Ada yang pakai istilah silaturahmi, ada yang silaturahim.Â
Kali ini saya ingin menggunakan 'silaturahmi' aja deh. Gpp yak?Â
Btw, Alhamdulillah.... senang banget rasanya bisa menuntaskan bulan Ramadan. Semogaaa ALLAH terima amal ibadah kita, ya. Super bahagia juga, karena kita sama-sama bisa memasuki bulan Syawal dengan hati yang (semoga) kian bersih, jernih, lembut dan senantiasa mendapatkan siraman taufiq hidayah dari Allah ta'ala.Â
Ingat yaaa... kita adalah Hamba ALLAH, bukan Hamba Ramadan. So, walaupun Ramadan tahun ini udah bubar jalan, ya teteup dong, kita kudu istiqomah/ konsisten melakoni amal kebaikan. Sebagai wujud penghambaan kita kepada Sang Maha Menghidupkan.Â
Eniwei, bicara soal silaturahmi pasca Lebaran, memang dua tahun belakangan situasinya agak kurang ideal.Â
Ya, apalagi sebabnya? Jelas lonjakan angka pasien positif covid, yang jumlahnya kian bikin deg deg plas.Â
Akibatnya, beragam larangan digelontorkan. Ga boleh mudik, ga boleh keluar kota. Intinya, embuh piye carane, ga boleh ada interaksi dan sikap-sikap yang berisiko mengundang si virus covid untuk makin menunjukkan eksistensinya.Â
Saya sih, mixed feelings banget menyikapi larangan mudik ini.Â
Alasannya?
Pertama, urgensi buat betul-betul mudik ke Pacitan tuh udah nggak ada. Ibunda saya udah berpulang sejak 2016. Sesepuh cuma para Bulek/tate dan om. Yang mana, di mata saya, kalau "cuma" buat sungkem sama om/tante aja, kayaknya nggak penting amat dah, dibelain buat mudik :DÂ
Don't get me wrong, saya tetep hormat/ respek sama beliau-beliau. Tapi, gimanapun juga, mereka kan bukan ortu kandung. So, why harus maksain buat mudik?Â
Kedua, ya saya tahu bahwa covid ini nyata. Pandemi ini mengguncang hidup banyak orang, termasuk meluluhlantakkan sendi-sendi perekonomian. Salah satu yang terkena dampaknya adalah sohib saya, Mba Eny. usaha kateringnya gulung tikar dan dia masih mengais peluang untuk bisa survival mode di era pagebluk ini.Â
Maka..... yang saya lakoni di Lebaran masa pandemi ini adalah:Â
(1). Zoom meeting/ WA video call dengan saudara di luar kota/ luar negeri.Â
(2). Silaturahim ke beberapa sahabat yang dekat banget (sahabat rasa sodara) tentunya dengan tetap patuh protokol kesehatan. Selalu pakai masker ; bawa dan rutin gunakan hand sanitizer, bertamu dalam durasi singkat. Intinya, gimana caranya lah, kami tetap make sure bahwa kondisi aman terkendali.Â
(3). Â merasakan sensasi mudik lokal, dengan unjung-unjung ke rumah (warisan) ibu saya yang tengah dikontrak oleh Mba Eny.Â
Jadi, saya kan sekarang tinggal bareng mertua. Sementara Ibunda kandung (almh) saya  mewariskan satu rumah yang jaraknya nggak terlalu jauh.Â
So, untuk merasakan aura mudik, saya ajak Sidqi dan ponakan untuk sesekali visit dan menginap di rumah yang kini dihuni mba Eny. Sembari saling curhat soal ambyar-nya kehidupan jaman now, ngekek bareng, saling puk puk, ya gitu itu dah. Tentunya dengan selalu terapkan protokol kesehatan gaes.Â
Yang asik lagi nih, Mba Eny kan jago masak yak. (makanya doi buka bisnis katering, walaupun ya sekarang lagi survival mode banget). Karena itu, saya dan doi uprek-uprek resep, dan coba kolaborasi untuk menghadirkan hidangan yang semoga bikin nak kanak hepi. Contohnya, hari ini kami bebikinan sushi, kimbap (racun Drakor! wkwkwkwk) sama es buah sirup pakai nata de coco dan puding yg silky bin fluffy. Surabaya puanasss, Boss! Minum es sirup endeusss bin YUMMY!Â
So, meski pandemi, yuk lah kita tetap JALIN Silaturahmi!
Selamat Idul Fitri ya
Semoga ALLAH terima amal ibadah kita
Aamiiin aamiin ya robbal alamiin!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H