Pendidikan  inklusif  melibatkan  integrasi anak-anak dengan kebutuhan khusus ke dalam lingkungan pendidikan biasa, di mana mereka dapat belajar bersama dengan teman sebayanya (Mustika et al., 2023). Dalam sistem ini, setiap anak diajak untuk belajar di lingkungan yang mendukung serta menghargai keberagaman dan memperkuat nilai kesetaraan terutama untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) seperti siswa tunarungu.
Istilah tunarungu merujuk pada individu yang mengalami gangguan pendengaran, mencakup kategori tuli dan kurang dengar. Tuli mengacu pada kondisi kehilangan pendengaran yang parah (lebih dari 70 dB), sehingga individu kesulitan memahami informasi bahasa melalui pendengarannya, baik dengan atau tanpa alat bantu dengar. Sementara itu, kurang dengar adalah kondisi kehilangan pendengaran dengan tingkat keparahan sedang (27–69 dB), di mana individu biasanya menggunakan alat bantu dengar. Sisa kemampuan pendengarannya memungkinkan mereka memproses informasi bahasa dan memahami percakapan orang lain (Thresia et al., 2023).
Anak yang tunarungu biasanya memiliki hambatan juga dalam berbicara (Ulfah & Ubaidah, 2023). Maka dari itu, metode pembelajaran yang sesuai sangat berpengaruh terhadap pemahaman dan keberhasilan belajar siswa. Selain penggunaan metode, strategi komunikasi juga sangat penting untuk diperhatikan, terutama dalam kelas inklusif yang memiliki siswa tunarungu, contohnya seperti penggunaan bahasa isyarat dalam proses pembelajaran.
Sebagai alat komunikasi visual: bahasa tubuh dan gerak bibir, bahasa isyarat memberikan aksesibilitas komunikasi yang lebih baik bagi siswa tunarungu, serta memungkinkan mereka untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Di sekolah luar biasa, bahasa isyarat ini sudah masuk dalam kurikulum pembelajaran. Tentunya hal ini dapat diterapkan di sekolah inklusif yang memiliki siswa dengan hambatan pendengaran untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan menghargai keberagaman yang ada.
Di Indonesia terdapat dua jenis bahasa isyarat, yakni Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) dan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo). SIBI merupakan bahasa isyarat yang diciptakan oleh pemerintah atau disebut juga bahasa formal. Sedangkan Bisindo merupakan bahasa isyarat yang diciptakan oleh komunitas Tuli dan digunakan sebagai bahasa sehari-hari atau disebut juga bahasa ibu.
Bahasa isyarat merupakan alat utama yang memudahkan siswa tunarungu berkomunikasi secara efektif dengan guru dan teman-temannya. Dengan menggunakan bahasa isyarat, siswa dapat lebih mudah memahami materi pelajaran, berpartisipasi dalam diskusi, dan menjalin hubungan sosial yang baik. Hal ini tidak hanya meningkatkan kemampuan akademik, tetapi juga membangun kepercayaan diri dan kemandirian mereka.
Penggunaan bahasa isyarat dalam pembelajaran tentunya menjadi tantangan bagi guru mata pelajaran yang tidak memiliki latar belakang dari Pendidikan Khusus atau belum pernah mempelajari tentang bahasa isyarat ini. Tantangan juga dapat dirasakan bagi siswa ABK tunarungu yang hanya menggunakan bahasa isyarat alamiah dan belum menggunakan bahasa isyarat SIBI/Bisindo sebagai alat komunikasi mereka (Ulfah & Ubaidah, 2023). Selain itu, kurangnya fasilitas dan sumber daya pendukung seperti teknologi pembelajaran visual semakin menghambat akses dalam pembelajaran.
Dari tantangan yang dialami oleh siswa tunarungu, memberikan kita gambaran bahwa pembelajaran bahasa isyarat harus di berikan sejak dini saat anak berada di sekolah dasar. Orang tua juga harus peduli terhadap hambatan yang dialami oleh anak. Meskipun para dokter merekomendasikan untuk menggunakan alat bantu dengar (ABD), namun minat dan kemauan siswa menggunakan alat bantu dengar tersebut tidak terlalu mendapat perhatian, sehingga orang tua jarang memaksakan anaknya untuk menggunakan ABD tersebut (Ulfah & Ubaidah, 2023).
Di sekolah inklusif, bahasa isyarat dapat diintegrasikan dalam berbagai aspek, dari mulai pembelajaran di kelas hingga kegiatan ektrakurikuler. Â Untuk menghadapi tantangan, pelatihan bahasa isyarat bagi guru dinilai sangat penting untuk memastikan mereka dapat mengajar siswa tunarungu dengan baik dan sesuai. Pelatihan ini dapat mencakup pengenalan dasar bahasa isyarat, metode pembelajaran yang inklusif dan penggunaan alat bantu visual. Oleh karena itu, bahasa isyarat harus menjadi bagian dari kurikulum bersandingan dengan Kurikulum Merdeka di sekolah inklusif.
Banyak upaya yang dapat guru lakukan dalam menerapkan bahasa isyarat, di antaranya adalah (Ulfah & Ubaidah, 2023):
- Bahasa isyarat selalu diulang sesering mungkin, baik dalam pembelajaran maupun dalam aktivitas sehari-hari di sekolah
- Guru telah membuat RPP dan telah memasukkan bahasa isyarat sebagai media dan sudah mempersiapkan apa yang ingin disampaikan menggunakan bahasa isyarat
- Guru juga melakukan pengembangan diri dengan mempelajari bahasa isyarat SIBI ataupun Bisindo, yang bertujuan untuk meningkatkan kemahiran guru terhadap penggunaan bahasa isyarat.
- Guru harus konsisten dan melibatkan siswa dalam menggunakan bahasa isyarat.
- Guru dapat mengikuti pelatihan bahasa isyarat yang diadakan dari dinas sosial, Kemendikbud ataupun dari sekolahnya sendiri.
Lingkungan sekolah yang inklusif dapat dibangun melalui keterlibatan seluruh komunitas sekolah, termasuk siswa reguler, guru-guru, dan orang tua. Bahasa isyarat adalah salah satu kunci dalam menciptakan pendidikan inklusif sehingga siswa tunarungu dapat memperoleh akses yang setara dalam pendidikan, mengembangkan potensi mereka, dan berkontribusi secara aktif dalam miniatur masyarakat yakni sekolah.
Â
Referensi:Â
Mustika, D., Irsanti, A. Y., Setiyawati, E., Yunita, F., Fitri, N., & Zulkarnaini, P. (2023). Pendidikan Inklusi: Mengubah Masa Depan Bagi Semua Anak. Student Scientific Creativity Journal, 1(4), 41-50.
Thresia, F., Kliwandani, R., Dewi, S. A., & Artini, Y. (2023). Implementasi Kurikulum Merdeka di SLB Harapan Ibu-Kota Metro. Pen Fighters.
Ulfah, S. M., & Ubaidah, S. (2023). Penerapan bahasa isyarat dalam pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus tuna rungu. Journal of Dissability Studies and Research (JDSR), 2(1), 29-43.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H