Mohon tunggu...
Nurwahidah
Nurwahidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

perkenalkan nama saya NURWAHIDAH, saya adalah seorang mahasiswa baru di universitas Muhammadiyah Mataram, jurusan pendidikan guru sekolah dasar fakultas keguruan dan ilmu pendidikan,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Pengaruh Lingkungan dan Budaya dalam Membentuk Perkembangan Sosial-Emosional Anak"

19 Januari 2025   20:21 Diperbarui: 19 Januari 2025   19:15 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Lingkungan dan budaya memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan sosial-emosional anak, terutama pada anak Sekolah Dasar (SD). Perkembangan sosial-emosional merujuk pada kemampuan anak untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan emosi mereka, serta membangun hubungan yang sehat dengan orang lain. Di jenjang SD, anak mulai belajar bagaimana berinteraksi dengan teman sebaya, guru, dan orang dewasa lainnya, yang semuanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan budaya.

A. Peran Lingkungan dalam Perkembangan Sosial-Emosional

Lingkungan sekitar anak, baik itu di rumah, sekolah, atau masyarakat, memainkan peran yang sangat besar dalam membentuk sikap dan perilaku sosial anak. Di rumah, pola asuh orang tua, interaksi keluarga, dan cara orang tua mengelola emosi akan menjadi model utama bagi anak. Misalnya, jika orang tua menunjukkan sikap sabar, pengertian, dan kasih sayang, anak akan cenderung meniru perilaku ini dalam berinteraksi dengan orang lain.

Di sekolah, lingkungan yang mendukung dan aman sangat penting untuk perkembangan sosial-emosional. Guru yang peka terhadap perasaan siswa, menciptakan atmosfer yang inklusif, dan mengajarkan keterampilan sosial melalui kegiatan kelompok atau diskusi dapat membantu anak-anak belajar cara bekerja sama, menghargai perbedaan, dan menyelesaikan konflik dengan cara yang sehat. Selain itu, lingkungan sekolah yang bebas dari intimidasi atau kekerasan sangat penting agar anak merasa aman dan dapat berkembang secara emosional.

B. Peran Budaya dalam Perkembangan Sosial-Emosional

Budaya juga berpengaruh besar terhadap cara anak memahami dan mengelola emosi mereka. Setiap budaya memiliki nilai-nilai dan norma sosial yang berbeda terkait dengan bagaimana emosi diekspresikan dan diterima. Misalnya, dalam budaya tertentu, anak diajarkan untuk menahan atau menyembunyikan emosi negatif, seperti marah atau kecewa, sementara dalam budaya lainnya, ekspresi emosi tersebut bisa lebih diterima.

Selain itu, budaya juga memengaruhi pola interaksi sosial, seperti bagaimana anak belajar tentang kerjasama, rasa hormat, dan tanggung jawab. Di beberapa budaya, keluarga besar sering terlibat dalam kehidupan anak, memberikan rasa dukungan sosial yang lebih luas. Di budaya lain, anak mungkin lebih diberi kebebasan untuk mengambil inisiatif dan membuat keputusan sendiri, yang juga memengaruhi perkembangan sosial-emosional mereka.

C. Implementasi bagi Anak SD

Bagi anak SD, lingkungan dan budaya harus diterjemahkan ke dalam praktik yang mendukung pembelajaran keterampilan sosial-emosional. Berikut adalah beberapa contoh penerapan yang dapat dilakukan di sekolah dan rumah:

1. Pendidikan Emosional di Sekolah:

   Sekolah dapat mengimplementasikan program pengembangan kecerdasan emosional, seperti mengajarkan anak-anak untuk mengenali berbagai emosi melalui aktivitas permainan atau cerita. Guru juga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbicara tentang perasaan mereka dan belajar cara mengungkapkan emosi dengan cara yang positif.

2. Aktivitas Kelompok:

   Mengorganisir aktivitas kelompok, seperti proyek bersama atau permainan tim, dapat membantu anak belajar cara bekerja sama, berbagi, dan menyelesaikan masalah bersama. Hal ini juga mengajarkan anak tentang pentingnya menghargai perbedaan dan berkomunikasi secara efektif.

3. Pengajaran tentang Budaya dan Toleransi:

Sekolah dapat mengenalkan anak-anak pada berbagai budaya melalui kegiatan seperti pertukaran budaya atau pembelajaran tentang tradisi dan kebiasaan dari berbagai daerah. Ini akan mengajarkan anak untuk lebih menghargai keberagaman dan belajar tentang toleransi serta kerjasama lintas budaya.

4. Modeling dari Orang Tua:

   Di rumah, orang tua dapat menjadi contoh yang baik dalam mengelola emosi dan menyelesaikan konflik. Anak-anak yang melihat orang tua mereka berbicara dengan tenang dan menyelesaikan masalah dengan cara yang konstruktif cenderung meniru perilaku tersebut dalam kehidupan mereka sehari-hari.

5.Penguatan Positif:

 Anak-anak yang menunjukkan perilaku sosial yang baik, seperti berbagi atau membantu teman, dapat diberi penguatan positif. Penghargaan ini bukan hanya berupa hadiah, tetapi juga pengakuan atas usaha mereka dalam berinteraksi dengan baik dengan orang lain.

Lingkungan dan budaya memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan sosial-emosional anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan emosional dan sosial anak-anak, baik di rumah maupun di sekolah. Dengan pendekatan yang tepat, anak-anak dapat belajar mengelola emosi mereka, berinteraksi dengan orang lain dengan cara yang sehat, dan menghargai perbedaan budaya, yang semuanya merupakan keterampilan penting dalam kehidupan sosial mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun