Mohon tunggu...
Nurul Widiyastuti
Nurul Widiyastuti Mohon Tunggu... -

QS 51;56

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Rokok (Lagi dan Lagi)

22 Juni 2011   06:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:17 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Data kasus

Jakarta, kompas.com -- Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai, iklan rokok yang dimuat di berbagai media di Indonesia tidak masuk akal dan merupakan bentuk penipuan kepada masyarakat. YLKI menilai, iklan rokok makin tak rasional. Pencitraan rokok lewat prestasi olahraga atau pendidikan seperti yang diiklankan di media adalah penipuan. "Iklan rokok adalah penipuan kepada masyarakat karena tidak mengungkapkan fakta yang sebenarnya," ujar pengurus harian YLKI, Tulus Abadi, di Jakarta, Senin (21/12/2009).

Liputan6.com, Jakarta: Bagi sebagian orang mengisap rokok memang mengasyikan. Itu pula yang dirasakan Rahmat. Ia bisa menghabiskan Rp 250 ribu per bulan demi hobinya merokok. Jumlah itu lebih besar daripada konsumsi susu anaknya yang hanya Rp 190 ribu per bulan. Kebutuhan anak terpaksa dikalahkan dengan hobi sang ayah.

Liputan6.com, Jakarta: Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak atau Komnas PA Seto Mulyadi menilai peraturan pemerintah tentang larangan iklan rokok amat diperlukan di Indonesia. "Larangan iklan rokok sangat mendesak diberlakukan di Indonesia," kata pria yang biasa disapa Kak Seto itu di Jakarta, Senin (15/2).

Berdasarkan fakta-fakta tersebut saya mencoba untuk melihat seberapa jauhkah  masyarakat dan pemerintah turut andil dalam menyikapi masalah penanganan rokok dan pengamanannya.



Pemetaan masalah ; dampak dari beberapa segi kehidupan

Kesehatan

Dalam pola epidemi rokok, Indonesia masuk dlam tahap kedua, dimana presentase penduduk laki-laki yang merokok tinggi dan presentase penduduk  perempuan yang merokok masih rendah, namun jumlah perokok perempuan meningkat dengan tajam (Lopez,et.al, 1994, Edwards,2006).

Berdasarkan RISKESDAS 2007 :


  • Laki-laki lebih banyak yang merokok dibandingkan perempuan (66% dan 5%), walaupun tren telah menunjukkan peningkatan yang pesat pada kelompok perempuan (2001 : 1 % dan 2007 : 5%)
  • 69 % rumah tangga tercatat memilki minimal satu orang yang merokok.

Jika kita melihat dari data diatas sudah  banyak korban dalam hal ini perokok pasif yang juga mempunyai kecenderungan untuk mengalami masalah kesehatan dan rata-rata anaklah yang menjadi korban dari asap rokok. 94 % ayah merokok di dalam rumah dan 79 % merokok di dekat anaknya (Heather Wipfli et al, 2008) Kebiasaan merokok pada ayah meningkatkan risiko infeksi saluran nafas akut pada anaknya. Data menunjukkan 97 juta orang terpapar asap, khususnya balita dengan ayah perokok (lembaga demografi FE UI). Berbagai penelitian di banyak negara memperlihatkan bahwa kebiasaan ayah merokok meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit pada anak (Hofhuis, W, et. Al., 2003) :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun