Kossan ini terdiri dari 2 kamar yaitu kamar tidur dan tolet sementara dapur kami berbagi bersama dengan penghuni lainnya. Kamarku ada dilantai 1 karena katanya dilantai 2 khusus kamar perempuan, aku berkeliling sebentar dan pergi ke dapur untuk mengambil minum. "kamu penghuni baru?" suara yang berat itu muncul dari belakangku. Aku menoleh dan memberi senyum ramah sambil mengangguk, pria itu menjulurkan tangannya "aku Rian, kamarku disebelahmu" ucapnya, "aku Aldi" ucapku sambil membalas juluran tangannya.
Ditengah dapur kami duduk sambil memakan cemilan dan sesekali bercerita, ditengah obrolan Rian berkata "jangan terlalu akrab dengan penghuni sini dan sebaiknya tidak ikut campur urusan mereka" aku memasang wajah bingung dan penasaran, "mereka sangat emosional jadi abaikan saja mereka" lanjutnya. Aku sebenarnya tidak mengeti yang dimaksud pria ini, kenapa dia bicara seperti itu.
Aku masuk ke kamar karena harus menyiapkan untuk bekerja besok namun cacing diperutku sudah meronta-ronta. Akupun pergi ke dapur untuk memasak mi instan, terlihat 5 orang sedang duduk sambil tertawa seketika menoleh ketika aku memasuki daput. "mungkin mereka penghuni lainnya" batinku, aku tersenyum ramah kepada mereka dan merekapun membalasnya namun senyum mereka terlihat berbeda.
Dua hari sudah aku tinggal di kota ini dan dua hari sudah aku tinggal di kossan ini, hari ini aku lembur jadi aku baru pulang jam 8 malam, entah kenapa suasana malam di kossan sangat berbeda sepi dan lembab. Aku menyusuri lorong untuk menuju ke kamarku, di tengah-tengah aku sedikit terkejut dan tertegun sesosok pria diujung lorong berdiri dengan tatapan menyeramkan melihat kearahku, aku melanjutkan langkahku namun pria itu tersenyum "kenapa seram sekali padahal dia sedang tersenyum" batinku. Aku menghiraukannya dan cepat-cepat masuk kamar.
Seminggu berlalu keanehan mulai nampak di kossan ini mulai dari suara-suara yang muncul dari basemen, orang-orang yang tidak banyak bicara, dan orang yang suka menggedor pintu kamar sambil tertawa. Aku ingin pindah dari sini tapi gajiku belum turun karena baru seminggu aku bekerja belum lagi harus memikirkan biaya makan dan hidupku, mengingat aku sendirian disini aku harus bisa mengatur keuanganku.
Malam ini aku lembur lagi, sebenarnya aku cukup senang karena gajiku pasti luamayan banyak karena ada uang lembur tapi semoga badanku selalu diberi kesehatan untuk menajalaninya.
Saat aku hendak menaiki tangga tidak sengaja aku melihat pria yang tersenyum seram padaku, ia jalan kearah basemen "oh shit! Dia membawa pisau, apa yang dia lakukan" aku takut namun cukup penasaran, aku mengikuti pria itu dengan langkah yang pelan. Ternyata ada banyak ruangan dibawah sini, terdengar suara orang tertawa, aku semakin mendekat dan seketika jantungku berhenti berdetak, aku tertegun melihat kelima orang itu termasuk Rian yang kukira paling normal diantara yang lain sedang tertawa sambil menyiksa seseorang yang entah siapa. "sedang apa mereka? Kenapa mereka melakukan ini?" ada banyak pertanyaan dikepala ku. "kurasa mereka semua gila".
Aku keluar dari basemen dengan perasaan takut, aku lari kekamar dan mengunci rapat-rapat mungkin aku tidak akan bisa tidur malam ini. Semakin malam semakin mencekam dan pertanyaan dalam kepalaku tak kunjung usai, "apa yang mereka lakukan, kenapa mereka mengeroyok orang itu hingga tak bernyawa, haruskan aku lapor polisi". Yup, kurasa memang harus lapor ini tindak kriminal tidak bisa didiamkan begitu saja. Dengan suara bergetar aku mencoba menelpon polisi, belum sempat aku bicara tiba-tiba ada yang mengetok pintu kamarku, aku sangat takut.
Ketika aku membukanya mereka berlima sudah berdiri didepan kamarku dengan tatapan tajam badanku bergetar aku sangat takut "apa mereka tau aku mengintip" batinku. Rian berkata "sudah kubilang dari awal kamu seharusnya tidak mencampuri urusan orang lain" aku yang panik langsung membanting pintu dan duduk dipojok kamar dengan perasaan campur aduk.
Keesokan harinya aku terbangun dilantai kurasa aku tertidur semalam, "aku harus pindah dari sini" pikirku. Aku akan membawa sedikit demi sedikit barangku, aku keluar kamar sambil melihat keadaan sekitar "tidurmu nyenyak?" itu suara Rian, aku menoleh dan melihatnya tersenyum seolah tak terjadi apa-apa "kamu mau kopi?" lanjutnya. "maaf aku harus berangkat kerja" ucapku sambil pergi meninggalkannya.
Selama perjalanan ke kantor aku terus memikirkan kossan itu, tempat apa itu sebenarnya, kenapa mereka sangat menyeramkan, haruskan aku lapor polisi tapi aku tidak punya bukti kuat cctv pun tidak ada. Ah rasanya aku tidak ingin pulang malam ini.