Mohon tunggu...
Nur Wahdah Maulidyah
Nur Wahdah Maulidyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - 22107030085 Mahasiswa UIN SUNAN KALIJAGA

Penikmat anime Jepang yang sedang tergila-gila dengan seorang idol Korea

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Hadirnya ChatGPT, Sang Kecerdasan Buatan: Bagaimana Nasib Masa Depan?

22 Maret 2023   18:26 Diperbarui: 22 Maret 2023   18:42 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal pelatihan teknologi AI itu mahal. OpenAI hanya melatih model sekali dengan semua kesalahan yang masih dimiliki oleh model tersebut. Kedua, chatGPT beroperasi dengan input data tahun 2021. Jadi dia tidak tahu apa yang terjadi setelah tahun 2021. 

Ketiga, chatGPT tidak mampu memahami makna teks seperti manusia. Dia tidak mampu memahami sarkasme atau ironi karena dia hanya model statistik yang bekerja berdasarkan pola data yang diterimanya. 

Keempat, jawaban chatGPT masih bisa salah. Validitas dan reliabilitas jawabannya belum sepenuhnya akurat. Dia juga belum mampu berpikir kritis. Dia hanya mampu memaparkan fakta-fakta yang telah dikumpulkan dari sampel text di internet dan menuliskannya kembali.

Nah dengan keterbatasan itu bagaimana sih masa depan chatGPT?
ChatGPT dan model bahasa lainnya akan terus berkembang. Aspek yang mungkin akan dikembangkan banyak, misalnya seperti membuat model lebih efisien dan cepat, sehingga bisa lebih mudah digunakan dalam berbagai macam aplikasi juga aspek yang membuat model jadi lebih powerful, tidak rentan terhadap kesalahan, bias, dan keterbatasan lainnya. 

Aspek penting lainnya adalah meningkatkan kemampuannya untuk memahami dan merespon masukan yang tidak sesuai. Memahami kasus-kasus langkah dan menghasilkan teks dengan konteks dengan emosi. Penelitian terus dilakukan untuk mengintegrasikan common sense atau pemikiran akal sehat dan pengetahuan eksternal, juga memahami sarkasme dan ironi supaya chatGPT lebih mirip manusia.

Suka tidak suka, siap tidak siap, AI atau kecerdasan buatan seperti chatGPT ini akan menjadi bagian dari keseharian kita. Maka pilihannya ada pada kita. Apakah kita akan membiarkan diri kita jadi obsolit karena pekerjaan kita sudah diambil alih oleh AI atau kita justru belajar untuk memanfaatkan AI untuk membuat diri kita jadi lebih produktif? 

Saat ini kita berada di sebuah pivotal moment. Bagaimana kita bekerja, berkarya, dan belajar tidak akan sama seperti dulu lagi. Terimalah kenyataan itu dan mulailah melatih diri untuk menjadi bagian dari masa depan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun