Mohon tunggu...
Nurul Rahmawati
Nurul Rahmawati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger bukanbocahbiasa.com | IG @bundasidqi | Twitter @nurulrahma

Halo! Saya Ibu dengan anak remaja, sering menulis tentang parenting for teens. Selain itu, sebagai Google Local Guides, saya juga kerap mengulas aneka destinasi dan kuliner maknyus! Utamanya di Surabaya, Jawa Timur. Yuk, main ke blog pribadi saya di www.bukanbocahbiasa.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Bisa ke Amrik dan Umroh Gratis, Berkat Sedekah!

18 Maret 2024   09:38 Diperbarui: 19 Maret 2024   01:08 1815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
aku dan Ibu  (dok.Bukanbocahbiasa.com)

Bisa ke Amrik dan Umroh GRATIS berkat Sedekah!

Wohohoho, judulnya serasa clickbait, yhaa? Tenaaangg! Ini bukan cerita kosong. Saya sendiri yang mengalami peristiwa amazing ini. Diperjalankan Allah menuju benua yang begitu jauhnya. Juga diundang beribadah ke Baitullah. Dan semuanya GRATIS! Penasaran kan? Yuk, baca pelan-pelan, sambil siapin cemilan yhaaa *oops, sorriiii masih pada puasa yak 

***

Kita pahami dulu definisi sedekah, ya. Semua pemberian yang baik, tangible maupun intangible, itu masuk kategori sedekah. Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah. Nasihat, kata-kata dan saran baik juga sedekah. Perilaku yang sopan, adab, sharing ilmu, itu semua adalah sedekah. Merawat Ibunda yang sakit juga sedekah. 

Ini yang saya alami, beberapa tahun silam. Ibunda divonis kanker paru. Ia harus merelakan hari-harinya yang dulu begitu riuh, kini berganti dengan suasana serba muram. Hanya terbaring lemah di ranjang RS Surabaya. Kabel oksigen menjuntai, menandakan paru-paru Ibu yang tak lagi berfungsi normal. Beliau kesulitan untuk berdiri, tak lagi mampu sholat dengan sikap sempurna. 

aku dan Ibu  (dok.Bukanbocahbiasa.com)
aku dan Ibu  (dok.Bukanbocahbiasa.com)

FYI, Ibunda adalah pensiunan guru Kimia. Di usia senjanya, DNA guru ternyata tetap bercokol, beliau sangat hobi mengajar ngaji para lansia di sekitar perumahan. Ibu sangat aktif di berbagai acara kajian, gemar beramal, selalu hadir paling cepat ketika ada tetangga yang meninggal, karena beliau tim pemandu jenazah di kompleks kami. Intinya, ibuku adalah sosok yang sangat hobi bersedekah. Ketika tersengat sakit serius-pun, tak henti-hentinya Ibu menggaungkan semangat sedekah.

"Dek, itu ada cleaning service, kasih tip ya..."

"Dek, kayaknya di kulkas ada roti sama pudding yang dikirim ibu Sis kemarin. Tolong kasihkan mbak-mbak perawat ya. Biar dimakan bareng."

"Dek, nanti ustadz Masjid mau njenguk Ibu. Tolong siapkan amplop ya."

Begitulah, dalam dekapan perih yang rentan bikin merintih, Ibuku justru memilih untuk komit bersedekah. Ia mempraktikan benar firman-NYA, "Bersedekahlah dalam kondisi lapang dan sempit." Ibu yakin, selalu ada berkah yang terselubung dalam tiap sedekah yang beliau lakoni. Dan ia betul-betul berusaha keras untuk menularkan spirit itu kepada kami. Yeah, walaupun aku belum bisa berada di level "hobi sedekah" seperti Ibu, tapi minimal aku kecipratan semangatnya dikit-dikit lah.

"Dek, Makasih ya, udah ngerawat Ibu. Nggak capek tadi habis dari kantor?"

"Enggaaa Bu. Udaahh jangan mikirin aku, ya. Ini boss-ku juga baik banget kok, aku disuruh bawa laptop, nyelesaikan kerjaan dari rumah sakit aja, gapapa katanya."

"Niatkan rawat Ibu lillahit ta'ala. InsyaAllah dicatat sebagai sedekah."

Iya Ibu, iya. Paham banget bahwa merawat orang sakit sama sekali bukan perkara mudah. Sejak awal, aku memancang niat untuk bersedekah tenaga dan sedikit rupiah, sebagai wujud penghambaanku kepada Gusti Allah, sekaligus wujud darma baktiku (yang tidak seberapa ini) kepada perempuan yang pintu surgaku ada di telapak kakinya. Kupandang wajah Ibu yang kian layu. Amal ibadahku, sedekahku tak ada seujung kuku dibanding ibuku. But, at least, I try. I always try.....

"Dek, nanti kalau Ibu udah nggak ada... Jangan lupa terus sedekah ya."

***

Setelah bertarung melawan kanker paru, ibuku berpulang akhir 2016. Tamu yang takziah mengalir bagai air bah. Beruntung, di depan rumah kami ada lapangan yang bisa menampung sahabat-sahabat Ibu yang begitu larut dalam duka. Salah satu dari mereka, Bu Nunung, namanya, menepuk pundakku perlahan, "Yang sabar ya, Nurul. InsyaAllah Bu Fat husnul khotimah. Beliau orang baik, rajin sedekah. Teruskan semangat itu ya. Kamu juga udah maksimal merawat ibumu. Itu jadi sedekahmu juga."

Ibu adalah my center of universe. Setelah beliau berpulang, ada lubang besar menganga di hati saya. Setiap hari saya bergumul dengan laptop, mencurahkan kepedihan yang saya rasa dalam sebentuk artikel di blog. Tapi, tidak mudah ternyata, untuk mentransformasi kesedihan itu. Stages of grief masih berjalan begitu lambat. Kendati demikian, saya bertekad tidak mau terjerembab dalam nelangsa berlebihan. Saya berusaha bergaul, menjalin pertemanan dengan banyak orang, hadir di banyak event. Mencoba menjajal aneka kuliner di Surabaya. Datang ke banyak taman, window shopping di sejumlah mall. Mengafirmasi diri sendiri, "Saya sehat, saya tegar, saya kuat, jiwa raga!"

Dari hasil berkunjung ke banyak tempat, saya pun iseng me-review di Google Map. Misalnya, saya datang ke Mall Tunjungan Plaza. Ambil beberapa foto, footage video, kemudian upload di Google Map, plus review terkait spot yang saya datangi. Hamdalah, seiring berjalannya waktu, skor Google saya meningkat pesat!

Hingga datanglah email dari Google. Yang intinya mengajak para reviewer Google Map untuk mendaftar sebagai peserta di Google Local Guides Summit, yang bakal dihelat di San Francisco, akhir 2017. Waawww, Amerika? Is it the right time to accomplish my American dream?


Entah dapat "suntikan hidayah" dari mana, tiba-tiba saja, saya mendaftar, lalu melengkapi sejumlah persyaratan. Termasuk bikin vlog 1 menit yang intinya menjabarkan "Mengapa Google kudu memilih saya sebagai peserta Local Guides Summit." Wkwkw, agak awkward juga sih, mengingat saya nih kan cuma ibu rumah tangga, yang sesekali ikut acara blogging. Apa iyaaa, bakal kepilih di event akbar ini?

Gaes, percayalah... musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri. Yap, meski sempat didera ragu akan kapasitas pribadi, saya berusaha menepis perasaan itu. Tak lupa, ujaran Ibu terus mendengung di telinga, "Jangan lupa sedekah." Kami rutin melakoni ibadah sedekah. Walau jumlahnya tidak bikin terperangah, paling tidak, sedekah yang tertunaikan insyaAllah bisa membuat hidup berkah berlimpah.

Keyakinan itu menghunjam dalam jiwa, dan ALLAH menunjukkan kuasa-NYA. Email dari Google baru saja masuk inbox. Saya, si ibu rumah tangga mediokre ini, terpilih menjadi peserta Google Local Guides Summit, dan siap diterbangkan ke Amerika! Sepagi itu, saya tersungkur dalam sujud syukur. MasyaAllah TabarokAllah.....

Saya (dua dari kiri) bersama para peserta Google Local Guides Summit (dok. bukanbocahbiasa.com) 
Saya (dua dari kiri) bersama para peserta Google Local Guides Summit (dok. bukanbocahbiasa.com) 

***

Pengalaman tahun 2017 itu, terulang lagi setahun kemudian, manakala saya memprofilkan Ibu Sumirah, tukang pijat sekaligus pengelola Panti Asuhan di Surabaya Timur. Bersama keluarga, saya datang ke panti, tentu mengalokasikan sekian rupiah untuk sedekah. Bu Sumirah enak banget diajak ngobrol ngalor ngidur, cerita soal pengalaman hidupnya yang bak roller-coaster, dan semangat kuatnya untuk terus bermanfaat bagi Masyarakat dhuafa. Artikel tentang Ibu Sumirah sudah saya posting di Kompasiana. 

Artikel tentang Ibu Sumirah di Kompasiana (sumber: screenshot Kompasiana) 
Artikel tentang Ibu Sumirah di Kompasiana (sumber: screenshot Kompasiana) 

Kemudian, link artikel saya taruh di WA status, dan voilaaa.... Gusti Allah lagi-lagi menunjukkan kuasa-NYA yang luar biasa.

"Rul, Bu Sumirah ini udah umroh tah?" Kemchi (sebut saja begitu), teman kuliahku membalas WA status.

"Blum, emangnya kenapa, Kem?"

"Ya udah, aku minta kontak beliau, ya. InsyaAllah mau aku berangkatin umroh."

"Hah?! Serius, Kem??"

"Seriussss! Buruan, mana kontaknya?"

"Iiih, ya ampuuun! Baiiikk banget kamu! Eh, btw, kamu nggak pengin ngumrohin penulis profilnya sekalian taaahhh?"

"Oh, kamu juga mau umroh? Ya sudah, sekalian aja wis. Kontakmu dan Bu Sumirah aku kasih ke travel umroh langgananku ya?"

"Beneran Keemm? Kamu nggak lagi nge-prank kan?"

"Iyeeee! Benerann! Dah, mau umroh kapan jadinya?"

....... and the rest is history.  (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun