Mohon tunggu...
Nurussakinah -
Nurussakinah - Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan FKM UI yang tertarik mendalami hal-hal yang berhubungan dengan ksehatan lingkungan dan kewirausahaan... jika ingin berteman, silahkan follow penulis di @nurssaki.. Salam lingkungan!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wisata Sosial di Pulau Tidung? Mengapa Tidak?

18 Mei 2012   16:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:07 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena jarang makan makanan yang bergizi cukup, tubuh pasangan suami istri tersebut sangat memprihatinkan. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan kelompok kami, berat badan istrinya hanya sekitar 36 kg padahal tinggi badannya lebih dari 150 cm. Rumah yang mereka tempati hanya sepetak kecil dan tidak memiliki dapur. Karena, berdasarkan pengamatan saya posisi dapur atau lokasi memasak berada di depan rumah tersebut. Bahan bakar yang digunakan untuk memasak masih menggunakan arang, mungkin menggunakan ampas kelapa yang mereka kumpulkan. Meski masih ada masyarakat miskin yang sulit menikmati ikan, namun pemerintah daerah Pulau Tidung cukup bagus dalam menyediakan dan membangun rumah permanen untuk para warga miskin ini. Berdasarkan penuturan Ibu X dan Ibu Y tadi, rumah yang mereka tempati dulunya gubuk kayu. Namun, belakangan pemerintah sedang melakukan pembangunan rumah permanen untuk mereka yang masih tinggal di rumah semi-permanen. Solusi untuk mengatasi kemiskinan di Pulau Tidung adalah peran serta pemerintah dan masyarakat Pulau Tidung sendiri untuk memberdayakan sesama warga Pulau tidung yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Dari ketiga masalah tersebut, program "Bank Sampah" dapat menjadi solusi yang konkret untuk warga Pulau Tidung. Dengan memberikan pelatihan pengolahan sampah plastik menjadi kerjainan bagi warga Pulau Tidung, khususnya mereka yang berada pada tingkat ekonomi lemah, dapat menjadi langkah awal dalam upaya menumbuhkan kemandirian ekonomi. Dengan menjadikan sampah sebagai kerajinan khas Pulau Tidung, diharapkan dapat memberikan "economic value" pada sampah-sampah yang berada di pulau tersebut. Dengan demikian, diharapkan masyarakat setempat akan berlomba-lomba dalam mengumpulkan sampah untuk dijadikan kerjainan untuk kemudian dijual sebagai souvenir kepada turis atau wisatawan yang berkunjung. Mengingat sulitnya menghindari sampah yang berasal dari arus laut Jakarta, dengan menjadikan sampah sebagai komoditi dan bernilai jual, maka penduduk akan bersemangat dan tidak akan lelah dalam mengubah sampah menjadi souvenir bernilai dan berdaya jual tinggi. Dengan demikian, penduduk dapat memiliki tambahan penghasilan dari sampah tersebut, sehingga kedepannya mereka dapat membeli ikan untuk dikonsumsi dari hasil pengolahan sampah tersebut. Terakhir, pesan untuk wisatawan dan pembaca kompasiana untuk bersikap peduli lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya. Dan sebagai wisatawan, ada baiknya untuk berinteraksi dengan masyarakat setempat agar terbuka cakrawala dan kesadaran kita terhadap kondisi masyarakat lokal. Mereka pasrah untuk tidak mengkonsumsi ikan ketika sedang banyak wisatawan karena ikan sudah dipesan untuk para tamu. oleh karena itu, berwisata sosial dengan berinteraksi dengan warga lokal dan mengetahui kehidupan mereka akan membawa pengalaman tersendiri dari kunjungan wisata Anda. Berwisata sosial? Mengapa tidak? Salam wisata, salam lingkungan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun