Mohon tunggu...
nururidianalfiani
nururidianalfiani Mohon Tunggu... Guru - guru

pour out your worries by writing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku dan Mereka

1 Januari 2025   10:35 Diperbarui: 1 Januari 2025   10:34 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku dan mereka (sumber : unsplash.com/Nathan Wright)

Tepat ditahun ini aku lulus kuliah dengan predikat cumlaude, tentu saja rencanaku selanjutnya adalah mencari pekerjaan, ku pikir akan mudah bagiku mencari pekerjaan kenyataannya tidak. Menjadi anak terakhir sungguh tidak enak, kakakku sudah menikah dan kini semua beban akan dilimpahkan padaku. Hari demi hari dikupandangi laptop dan smartphoneku hanya untuk mencari pekerjaan, ya, sekarang mencari pekerjaan cukup dimudahkan dengan internet namun untuk masuk sebuah perusahaan tidak semudah itu.

Puluhan email sudah kukirim ke setiap perusahaan, pagi itu sebuah notifikasi muncul dari ponselku. Sebuah undangan interview, raut wajahku semu dan bingung disatu sisi aku senang akhirnya aku punya kesempatan untuk bekerja tapi disisi lain perusahaan ini cukup jauh dari rumahku, "tidak ada salahnya mencoba" batinku.

Ditemani embun pagi aku sudah bersiap-siap dengan kemeja putih dan celana hitam, bahkan ayampun belum berkokok, apa boleh buat setelah kuliat di maps jarak ke perusahaan tempatku interview memakan waktu 2 jam kuharap hasilnya tidak mengecewakan.

Setelah melewati beberapa test dan interview aku dinyatakan lolos dan akan mulai bekerja minggu depan, hari itu aku tidak langsung pulang aku berpikir untuk mencari kossan didekat kantor agar tidak memakan waktu dan biaya. Setelah berkeliling akirnya aku dapat dengan harga lumayan murah, kossan ini lumayan bagus, aku pun bingung pada ibu kos yang berani menyewakan dengan harga murah "apa tidak rugi ya" gumamku.

"disini hanya ada 6 orang penghuni termasuk kamu anak muda" kata ibu kos

"jangan pergi ke basemen" lanjutnya.

"memangnya kenapa bu?" tanyaku pada ibu kos

"basemen itu sudah menjadi gudang dan penuh dengan barang" ucapnya sambil melengos pergi

Alasan yang terdengar klasik tapi aku tak peduli aku hanya butuh tempat untuk ditinggali.

Satu hari sebelum aku bekerja aku sudah mulai pidah ke kossan agar esok hari aku bisa langsung berangkat bekerja. "kenapa kossan ini sepi sekali? Kemana para penghuninya? Apakah mereka introvert? Padahal aku ingin berkenalan dengan mereka biar bagaimanapun kami akan menjadi tetangga" tanyaku dalam hati sambil memandangi sekitar lorong kamar yang sepi.

Kossan ini terdiri dari 2 kamar yaitu kamar tidur dan tolet sementara dapur kami berbagi bersama dengan penghuni lainnya. Kamarku ada dilantai 1 karena katanya dilantai 2 khusus kamar perempuan, aku berkeliling sebentar dan pergi ke dapur untuk mengambil minum. "kamu penghuni baru?" suara yang berat itu muncul dari belakangku. Aku menoleh dan memberi senyum ramah sambil mengangguk, pria itu menjulurkan tangannya "aku Rian, kamarku disebelahmu" ucapnya, "aku Aldi" ucapku sambil membalas juluran tangannya.

Ditengah dapur kami duduk sambil memakan cemilan dan sesekali bercerita, ditengah obrolan Rian berkata "jangan terlalu akrab dengan penghuni sini dan sebaiknya tidak ikut campur urusan mereka" aku memasang wajah bingung dan penasaran, "mereka sangat emosional jadi abaikan saja mereka" lanjutnya. Aku sebenarnya tidak mengeti yang dimaksud pria ini, kenapa dia bicara seperti itu.

Aku masuk ke kamar karena harus menyiapkan untuk bekerja besok namun cacing diperutku sudah meronta-ronta. Akupun pergi ke dapur untuk memasak mi instan, terlihat 5 orang sedang duduk sambil tertawa seketika menoleh ketika aku memasuki daput. "mungkin mereka penghuni lainnya" batinku, aku tersenyum ramah kepada mereka dan merekapun membalasnya namun senyum mereka terlihat berbeda.

Dua hari sudah aku tinggal di kota ini dan dua hari sudah aku tinggal di kossan ini, hari ini aku lembur jadi aku baru pulang jam 8 malam, entah kenapa suasana malam di kossan sangat berbeda sepi dan lembab. Aku menyusuri lorong untuk menuju ke kamarku, di tengah-tengah aku sedikit terkejut dan tertegun sesosok pria diujung lorong berdiri dengan tatapan menyeramkan melihat kearahku, aku melanjutkan langkahku namun pria itu tersenyum "kenapa seram sekali padahal dia sedang tersenyum" batinku. Aku menghiraukannya dan cepat-cepat masuk kamar.

Seminggu berlalu keanehan mulai nampak di kossan ini mulai dari suara-suara yang muncul dari basemen, orang-orang yang tidak banyak bicara, dan orang yang suka menggedor pintu kamar sambil tertawa. Aku ingin pindah dari sini tapi gajiku belum turun karena baru seminggu aku bekerja belum lagi harus memikirkan biaya makan dan hidupku, mengingat aku sendirian disini aku harus bisa mengatur keuanganku.

Malam ini aku lembur lagi, sebenarnya aku cukup senang karena gajiku pasti luamayan banyak karena ada uang lembur tapi semoga badanku selalu diberi kesehatan untuk menajalaninya.

Saat aku hendak menaiki tangga tidak sengaja aku melihat pria yang tersenyum seram padaku, ia jalan kearah basemen "oh shit! Dia membawa pisau, apa yang dia lakukan" aku takut namun cukup penasaran, aku mengikuti pria itu dengan langkah yang pelan. Ternyata ada banyak ruangan dibawah sini, terdengar suara orang tertawa, aku semakin mendekat dan seketika jantungku berhenti berdetak, aku tertegun melihat kelima orang itu termasuk Rian yang kukira paling normal diantara yang lain sedang tertawa sambil menyiksa seseorang yang entah siapa. "sedang apa mereka? Kenapa mereka melakukan ini?" ada banyak pertanyaan dikepala ku. "kurasa mereka semua gila".

Aku keluar dari basemen dengan perasaan takut, aku lari kekamar dan mengunci rapat-rapat mungkin aku tidak akan bisa tidur malam ini. Semakin malam semakin mencekam dan pertanyaan dalam kepalaku tak kunjung usai, "apa yang mereka lakukan, kenapa mereka mengeroyok orang itu hingga tak bernyawa, haruskan aku lapor polisi". Yup, kurasa memang harus lapor ini tindak kriminal tidak bisa didiamkan begitu saja. Dengan suara bergetar aku mencoba menelpon polisi, belum sempat aku bicara tiba-tiba ada yang mengetok pintu kamarku, aku sangat takut.

Ketika aku membukanya mereka berlima sudah berdiri didepan kamarku dengan tatapan tajam badanku bergetar aku sangat takut "apa mereka tau aku mengintip" batinku. Rian berkata "sudah kubilang dari awal kamu seharusnya tidak mencampuri urusan orang lain" aku yang panik langsung membanting pintu dan duduk dipojok kamar dengan perasaan campur aduk.

Keesokan harinya aku terbangun dilantai kurasa aku tertidur semalam, "aku harus pindah dari sini" pikirku. Aku akan membawa sedikit demi sedikit barangku, aku keluar kamar sambil melihat keadaan sekitar "tidurmu nyenyak?" itu suara Rian, aku menoleh dan melihatnya tersenyum seolah tak terjadi apa-apa "kamu mau kopi?" lanjutnya. "maaf aku harus berangkat kerja" ucapku sambil pergi meninggalkannya.

Selama perjalanan ke kantor aku terus memikirkan kossan itu, tempat apa itu sebenarnya, kenapa mereka sangat menyeramkan, haruskan aku lapor polisi tapi aku tidak punya bukti kuat cctv pun tidak ada. Ah rasanya aku tidak ingin pulang malam ini.

Aku sudah membawa sebagian bajuku tapi aku tidak tau harus kemana, ditengah kebingungan aku teringat laptopku yang tertinggal dikamar, haruskan aku kembali ke kossan banyak data penting yang tidak bisa kutinggal. Dengan langkah berat aku memutuskan untuk kembali hanya untuk mengambil laptop dan mungkin aku akan menginap dirumah temanku untuk beberapa hari sampai aku mendapat tempat tinggal baru.

Baru beberapa langkah aku menyusuri lorong tiba-tiba bukkk!! Sebuah balok kayu mendarat tepat dikepalaku, aku terjatuh dilantai tak sadarkan diri namun samar-samar aku mendengar "kita habiskan malam ini!".

Aku tersadar mencoba membuka mata "kenapa gelap sekali? kenapa aku tidak bisa bergerak?" ucapku dalam hati sambil mencoba mencerna keadaan. Yup, sepertinya aku akan mati malam ini menjadi santapan mereka yang sedang memandangku seperti harimau lapar.

Sebelum memasuki kossan sebenarnya aku sudah mengirim pesan pada temanku Kevin jika dalam 10 menit aku belum kembali dari kossan aku harap Kevin segera menyusulku dengan membawa polisi. Aku banyak bercerita pada Kevin tentang kossan ini dan saat ini aku benar-benar membutuhkannya.

"kita harus membereskan sisa korban sebelumnya agar tidak meninggalkan jejak" ucap Rian pada keempat orang gila itu. "kemana mereka pergi" batinku sambil melirik keadaan sekitar. Aku sadar inilah kesempatanku untuk kabur dari tempat mengerikan ini.

Aku mencoba membuka ikatan ini syukurlah hanya menggunakan lakban, aku jalan dengan perlahan agar mereka tak mendengar langkahku dengan tubuh gemetar aku berharap mereka tak menyadarinya.

"Aldi!!!"

"Aldii!!"

"kamu dimana"

Itu suara Kevin, aku segera bergegas pergi namun kurasa mereka mendengar teriakan Kevin. Oh shit mereka mengejarku, tinggal sedikit lagi aku bisa meraih pintu itu "Keviiiiiiin tolong akuuuu!!!" aku berteriak sekencang mungkin dan bukkk!!! Polisi mendobrak pintu itu dan menodongkan pistol kearah bedebah itu. Kakiku lemas tapi hatiku tenang karena aku selamat.

Pagi ini aku tebangun dirumah Kevin, untuk beberapa hari aku masih akan dikota ini karena polisi masih membutuhkan keteranganku.

Hari demi hari berlalu aku memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuaku dan memilih untuk resign, sedih rasanya harus meninggalkan pekerjaan yang sudah susah payah kudapatkan namun, apa boleh buat aku tidak ingin diselimuti rasa trauma karena kejadian itu.

Ini sidang terakhir untuk memutuskan hukuman apa yang layak untuk iblis-iblis itu, hakim memutuskan hukuman mati kepada mereka berlima karena sudah banyaknya orang yang menjadi korban.

Kuharap mereka mati dalam keadaan diselimuti rasa bersalah karena mereka adalah iblis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun