Mohon tunggu...
Nur Wahdah Maulidyah
Nur Wahdah Maulidyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - 22107030085 Mahasiswa UIN SUNAN KALIJAGA

Penikmat anime Jepang yang sedang tergila-gila dengan seorang idol Korea

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Hadirnya ChatGPT, Sang Kecerdasan Buatan: Bagaimana Nasib Masa Depan?

22 Maret 2023   18:26 Diperbarui: 22 Maret 2023   18:42 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia bisa mendisrupsi para copywriter, content writer, programmer pemula, dan knowledge worker lainnya. ChatGPT juga membuat para guru dan dosen cemas karena muridnya atau mahasiswanya bisa saja memakai chatGPT untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka. Bayangkan saja ya chatGPT bisa bikin esai, mengerjakan tugas desain, fisika, kimia, musik, dan semuanya.

Seorang pengamat pernah mencoba membuat esai menggunakan chatGPT terus dicek menggunakan aplikasi pemeriksa plagiarisme, hasilnya tidak ada indikasi esai itu produk plagiat. Esai itu dinilai original dan unik. Maka berbagai universitas wajar kalau jadi heboh. 

Di George Washington University sekarang ini banyak profesor menghilangkan PR. Ujian open book juga dihapus karena rentan dikerjakan mahasiswa dengan menggunakan chatGPT. 

Sekarang mereka lebih banyak memberi tugas di kelas, membuat makalah tulisan tangan, kerja kelompok, dan ujian lisan. Selain itu, sekitar 6.000 dosen dari Harvard University, Yale University, University of Rhode Island sudah mengajukan GPTZero. Itu adalah program yang bisa mendeteksi dengan cepat teks yang dihasilkan oleh AI. Salah satu aplikasi deteksi plagiarisme namanya turnitin, fiturnya akan diperkaya supaya bisa mengidentifikasi penggunaan AI.

Menariknya lagi bahwa dengan chatGPT, para pekerja bisa mengerjakan tugas yang berhubungan dengan teknologi walaupun mereka tidak memiliki keterampilan IT. Pekerja yang bekerja secara manual bisa naik kelas menjadi knowledge worker. 

Seorang Frontline workes misalnya, bisa berpartisipasi dalam transformasi digital di perusahaannya dengan menggunakan AI untuk mendesain proses kerja yang lebih baik. Dengan begitu terbukalah peluang karir yang lebih luas dan lebih tinggi bagi si Frontline worker tadi. 

Oleh karena itu, lihatlah chatGPT sebagai tools untuk membantu kita berkarya lebih produktif. Pandanglah chatGPT seperti kalkulator yang membuat berhitung jadi lebih mudah atau seperti aplikasi pengecekan ejaan pada Word processor yang memudahkan kita dalam menulis artikel.

Maka dengan memanfaatkan chatGPT sebagai tools, kita bisa memanfaatkan waktu tenaga dan pikiran untuk menyelesaikan pekerjaan yang lebih penting dan lebih krusial. Biarlah AI yang melakukan pekerjaan teknis dan berulang. 

Pada akhirnya penggunaan AI akan mengotomasi semua pekerjaan teknis bahkan sebagian pekerjaan kreatif. Maka fokuslah pada pekerjaan yang strategis, pekerjaan yang tidak bisa dilakukan oleh robot. 

Itulah sebabnya ke depan nanti keterampilan soft skill jadi lebih diperlukan, misalnya seperti kreativitas, inovasi, problem solving, komunikasi, dan hubungan interpersonal. Sebab sampai saat ini hanya itulah skills yang belum direbut oleh AI.

Meski dianggap canggih, chatGPT masih memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, chatCPT didasarkan pada model bahasa pemrograman. Itu membutuhkan pelatihan supaya bisa berfungsi dengan baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun