, teko dari tanah liat, juga penumbuk padi tradisional.
Â
Referensi : Wawancara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H