Lingkungan dan budaya memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan sosial-emosional anak, terutama pada anak Sekolah Dasar (SD). Perkembangan sosial-emosional merujuk pada kemampuan anak untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan emosi mereka, serta membangun hubungan yang sehat dengan orang lain. Di jenjang SD, anak mulai belajar bagaimana berinteraksi dengan teman sebaya, guru, dan orang dewasa lainnya, yang semuanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan budaya.
A. Peran Lingkungan dalam Perkembangan Sosial-Emosional
Lingkungan sekitar anak, baik itu di rumah, sekolah, atau masyarakat, memainkan peran yang sangat besar dalam membentuk sikap dan perilaku sosial anak. Di rumah, pola asuh orang tua, interaksi keluarga, dan cara orang tua mengelola emosi akan menjadi model utama bagi anak. Misalnya, jika orang tua menunjukkan sikap sabar, pengertian, dan kasih sayang, anak akan cenderung meniru perilaku ini dalam berinteraksi dengan orang lain.
Di sekolah, lingkungan yang mendukung dan aman sangat penting untuk perkembangan sosial-emosional. Guru yang peka terhadap perasaan siswa, menciptakan atmosfer yang inklusif, dan mengajarkan keterampilan sosial melalui kegiatan kelompok atau diskusi dapat membantu anak-anak belajar cara bekerja sama, menghargai perbedaan, dan menyelesaikan konflik dengan cara yang sehat. Selain itu, lingkungan sekolah yang bebas dari intimidasi atau kekerasan sangat penting agar anak merasa aman dan dapat berkembang secara emosional.
B. Peran Budaya dalam Perkembangan Sosial-Emosional
Budaya juga berpengaruh besar terhadap cara anak memahami dan mengelola emosi mereka. Setiap budaya memiliki nilai-nilai dan norma sosial yang berbeda terkait dengan bagaimana emosi diekspresikan dan diterima. Misalnya, dalam budaya tertentu, anak diajarkan untuk menahan atau menyembunyikan emosi negatif, seperti marah atau kecewa, sementara dalam budaya lainnya, ekspresi emosi tersebut bisa lebih diterima.
Selain itu, budaya juga memengaruhi pola interaksi sosial, seperti bagaimana anak belajar tentang kerjasama, rasa hormat, dan tanggung jawab. Di beberapa budaya, keluarga besar sering terlibat dalam kehidupan anak, memberikan rasa dukungan sosial yang lebih luas. Di budaya lain, anak mungkin lebih diberi kebebasan untuk mengambil inisiatif dan membuat keputusan sendiri, yang juga memengaruhi perkembangan sosial-emosional mereka.
C. Implementasi bagi Anak SD
Bagi anak SD, lingkungan dan budaya harus diterjemahkan ke dalam praktik yang mendukung pembelajaran keterampilan sosial-emosional. Berikut adalah beberapa contoh penerapan yang dapat dilakukan di sekolah dan rumah:
1. Pendidikan Emosional di Sekolah:
  Sekolah dapat mengimplementasikan program pengembangan kecerdasan emosional, seperti mengajarkan anak-anak untuk mengenali berbagai emosi melalui aktivitas permainan atau cerita. Guru juga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbicara tentang perasaan mereka dan belajar cara mengungkapkan emosi dengan cara yang positif.