Mari ambil jeda sejenak dari hiruk-pikuk duniawi
yang ada kalanya rentan membuat depresi.
Mari luangkan waktu, untuk menikmati bentang alam
yang terhampar dengan begitu indah.
Nikmati lukisan Tuhan yang tergores dengan begitu sempurna, tak pernah ada cela.
Sebuah Mahakarya yang sesungguhnya, yang membuat kita sanggup terbuai dalam keelokan dan pesona alam, dan membuat jiwa kian melayang dalam sebuah fantasi yang melegakan.
***
Pantai dan Pacitan.
Dua kata ini begitu membius jiwa yang haus kedamaian. Pantai yang ada di Pacitan, sungguh, semua seolah memanggil-manggil untuk segera kami jamah.
Tatkala eyang putri masih ada, saya selalu mengusahakan mudik ke Pacitan. Pulang ke kampung halamannya Pak Susilo Bambang Yudhoyono itu, bukan sekadar demi bersilaturahmi dengan keluarga besar (yang cuma bisa ketemu setahun sekali). Pacitan adalah destinasi yang membangkitkan kerinduan tak terperi. Beragam destinasi alam bisa menjadi sarana healing buat kita semua. Anda pecinta vitamin sea? Yuk, segeralah cuss ke Pacitan! Tak ada habis-habisnya bentang alam pantai bakal membuat bibir kita basah dengan ucapan takbir, luar biasa takjub dengan goresan alam Sang Maha yang ada di kota berjuluk 1001 goa ini.Â
Ada beberapa pantai di kawasan Jalur Lintas Selatan - JLS (yang menghubungkan Pacitan dan Trenggalek) di antaranya Pantai Pidakan, Pantai Taman, Pantai Siswa, dan sebagainya. Semua pantai itu ditingkahi debur ombak yang menenangkan jiwa, pasirnya juga putih bersih. Akan tetapi, entah mengapa, eksistensi pantai di jalur JLS ini belum seberapa cethar jika dibandingkan dengan Pantai Klayar.
Karena itulah, saat mudik Lebaran, kami pun membulatkan tekad untuk sama-sama ngebolang ke Pantai Klayar. Lokasi rumah eyang saya di Pacitan kota. Untuk menuju Klayar, kami harus menempuh jalan yang berkelok-kelok tajam, kadang mendaki dengan kemiringan tanah yang bikin bibir basah oleh istighfar dan sholawat tak henti-henti. Beberapa kali, mobil colt tua yang dipinjam dari salah satu paman, nyaris 'menyerah kalah'. Bolak-balik mogok! Kami pun kudu turun dari mobil, mencari batu/ bata untuk mengganjal roda mobil, agar tidak melorot atau jatuh ke jurang. Duuhh, sungguh trip yang sangat stresful!Â
Begitu sampai Pantai Klayar...... nyesssss, semua tekanan jiwa yang kami alami sepanjang perjalanan, hilaaaanggg begitu saja. Tergantikan oleh rasa takjub! Panorama pantai Klayar yang sangat magis dan indah. Subhanallah..... benerann, segala lelah terbayarkan oleh panorama Pantai Klayar yang luar biasa!
Hanya saja, karena kami datang di peak season alias libur Lebaran, sudah bisa diduga, kondisi pantai amat full house! Maklum, orang-orang pastinya rindu meluangkan waktu untuk bertandang ke destinasi plesir, cari spot healing kalau kata kids jaman now. Yap, jangan harap bisa berfoto tanpa latar belakang manusia-manusia lain. Apalagi ini pas musim Lebaran, aseliiiik, pantainya udah mirip cendol, hahaha.Â
Banyak kegiatan yang bisa kita lakoni di Pantai Klayar. Berfoto ria, bermain air, atau mau naik ATV? Semua tersedia.Â
Ada juga yang memang berburu seruling samudera. For Your Info, Seruling samudera adalah sebuah lubang atau celah lempeng karang yang pada waktu-waktu tertentu menyemburkan air. Semburan tersebut bisa setinggi 7 (tujuh) meter jika ombak besar menerjang. Tak heran banyak yang menantikan saat-saat mendebarkan yaitu tatkala ombak datang, karena begitu momentum tiba, maka celah akan menimbulkan suara seperti seruling, ditingkahi semburan air! Panorama yang sangat magical, tidak mengherankan fenomena menarik itu yang membuat seruling samudera menjadi spot favorit para pengunjung di Pantai Klayar.
Tepat di belakang seruling samudra, berdiri formasi batuan karang yang mirip sphinx. Objek itu pun dijuluki Sphinx van Java. Formasi batuan tersebut terbentuk karena proses abrasi pantai.Wisatawan pun banyak yang berdiri di atas Sphinx van Java, lalu melakukan swafoto, mengabadikan momen yang indah sekaligus bikin dag dig dug dheeer.
Â
Hanya saja, destinasi yang magis dan memukau, tentu sepaket dengan resiko bahaya yang siap mengintai. Tidak sedikit wisatawan yang tergelung ombak, manakala hendak selfie/ berfoto di Pantai Klayar ini. Ketika saya mencoba untuk merangsek agak ke tengah, Ibu saya bolak-balik berteriak panik, "Jangaan dek....!"Â
Tapi, ombak pantai Klayar seolah-olah memanggilku untuk mendekat.... dan terus mendekat....
"JANGAAANNNN!" ibuku semakin berteriak dari kejauhan.
Saya menoleh santuy.Â
"Jangan dekat-dekat. Ini ombak pantai selatan, bahaya!"
Ombak pantai selatan berbahaya? Apakah ini sekedar mitos?
"Sudah banyak yang jadi korban, keseret ombak pantai. Sudah! Jangan dekat-dekat! Ambil foto dari sini saja."
Yeah, inilah momentum yang kerap membuat batin cenat-cenut. Di satu sisi, ingin melampaui rasa takut, dengan bergumul lebih dekat bersama alam. Tapi, sosok ibunda... apa iya kita bakal mengabaikan alarm peringatan yang bersumber dari ia?
*
Ya sudah. Saya pun memilih untuk main aman. Main pasir bareng anak dan para keponakan. Tak mengapa, toh berada di Pantai Klayar tetap menerbitkan sensasi bahagia tanpa umpama. Saya menyesap daya magis yang dihadirkan pantai ini. Membius jiwa. Ombaknya seolah-olah memanggil saya untuk mendekat dan terus mendekat...."Sini... sini! Ke marilaaah... Bersenang-senanglah bersama kami....!"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI