Bila ditanya siapa yang paling terbantukan dengan perkembangan digital, salah satu jawabannya adalah UMKM. Begitu setidaknya jawaban beberapa teman saya pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah.Â
Terima kasih kepada media sosial dan beberapa situs s-commerce. Teman saya seorang guru di bimbingan belajar dan bermukim di kota Cirebon, bisa menambah penghasilan dari berjualan Siwang, Terasi Bawang. Produk siap makan, serupa abon.
Peluang bisnis tidak lagi milik mereka yang tinggal di kota-kota besar seperti Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Bali, dan lain-lain. Kota-kota yang dianggap pinggiran macam Cirebon dan Malang sekalipun, kini bergeliat. Ikut meramaikan ekonomi digital Indonesia.Â
Yuni Faisah, sehari-harinya adalah guru matematika. Beranak tiga, ia dan suaminya mencari penghasilan dari mengajar. Anak-anak bertambah umur. Mulai satu per satu masuk sekolah. Butuh biaya. Butuh uang.Â
Lantas ia menggandeng kakaknya untuk produksi. Yuni berperan di bagian penjualan. Berdua, mereka merintis usaha bernama Bandar Siwang Kota Udang. Memulai dari Facebook, Yuni secara berkala mengunggah foto Siwangnya. Pada mulanya teman-teman saja yang membeli, sekarang penjualan meningkat. orang yang tidak Yuni kenal sekalipun sudah ikut berbelanja Siwang.Â
Mempermudah pengiriman dan penjualan, Yuni bergabung dengan satu e-commerce. Dari situlah ia menambah titik penjualan, meski online.Â
Terlihat mudah menekuni bisnis digital memang. Namun usaha apapun menuntut ketekunan. Tapi juga tak bisa dipungkiri dunia digital memberi kemudahan yang tak ada di bisnis klasik pada umumnya: tak ada harga sewa dan kemudahan menjangkau pembeli.Â
Bagai smartphone dengan kuotanya, hubungan UMKM dan jasa ekspedisi bagai saudara tak bisa dipisahkan. Nempel terus! Sebab siapa lagi yang berperan mengirimkan pesanan kalau bukan ekspedisi. Ya kalau gak ada jasa logistik, bagaimana mengirim paketnya ke pembeli dong :DÂ
Namun ada pertanyaan lebih penting lagi, jasa logistik yang bagaimana yang bisa menunjang percepatan pengiriman produk Siwangnya Yuni nih?
Di Indonesia, saya mengenal JNE. Sebuah jasa ekspedisi yang kantornya ada di mana-mana. Di kota dan kabupaten sekalipun.Â
Tak jauh dari tempat saya tinggal di Buah Batu, ada kantor JNE yang buka 24 jam. Bila saya ke sana hendak mengirim barang pada keluarga atau teman pukul 9 malam dengan maksud supaya sepi, salah besar ternyata! Sebab saya 'bersaing' dengan toko online yang berbaris ingin mengirim pesanan juga.Â
Suatu kali saya masuk ke konter JNE dan mendapati sebuah pengumuman yang epik. Lowongan 500 pegawai baru JNE. Mereka bahkan menyimpan sebuah kotak bagi pelamar memasukkan CV. Gila! Mantap jiwa!
Yuni yang tinggal di Cirebon, terbantukan dengan hadirnya JNE.Â
JNE berperan lama sebelum ekonomi digital melaju di negara ini. Coba lihat umurnya saja 28 tahun! Rasa-rasanya saya sendiri baru aktif menggunakan internet di tahun 2002. Itu artinya, sejak saya duduk di bangku sekolah dasar, JNE sudah hadir dan memulai bisnis jasa pengiriman.Â
Di tahun 2017 saja, JNE mengirimkan 800 juta paket! Sebagian besar paketnya datang dari industri e-commerce. (sumber berita: https://swa.co.id/swa/trends/jne-targetkan-pertumbuhan-30-di-2018).
Menjemput langsung pelaku UMKM, JNE meluncurkan program Yuk Ajak Online. Mereka membuat workshop bisnis digital keliling 18 kota.Â
Saat ini JNE memiliki tiga layanan utama: JNE Express, JNE Logistic, dan JNE Freight.Â
Setahu saya konsumen umumnya menggunakan layanan JNE Express. Di dalam layanan tersebut ada pengiriman kilat (JNE Yakin Esok Sampai), juga ada pengiriman reguler.Â
Super Speed (layanan cepat sesuai waktu yang disepakati bersama)
PESONA (pesanan oleh-oleh Nusantara)
OKE (ongkos kirim ekonomis, lebih lama durasi pengirimannya dari layanan reguler namun harganya pun lebih murah)
JLC (JNE loyalty card, semacam kartu pelanggan. Tiap transaksi ditebus poin. Kelak di batas jumlah tertentu poin dapat ditukar dengan hadiah-hadiah seru)
JESIKA (Layanan penjemputan ASI. Yak betul! Air Susu Ibu!)
Money Remittance (Layanan pengiriman uang, JNE bekerja sama dengan Western Union)
JNE Pick-Up Point (Layanan jemput paket ke lokasi pengirim)
JNE BON (Layanan pengiriman sesuai persyaratan pengiriman udara)
Diplomat (Layanan pengiriman barang berupa dokumen bernilai tinggi)
JNE Online Payment (Layanan khusus pembayaran tagihan-tagihan seperti listik, telepon, internet)
JNE Online Booking (Layanan booking online, untuk pemesanan tiket)
JNE Trucking (Layanan pengiriman dengan armada kendaraan truk)
JNE POP BOX (Layanan loker untuk mengambil pesanan)
MY JNE (Aplikasi JNE, penting bagi saya untuk melacak no resi dan histori perjalanan paket). Dapat diunduh di app store.Â
Selain internet dan logistik, satu lagi yang berperan dalam lingkaran ekonomi digital: infrastruktur. Tapi itu lain cerita :DÂ
Selamat ulang tahun ke-28, JNE!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H