"Wanita ngapain jadi pemimpin emang bisa?" "Wanita ngapain sekolah tinggi tinggi nanti juga akhirnya di dapur " "Wanita mah nurut saja sama suami ngapain berpendidikan" kalimat kalimat tersebut adalah kalimat yang sering kali dilontarkan, kalimat tersebut sebenarnya adalah pandangan yang membatasi dan ketinggalan zaman, Pendidikan tinggi memberdayakan perempuan mereka untuk menjadi lebih baikÂ
isu yang selalu menjadi perbincangan yang hangat untuk lebih diulas lebih mendalam adalah kepemimpinan perempuan. Mulai dari, minimal 30% jumlah kursi di parlemen untuk perempuan, isu kesetaraan gender yang menyatakan perempuan hanya di dapur saja, bahkan hanya untuk melayani suaminya. Sebenarnya apakah boleh dalam islam perempuan memimpin? Yuk simak artikel ini
Kesetaraan gender saat ini masih menjadi masalah, disebabkan karena balenggu budaya patriarki yang melekat di masyarakat, Sehingga sering kali perempuan di pandang rendah bahwa tugas perempuan hanya sekedar di dapur, dan tidak dipercaya untuk menjadi pemimpin sehingga di anggap akan memberikan dampak negative bagi masyarakat.
Gender berbeda dengan jenis kelamin, jenis kelamin adalah perbedaan biologis sementara kesetraaan gender adalah merujuk pada kesetaraan penuh laki laki dan perempuan untuk menikmati rangkaian lengkap hak hak politik, ekonomi, sipil, sosial dan budaya
Dalam memilih pemimpin tidak harus memandang jenis kelamin. Allah swt berfirman dalam quran surat al Baqarah ayat 30 yang berbunyi :
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui"." (QS. Al Baqarah: 30).
Dalam firman tersebut sudah jelas bahwasanya, khalifah berarti setiap manusia berhaak menjadi pemimpin tanpa membedakan jenis kelamin, tetapi maknanya bukan hanya menjadi pemimpin dalam pemerintahan tetapi pemimpin keluarganya, pemimpin Pendidikan, pemimpin organisasi bahkan pemimpin untuk dirinya sendiri, ayat ini diperkuat oleh hadist yang diriwayatkan oleh ibn abbas "masing masing kamu adalah pemimpin, dan masing masing kamu akan bertanggung jawab atas yang di pimpinnya"
Bagi sebagian orang yang tidak menyetujui perempuan menjadi pemimpin adalah mereka yang memegang teguh ayat al-qur'an surat an-nisa' ayat 34 yang di dalamnya menjelaskan bahwa kaum laki-laki sebagai pelindung bagi perempuan, dan kaum laki-laki lebih tegak terhadap kaum perempuan.Â
Sebab, Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan juga karena laki-laki telah memberikan nafkah dari hartanya.Â
Bersandar pada ayat inilah sebagian menganggap kaum perempuan tidak berhak menjadi seorang pemimpin. Dan yang pantas serta layak menjadi sosok pemimpin hanyalah kaum laki-laki saja.
Wanita mungkin tidak selalu menyadari betapa siapnya mereka untuk meraih kesuksesan dalam peran kepemimpinan, tetapi potensi dan keterampilan mereka tidak dapat disangkal. Untuk mendukung hal ini lebih jauh, berikut adalah alasan mengapa wanita menjadi pemimpin yang hebat:
1. Mereka Menghargai Keseimbangan antara Pekerjaan dan Kehidupan
"Wanita adalah pemimpin yang hebat karena kami mampu menyeimbangkan keterampilan kepemimpinan profesional dan pribadi. Lebih mudah untuk mendekati seorang pemimpin wanita dengan permintaan pribadi atau pertanyaan yang sensitif. Saya peduli dengan tim saya dan kesejahteraan mereka, yang mencakup kinerja mereka di tempat kerja dan keseimbangan kehidupan kerja mereka.Â
Saya juga menemukan wanita lebih proaktif dalam menjadi mentor, dan terkadang hubungan itu sudah begitu terbuka dan komunikatif sehingga transisi menjadi mentor menjadi mudah."
-- Amy Killoran, Manajer Produk Utama, GreenShield Health
2. Mereka Lebih Inklusif
"Saya tidak suka mengatakan ada cara perempuan dan laki-laki dalam menghadapi kekuasaan karena menurut saya masing-masing dari kita memiliki sisi laki-laki dan perempuan. Namun berdasarkan pengalaman saya sendiri, perempuan cenderung lebih inklusif, lebih banyak mengulurkan tangan, dan lebih peduli."
-- Christine Lagarde, Presiden Bank Sentral Eropa
3. Mereka Lebih Berempati
"Salah satu kritik yang saya hadapi selama bertahun-tahun adalah bahwa saya tidak cukup agresif atau tegas, atau mungkin entah bagaimana, karena saya berempati, itu berarti saya lemah. Saya benar-benar memberontak terhadap itu. Saya menolak untuk percaya bahwa Anda tidak bisa berbelas kasih dan kuat."
-- Jacinda Ardern, Mantan Perdana Menteri Selandia Baru
4. Mereka Mendorong Pemikiran Bebas
"Tenaga kerja kita yang baru muncul tidak tertarik pada kepemimpinan yang bersifat memerintah dan mengendalikan. Mereka tidak ingin melakukan sesuatu karena saya yang menyuruh; mereka ingin melakukan sesuatu karena mereka memang ingin melakukannya."
-Irene Rosenfeld, Mantan CEO, Mondelez Internasional
5. Mereka Fokus pada Kerja Sama Tim
"Para wanita [yang pernah bekerja dengan saya] secara konsisten menunjukkan semangat, antusiasme, dan kapasitas luar biasa untuk melayani dan dilayani oleh orang lain. Saya telah mengamati para wanita membuat keputusan yang berani dan bijaksana sebagai pemimpin sambil mengandalkan orang lain untuk menjadi bagian dari tim mereka. Lingkungannya tidak terlalu otoriter dan lebih kooperatif dan kekeluargaan, tetapi dengan kepemimpinan yang solid."
-- Katharine M. Nohr, Kepala Inovasi untuk Sports Futurists, LLC
Referensi:Â
https://tafsirweb.com/290-surat-al-baqarah-ayat-30.html
https://www.replicon.com/blog/17-reasons-women-make-great-leaders/
Penulis: Nurul Hasan Zafira Mahasiswi Komunikasi dan penyiaran islam Universitas islam negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H