Mohon tunggu...
Nurul Rahmawati
Nurul Rahmawati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger bukanbocahbiasa.com | IG @bundasidqi | Twitter @nurulrahma

Halo! Saya Ibu dengan anak remaja, sering menulis tentang parenting for teens. Selain itu, sebagai Google Local Guides, saya juga kerap mengulas aneka destinasi dan kuliner maknyus! Utamanya di Surabaya, Jawa Timur. Yuk, main ke blog pribadi saya di www.bukanbocahbiasa.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sembuh dari Penyakit Kronis setelah Memaafkan

29 April 2023   20:38 Diperbarui: 29 April 2023   20:45 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya terkekeh, mirip orang setengah depresi. Atau jangan-jangan sudah depresi? Entahlah, yang jelas, saya sudah nggak punya stok air mata untuk diumbar depan dokterku yang sabar tapi kata-katanya laksana terkaman harimau sumatera. Penyakit bertubi-tubi harus dialami oleh bodi ini. Oke... oke.... Ini takdir. Ujian. Cobaan. Tapii, tentu saja, sebagai manusia normal, izinkan saya bertanya, "Kok bisa? Kenapa saya?"

Dokter menyunggingkan senyum simpul. Ia hanya menganjurkan aku untuk jaga kondisi jelang operasi. Sebelum kami sudahi sesi konsultasi, dokter berkata pelan, "Ibu yang ikhlas, ya. Coba untuk memaafkan semua orang. Siapa saja."

Aneka penyakit degeneratif yang saya alami, pemicunya bisa dari banyak hal. Gaya hidup, pola makan yang tidak tepat, dan yang paling penting: rasa marah/ stress/ tidak mau memaafkan, yang selama ini bercokol dalam jiwa. Astaghfirullah.... Kalau Tuhan saja begitu Pemaaf, mengapa saya hamba-Nya justru begitu angkuh, dan tak mau memaafkan Pak Sammy?

Saya pun menjalani operasi, masa pemulihan yang jujur, sangat menyiksa, menguras energi, emosi dan uang, tentu saja. Terus saya hunjamkan dalam dada, "This shall too pass... all is well...." Saya berusaha rileks, mindfull, rajin mengaji, sholat, sesekali meditasi.... Dan suami saya pun dengan sangat berhati-hati, ia berujar, "Nanti kalau sudah enakan, kita ketemu Pak Sammy, ya?"

Masa pemulihan saya gunakan untuk mempersiapkan tubuh. Saya ambil ancang-ancang supaya tatkala ketemu Pak Sammy, kemarahan saya agak tereliminir. Heyy, siapa sih saya ini? Hanya setitik noktah di galaksi yang begitu luasnya..... seonggok kacung kampret, manusia mediokre yang kalaupun saya nggak ada, planet Bumi ini tetap ber-rotasi dan ber-revolusi secara paripurna! Jadii, apa yang patut membuat saya begitu angkuhnya dan ogah memaafkan pak Sammy?

***

Tibalah hari itu. Saya bersama suami datang ke rumah pak Sammy... Kami disambut oleh istri dan anaknya yang begitu riang. Tak ada aura curiga, barangkali mereka selalu merasa bahwa saya sudah betul-betul memaafkan dengan sepenuh jiwa. 

Terima kasih atas momentum IdulFitri. Saya bisa datang, ngobrol dengan berusaha rileks, dan berucap mantap, "Saya minta maaf atas semua kesalahan yang saya perbuat, baik yang disengaja maupun tidak. Atas izin Allah, saya memaafkan semua kesalahan pak Sammy. Semoga kita dibimbing dan diberi hidayah oleh Allah, untuk menjadi insan yang lebih baik lagi." 

Plong. Kalimat itu saya ucapkan dengan serius. Tiap diksi saya sematkan "meaning" , I really meant it. 

Dan, yah.... persis seperti yang dikatakan dokter, bahwa memaafkan adalah salah satu terapi agar kondisi diri bisa menjadi lebih baik lagi. Memaafkan sangat berdampak pada fisik dan psikis. 

Boleh jadi aneka penyakit yang bersemayam dalam tubuh adalah implikasi dari rasa marah yang tak kunjung sudah. Maka, ketika saya memaafkan... semua dendam/ marah/ kesal menemukan muaranya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun