Mohon tunggu...
Nur Wahdah Maulidyah
Nur Wahdah Maulidyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - 22107030085 Mahasiswa UIN SUNAN KALIJAGA

Penikmat anime Jepang yang sedang tergila-gila dengan seorang idol Korea

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membangun Privilege dari Bawah, Bisakah?

14 Maret 2023   21:40 Diperbarui: 14 Maret 2023   21:50 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Ilustrasi Daftar Privilege (Jojonomic)

Apakah anak yang lahir dari keluarga kaya akan gampang menjadi kaya? Iya. Apakah anak yang lahir dari keluarga mapan akan mudah untuk menjadi mapan? Iya, dia akan mudah untuk menjadi mapan. Karena apa? Karena fasilitas yang dia dapatkan dari kecil dan dia sudah punya banyak contoh yang  didapatkan dari keluarganya.

Artinya secara mindset mereka sudah terbentuk dengan melihat di sekeliling mereka dan juga dari kecil mereka sudah dibekali dengan fasilitas-fasilitas yang menunjang mereka untuk sukses. Misalnya, sekolah di tempat mahal yang hari-harinya sekolah tersebut menggunakan dua bahasa, sekolahnya kerjasama dengan sekolah luar negeri, rumahnya nyaman untuk belajar dengan fasilitas yang sangat lengkap. Jadi, memang tidak ada alasan untuk mereka untuk tidak menjadi kaya.

Sedangkan orang-orang yang lahir dari kondisi orang tuanya biasa-biasa saja, apakah bisa sukses sama seperti anaknya orang-orang yang lahir dari keluarga kaya? Jawabannya bisa, tapi memang jalannya lebih terjal.

Kita sering mendengar tentang kata privilege. Privilege adalah hak istimewa, hak istimewa yang menyangkut banyak hal sebenarnya. Tapi, privilege itu sering diartikan sebagai hak istimewa yang didapat seseorang yang lahir dari keluarga kalangan mapan. Bisa diartikan privilege itu sebagai sebuah head start. Ibarat lomba MotoGP, orang-orang yang memiliki hak istimewa ini akan memiliki start di nomor-nomor terdepan dibandingkan dengan pembalap yang lain. Sama halnya dengan orang-orang yang lahir dari kalangan mapan ini akan memiliki nomor antrian terdepan untuk meraih kesuksesan. Peluang mereka untuk sukses jelas lebih besar walaupun privilege saja tidak menjamin kesuksesan.

Contoh kasus, ada 2 orang yang akan membangun cafe. Yang 1 anaknya orang berada dan yang satu anaknya orang biasa-biasa saja. Anaknya orang berada atau anaknya orang kaya itu akan sangat mudah membangun cafe dengan modal yang sudah dia dapatkan dan juga untuk menjalankannya, dia bisa belajar dari rekan bapaknya atau partner bapaknya yang sudah sukses membangun cafe. 

Sedangkan yang biasa saja, pasti membangun mulai dari nol. Mungkin dari menjadi karyawan cafe dulu karena dia tidak punya modal. Hal tersebut terdengar kurang adil, tapi terlahir dengan privilege adalah sebuah hal yang tidak mungkin kita bisa pilih. Ada yang terlahir dari banyak kemudahan dan akses finansial. Ada juga yang harus bekerja keras banting tulang untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tapi bukan berarti pandangan akan privilege seseorang membuat kita sering mengeluh dan merasa iri dengan mereka yang memang terlahir sebagai keluarga yang orang berada. Nyatanya tidak semua anaknya orang kaya itu manja, selalu bergantung pada orang tua, atau tidak tahu makna tentang perjuangan. Lahir dari keluarga kekurangan pun tidak lantas membuat kita jauh dari kata sukses. Justru ketika menyadari ada tingkatan privilege, kita bisa termotivasi untuk bekerja keras dengan mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Semua orang layak berhasil karena Tuhan itu adil. Meskipun jalan menuju kesuksesan dan kekayaan setiap orang itu berbeda-beda dan meskipun privilege menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan, tapi semua orang pasti tetap punya jalan. Kalau kita selalu merasa Tuhan itu tidak adil, lama-lama sampai tua, kerja kita hanya mengeluh dan meratapi nasib. Walaupun mungkin bukan kita yang merasakan kesuksesan, tapi minimal kita harus memutus rantai kemiskinan agar anak-anak kita nantinya bisa mendapatkan privilege dari kesuksesan kita. Pada akhirnya kita juga yang membangun privilege sendiri.

Jack Ma, miliarder asal Tiongkok adalah salah satu contoh tokoh sukses yang bukan berasal dari keluarga yang memiliki privilege. Sebelum sukses seperti sekarang, Jack Ma hanyalah seorang guru miskin sekaligus penerjemah bahasa Inggris. Kerja keraslah yang membuat ia bisa memberikan privilege kepada keluarganya. Begitu juga dengan kita. Jika orang tua kita belum bisa memberikan itu, maka berusahalah untuk membangun privilege untuk diri sendiri dan juga nantinya untuk keturunan kita kelak.

Kita bisa mulai membangun privilege tersebut dengan mengubah pola pikir. Mengubah pola pikir adalah cara awal kita punya nasib untuk sukses. Steve Siebold dalam bukunya How Rich People Think mengatakan, untuk menjadi kaya orang harus berpikir untuk kaya, begitu pola pikir itu tertanam, uang itu bisa mengalir. Nah seperti apa sih pola pikir orang kaya?

Pertama, harus berani keluar dari zona nyaman. Ketika kita menginginkan hidup yang lebih layak, artinya kita harus siap keluar dari zona nyaman mengambil pekerjaan yang lebih menantang. Jangan cepat puas dengan apa yang kita hasilkan. Tanamkan pikiran bahwa kita ingin bertumbuh lebih besar sehingga kita bisa terus menantang diri kita.

Kedua, lingkungan pertemanan yang mendukung. Jika sekarang merasa sedang berada di lingkungan pertemanan yang tidak mendukung, segera keluar dari lingkungan tersebut. Untuk sukses dibutuhkan lingkungan yang mendukung. Kalau selalu berada di lingkungan pertemanan yang toksik, lama-lama akan tertular toksik. Keluarlah, cari lingkungan yang baik.

Ketiga, punya gaya hidup yang sederhana. Hampir semua pengguna internet mengenal yang namanya Mark Zuckerberg, si pemilik Facebook, yang punya gaya hidup sangat sederhana. Padahal dengan kekayaan yang dimilikinya, dia bisa saja membeli rumah mewah, kendaraan yang super canggih, hingga barang-barang branded dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kalau Mark Zuckerberg yang memiliki privilege saja memilih untuk hidup sederhana, kenapa kita tidak?

Lebih penting lagi, kita harus memiliki rasa syukur dengan apa yang kita terima sekarang. Bersyukur dan kemudian bekerja keraslah sampai nanti pada akhirnya kita bisa memberikan privilege kepada keturunan keturunan kita kelak. Kita sebagai manusia berhak menentukan jalan hidup kita kedepannya dan itu merupakan sebuah privilege.

Kita tidak memulai pada titik yang sama. Ada yang lahir dari keluarga yang berada. Ada yang lahir dari keluarga yang biasa-biasa saja. Tapi itu sudah menjadi takdir kita. Selama kita memiliki kemerdekaan untuk menentukan jalan hidup, rasanya itu sudah sangat cukup untuk membangun kepercayaan untuk terus bekerja keras. Pada akhirnya kita bisa membangun lingkaran privilege untuk anak-anak kita kelak. Jangan pasrah dan jangan mau kalah karena sukses adalah hak semua orang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun