Setelah ribuan tahun menjadi saksi, aku mulai memahami sesuatu. Aku tak hanya melihat tapi juga merasakan. Aku, angin yang selalu bergerak, mulai menciptakan cerita dari apa yang kusaksikan.
Aku meniup pasir di padang gurun, membentuk jejak langlah yang tak pernah ada. Aku memainkan nada samar dijendela kaca, seperti melodi yang hilang. Aku membawa aroma bunga ke ruang kosong, berharap manusia merasakan sedikit harapan. Tapi manusia jarang menyadari pesan yang kutinggalkan.
Suatu hari aku kembali ke padang rumput itu. Gadis kecil yang dulu memanggilku telah tumbuh dewasa. Dia berdiri dengan rambut yang masih berkibar.
“Aku tahu kau mendengarku” katanya sambil tersenyum kecil.
Dia membawa sebuah layang-layang. Layang-layang itu terbang tinggi diudara dengan pesan-pesan yang ditulis di setiap sisinya.
“Aku tak pernah berhenti percaya padamu, Angin. Terimakasih telah membawa semua ceritaku.
Aku membelai wajahnya untuk terakhir kali. Aku juga ingin berterimakasih, bukan hanya karena percaya, tetapi karena dia mendengar sesuatu yang tak banyak manusia lakukan.
Kini aku terus bergerak, menulis cerita-cerita baru di dunia yang tak pernah tidur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H