Mohon tunggu...
Nurwahidah
Nurwahidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Hasanuddin

History and cultural lover.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sendratari Ramayana Prambanan Yogyakarta, Dulu dan Kini

23 April 2024   22:28 Diperbarui: 23 April 2024   22:44 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sendratari adalah sebuah pertunjukkan yang menggabungkan seni drama dan tari dalam satu waktu, yang diiringi dengan musik gamelan. Pertunjukkan ini adalah salah satu bentu pelestarian kebudayaan masyarakat Jawa yang ada di Yogyakarta tentang epos Hindu Ramayana tepatnya terletak di kawasan wisata Candi Prambanan.

Seperti yang kita ketahui, kisah Rama dan Sinta adalah salah satu kisah aksi-romansa yang paling terkenal di dunia. Kisah yang diperagakan dalam drama tari tanpa dialog ini memiliki keunikan tersendiri di mana iringan musik, bantuan lampu berwarna juga latar Candi Prambanan menambah keestetikan pertunjukan.

Pertunjukan ini menitikberatkan pada ekspresi wajah dan tarian apik yang dilakoni oleh pemeran, tak lupa musik yang memperjelas suatu situasi adegan. Keindahan, kisah epik, seni semuanya tersaji dalam satu waktu pertunjukkan.

Pertunjukan yang mengisahkan perjalanan cinta Rama dan Sinta ini dibagi dalam beberapa bagian. Di tiap bagian, terdapat judul yang menjadi highlight episodenya.Di bagian pertama berjudul "Hilangnya Sinta". Pada bagian ini, seperti judulnya adalah mengisahkan tindakan Rahwana yang menculik Sinta. Kemudian pada bagian kedua berjudul "Hanuman Duta". Bagian ketiga memiliki judul "Gugurnya Kumbakarna" dan yang terakhir berjudul "Api Suci Sinta".

Adapun busana yang dikenakan oleh para pelakon dalam pertunjukan ini, adalah merujuk pada gaya keraton Yogyakarta atau Surakarta. Pemeran-pemerannya mengenakan kain batik da selendang terang, pun riasan yang menambah kesan pertunjukan. Atribut-atribut kecil yang menyempurnakan penampilan, ditata sedemikian rupa untuk merefleksikan makna sesuatu yan ingin ditujukan. 

Dalam hal ini, contohnya adalah hiasan kepala yang menyerupai Cand Prambanan, batik motif parang yang hanya dikenakan pelakon Rama (seperti aturan Keraton yang hanya boleh dikenakan oleh Raja), atau mengecat warna putih bagi pemeran Anoman atau kera.

Semua hal yang diatur dan dipersiapkan, memang bertujuan untuk merefleksikan makna yang terkandung. Para penonton diharapkan untuk mencapai makna itu dari pertunjukan yang ada.

Berkesempatan melihat langsung Sendratari ini pada 30 September 2023, pertunjukan ini benar-benar menyajikan keindahan seni beberapa bentuk dalam satu waktu. Pendalaman karakte dalam bentuk tarian, penjelasan situasi yang tercermin dalam segala gerik dan tindak tanduk, serta penyampaian rasa yang terrefleksi dalam musik gamelan, semuanya dieksekusi dengan sangat apik dan ideal.

Berdasarkan wawancara dan penelitian yang saya lakukan, pertunjukan ini sejatinya diadakan untuk melestarikan budaya dan epos Hindu kisah Rama dan Sinta, lebih mengenalkan Candi Prambanan sebagai situs warisan dunia, musik gamelan selaku alat musik tradisional setempat serta melihat batik sebagai pakaian tradisional Indonesia yang memiliki nilai seni tinggi.

Pertunjukan ini pula diadakan di tempat terbuka di sisi barat komplek Candi Prambanan, sehingga panggung yang digunakan berlatar Candi Prambanan itu sendiri. Tempat duduk para penonton pun memiliki kapasitas sekitar 900 orang. Hal ini cukup berbeda jika pertunjuka diadakan ditempat tertutup ketika musim hujan, yakni hanya sekitar 300-400 orang saja.

Epos Hindu ini sudah dikisahkan dalam bentuk pertunjukan seperti ini sejak lama, yakni pada tahun 1961. Gagasan awal dari Sendratari Ramayana berawal dari ide GPH Djatikoesoemo untuk meningkatkan pariwisata Indonesia di mata dunia. Pada tahun 1960 Djatikoesoemo menyaksikan pertunjukan Royal Ballet of Cambodia yang dipentaskan di depan Angkor Wat dalam perjalannya ke negara-negara sahabat untuk meninjau tempat-tempat yang dapat menjadi sumber inspirasi, setelah kembali ke Indonesia akhirnya Djatikoesoemo beniat untuk mementaskan sebuah pagelaran dramatari yang ditampilkan di depan Candi Prambanan.

Pementasan perdana dilakukan pada 26 Juli 1961, diresmikan oleh Menteri Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi, dan pariwisata (PDPTP), Mayor Jenderal GPH Djatikusumo.  

Pementasan dibuka dengan pidato pengantar dari Prof. Dr. Soeharso, selaku panitia penyelenggara dan sutradara. Tamu undangan yang hadir dalam peresmian antara lain: Sri Sultan Hamengkubuwana IX, Gubernur Jawa Tengah Mochtar, Kepala Polisi Jawa Tengah Dr. Sukahar, dan Pembantu Menteri PDPTP Mayor Petut Soeharto (id.m.wikipedia.org).

Panggung terbuka Candi Prambanan yang sebelumnya dibuat pada pertama kali pementasan tahun 1961 masih berada di dalam kompleks Candi Prambanan, sehingga kemudian dibuat panggung terbuka baru yang berada di luar zona candi. 

Panggung terbuka yang baru memiliki kapasitas 991 tempat duduk, terletak di sebelah barat kompleks Candi Prambanan, di sebelah barat Kali Opak. Tribun penonton menghadap ke timur sehingga ketiga candi utama Candi Siwa, Candi Wisnu, dan Candi Brahma menjadi latar belakang panggung. 

Pada malam hari candi akan disorot dengan lampu berteganggan tinggi untuk menghasilkan efek latar yang megah. Pertunjukan panggung terbuka hanya bisa diselenggarakan pada musim kemarau berkisar bulan Mei -- Oktober, pentas dimulai dari pukul 19.30 sampai 21.30 bergantung kondisi cuaca. 

Gedung pertunjukan tertutup bernama Trimurti terletak di sebelah selatan panggung tertutup, dapat menampung 300 sampai 400 penonton, Sendratari Ramayana di gedung Trimurti disajikan dalam format cerita penuh dari sejak Rama mengikuti sayembara sampai denga pertemuan kembali Rama dengan Sinta (id.m.wikipedia.org).

Hingga kini, pertunjukan itu tetap diadakan dengan jadwal rutin tiap selasa, kamis, dan sabtu.

Itulah salah satu upaya dan bentuk keberagaman budaya yang ada di Yogyakarta.

Pengalaman ini sendiri saya dapatkan dari kegiatan Pertukaran Pelajar (PMM) 3 beberapa waktu lalu di Yogyakarta, jauh dari kampus asal saya yang berada di Sulawesi Selatan.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun