Mohon tunggu...
Nurul Rahmawati
Nurul Rahmawati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger bukanbocahbiasa.com | IG @bundasidqi | Twitter @nurulrahma

Halo! Saya Ibu dengan anak remaja, sering menulis tentang parenting for teens. Selain itu, sebagai Google Local Guides, saya juga kerap mengulas aneka destinasi dan kuliner maknyus! Utamanya di Surabaya, Jawa Timur. Yuk, main ke blog pribadi saya di www.bukanbocahbiasa.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Temukan Glimmer-mu, demi Sehat Fisik Mental 2025!

10 Januari 2025   13:14 Diperbarui: 10 Januari 2025   13:14 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersyukur, anak-anak rukun dan gembira makan dan main bersama (Sumber: bukanbocahbiasa.com)

Haihaiii, gimana gimana, menginjak hari ke-10 di tahun 2025, apa kabar fisik dan mental? Semoga semuanya selalu paripurna sehat sentosa. Yah... walaupun nggak bisa dipungkiri, berita belakangan ini rentan bikin vertigo kumat, kita kudu tetap kuaaattt!

Sebenarnya, ada satu kuncian yang bisa banget kita praktekin, supaya hidup tetap terasa bagaikan di taman Bungan, meski banyak cobaannya. Apakah itu? Yep, sesuai judul artikel ini: Temukan Glimmer-mu! Glimmer? Apaan tuuh!

Jadi begini. Biasanya kita kan sering banget dengar istilah trigger.

"Ihhh, aku jadi ke-trigger dan stress banget gegara denger komentar yang dia ucapin!"

"Beneran euy. Mentalku jadi goyah, karena ke-trigger postingan selebgram di socmed!"

Sounds familiar kan dengan ucapan-ucapan itu? Yap, trigger kerap diasosiasikan dengan hal-hal yang  memicu atau bikin kita kepancing untuk bersikap/ bertindak negatif. Nah, kalau glimmer ini, (anggap saja) lawan katanya. 

Trigger bikin emosi negative; Glimmer membangkitkan emosi positif.

Asal Mula Istilah Glimmer 

'Glimmer' adalah konsep yang dicetuskan oleh Deb Dana, dan pada dasarnya menggambarkan kebalikan dari trigger/pemicu. Seperti yang udah disinggung sebelumnya, trigger memicu munculnya pikiran dan emosi negatif, seperti ketakutan, kecemasan, depresi. Sementara  glimmer memicu pikiran dan emosi positif.  Kalau kita sanggup menemukan glimmer, menghayati dan merasakannya, maka kita akan merasa senang, terhibur, aman, atau tenang.

"Glimmer adalah isyarat internal atau eksternal (yaitu hal-hal yang Anda rasakan, lihat, sentuh, cicipi, atau dengar) yang menyebabkan kita merasa terhubung (dengan dunia dan orang-orang di sekitar Anda) atau teratur (yaitu memberi Anda rasa aman atau tenang)," kata Dr. Sophie Mort, psikolog klinis dan pakar kesehatan mental di Headspace. Adanya glimmer ini menjadi semacam isyarat keamanan yang memberi tahu sistem saraf Anda bahwa semuanya baik-baik saja.

Menariknya, glimmer adalah hal-hal yang terkesan "remeh" dan sering kita perlakukan taken for granted. Yap, sebagaimana sering didengungkan banyak orang, "Bahagia itu Sederhana", maka Glimmer juga tak kalah sederhana. 

Bagi saya, glimmer bisa berupa:

Perasaan sumringah setelah mengelus dan kasih makan kucing

Lega begitu mengetahui bahwa air PDAM lancar

Bersyukur karena tukang sayur bawa barang pesanan kami.

Bahagia, lantaran anak suka tumis sayur yang saya masak pagi ini

Senang karena jalanan Surabaya relatif lancar

See? Simpel banget! Yang penting, saya berhasil "menemukan, merasakan, dan menghayati" glimmer ini. Intinya, saya mengapresiasi hal-hal yang terkesan simpel, tapi sungguh berhasil menerbitkan aura Bahagia .

Glimmer adalah sekumpulan hal kecil, yang menjadi bahan bakar Syukur. 

Bersyukur, anak-anak rukun dan gembira makan dan main bersama (Sumber: bukanbocahbiasa.com)
Bersyukur, anak-anak rukun dan gembira makan dan main bersama (Sumber: bukanbocahbiasa.com)

Nggak perlu nunggu momentum gede, kayak anak menang olimpiade; suami diangkat jadi Komisaris BUMN; dapat undian 1 Milyar.... No! Untuk bisa merasa Bahagia, kita nggak harus mendapatkan hal-hal segede alaihim gambreng, kan?

Yuk, Mulai Hargai Hal-hal Sederhana

Kalau diterjemahkan, glimmer bisa berarti "Kilauan Cahaya". Di dunia yang serba cepat dan penuh tekanan ini, kita memang kerap punya kecenderungan untuk notice dan mengingat hal buruk. Padahal, aware serta menikmati hal-hal baik (dan terkesan sederhana) justru ini berfaedah untuk kondisi fisik dan mental kita. Yuk, kita sama-sama belajar untuk mengidentifikasi glimmer. Bangun kebiasaan untuk mencari dan mengingat hal baik, sehingga pada gilirannya kita bisa membantu sistem saraf menjadi tenang dan teratur.

Mumpung awal tahun, saya men-challenge diri sendiri, untuk menuliskan hal-hal baik yang saya alami setiap hari. Nggak perlu banyak-banyak, sehari 3 hal baik saja. InsyaAllah, ini akan membuat mental kian kuat dan Sejahtera!

Jadi, apa glimmer-mu hari ini, Bestie? (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun