Mohon tunggu...
Nurul Rahmawati
Nurul Rahmawati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger bukanbocahbiasa.com | IG @bundasidqi | Twitter @nurulrahma

Halo! Saya Ibu dengan anak remaja, sering menulis tentang parenting for teens. Selain itu, sebagai Google Local Guides, saya juga kerap mengulas aneka destinasi dan kuliner maknyus! Utamanya di Surabaya, Jawa Timur. Yuk, main ke blog pribadi saya di www.bukanbocahbiasa.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Potensi Hacker yang Mengintai Platform Infaq/Donasi Digital

6 Mei 2021   22:14 Diperbarui: 6 Mei 2021   22:22 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok pri + edited canva

Bismillah, sembari mengejar kemuliaan Lailatul Qodar, saya mau berbagi sedikit insight seputar donasi digital. 

Kali ini saya kerucutkan menjadi INFAQ DIGITAL aja, ya. Yang mana, artinya, saya hanya membahas donasi yang sifatnya sunnah. Kalau zakat kan WAJIB, ada nishob, perhitungan, akad, dll dst. Kalau infaq tuh sifatnya sunnah. Kurang lebih gitu penjelasan Pak Ustadz yang kapan hari saya pantengin lewat zoom meeting. 

Beberapa waktu lalu, sahabat saya (sebut saja Namanya Urita) berkirim chat via WA. Intinya mengabarkan kalau Lembaga amil zakat tempat ia bekerja, me-launching platform donasi online. Ini tentu saja sebuah berita bagus! Karena selama ini, beberapa donatur kudu menggunakan metode konvensional. Harus datang langsung ke kantor. Harus janjian dengan amil zakat/ fundriser. Kalaupun tidak bertemu secara offline, donatur harus melakoni transaksi dengan datang ke ATM. Atau,transaksi via mobile banking, dan harus tahu nomor rekening Lembaga amil zakat (LAZ) yang dituju.

Bagaimanapun juga, ini termasuk proses yang cukup ribet. Nah, LAZ zaman now, melakukan terobosan dengan memangkas segala keribetan ini. Cukup buka browser di HP/laptop yang terkoneksi dengan jaringan internet. Buka alamat platform donasi, dan voila! Kita cukup menuliskan nama, nomor WA, dan bisa berinfak via Gopay/Ovo ataupun dompet digital lainnya! Jumlahnya juga terserah. Namanya saja infaq, donasi, mau berapapun boleeehhh. Bisa mulai seribu rupiah, lho! Ya anggap aja, ini kayak infaq di kenclengan Masjid, ceunah :D

Itulah yang asyik dari platform infaq digital ini. Field isian data donator amat simple. Nggak perlu pakai acara download aplikasi segala rupa. Yang penting, nomor WA (atau email) tertulis dengan lengkap dan jelas, karena biasanya tim LAZ akan mengirimkan notifikasi, berupa ucapan terima kasih karena telah berinfaq.

Sooo... begitu ada ghirah/keinginan untuk infaq, langsung cuss! Buka saja browser, dan lakoni step yang super simple easy peasy itu. Biasanya, Hasrat berinfaq muncul Ketika subuh. Kan agak gimanaaaa gitu, kalau kita subuh-subuh pergi ke ATM? Nah, dengan adanya metode infaq digital, ini sangat memudahkan buat kita semua, untuk mendapatkan benefit sedekah subuh. Plus, bisa melakoni infaq dengan joyful bin hassle-free

Pertanyaannya, apakah saya termasuk tim YAY or NAY untuk urusan infaq digital ini?

Kalau menilik kepraktisan, kemudahan, dll-nya tentu saja saya masuk tim YAY. Untuk urusan berbuat baik, memang kudu disegerakan. Kuatir berubah pikiran, Bund! Iya lho, kadang habis sahur tuh Hasrat untuk berinfaq meletup-letup, membara dalam dada. Etapiii, kalau ditunda.... Trus kita pergi ke pasar, dan lihat harga barang pada naik, rasanyaaa..... jadi eman dah ngeluarin duit buat infaq, gitu kan? Makanya, saya antusias banget dengan adanya terobosan/inovasi berupa platform infaq digital.

Akan tetapi, selalu ada dua sisi mata uang dalam hal apapun, yes? Termasuk dalam teknologi infaq digital ini. Beberapa waktu lalu, saya melihat homepage platform ini sempat bermasalah. Update data donasi tiba-tiba mandeg. Lalu, saya kroscek ke Urita, ini ada kendala apa?

Nah, di sinilah saya akan mengupas seputar potensi hacking/peretasan yang bisa menimpa platform donasi online. 

Teman saya, Urita ini berkisah, "Kita kena serangan bertubi-tubi Yang bank transfer mungkin masih agak bermasalah. Untuk gopay/Ovo insyaAllah sudah beres... "

Oh, bener juga :) Teknologi digital memang identik dengan hacker ataupun upaya peretasan. Entah apa modus/motivasi yang melatarbelakangi, sampai situs donasi pun harus diretas. (atau karena memang kaitannya dengan funding/ mengumpulkan duit?)

Trus, saya jadi penasaran, kalo platform donasi gini, bugs-nya atau hacker-nya seperti apa? Karena to be honest, beberapa teman ada yang udah pingin rutin infaq online, tapi rada was/ jadi ragu dengan keamanan platform-nya. Khawatir sering error gitu, karena beberapa kali kan kayak ada bugs.

Urita menjawab  chat saya dengan super sabar bin telaten. "Iya, kami Masih proses upgrade ke cloudserver yg firewall-nya lebih canggih utk traffic user yg rapid"

Kepo saya berlanjut, "Apakah pengembang programnya ini ga antisipasi gitu lho. Soale ada temanku yang alumnus IT, jadi rada  gumushhh dengan bugs gini, wkwkwk"

"Iya, kami melakukan antisipasi tapi lengah di koneksi server lain.Ada koneksi yang jadi acuan database untuk pembanding donatur existing. Kami melakukan Trial error sudah 5 tahunan terakhir ini. Tapi, pengembangnya pakai karyawan sendiri (In house), karena nggak kuat kalau harus hire/bayar profesional developer," jawab Urita.

Hmmm, make sense. Terkadang LAZ ingin berinovasi, tapi anggarannya mepet banget. Walhasil, program digital yang diluncurkan ya sebatas "B aja". Memang rada tricky kalo pengembangnya kurang sip. Oh iya, sekedar info saja, LAZ tempat Urita berkiprah ini bukan LAZ kaleng-kaleng ya. Sudah lebih dari 20 tahun berkontribusi di ranah charity, social development dan sebagainya. beberapa kali dapat penghargaan level Nasional juga. Tapi, ya memang begitulah. Untuk teknologi IT ini, dibutuhkan sebuah kapasitas nan paripurna, lebih dari sekedar penghimpunan dana dan pemberdayaan kalangan marginal/dhuafa semata. 

***

Kami bergeser membahas apa saja tantangan yang dihadapi platform donasi online.

Menurut Urita, sejak 10 tahun lalu, ia dan tim sudah terpantik untuk merintis fundraising method secara online. Tapi, sumber daya/resources amat terbatas. Sekarang, sudah ketemu polanya. Dan Challenge-nya ada di "moneytizing"

"Kan ibarat alamat/warung, kudu dikenal sebanyak mungkin user. Saat Ini jurusnya masih funneling, kudu ngiklan. Kalau hanya mengandalkan komunitas2 nggak ngangkat. Masalahnya adalah: budget iklan/bakar duitnya itu, nggak semua LAZ mampu funding untuk membiayai itu," ujar Urita.  

***

Begitulah, lika-liku dunia LAZ/ funding yang berbasis syariah. Tidak seperti start up unicorn yang bisa "bakar duit" dengan aneka promo, LAZ dituntut untuk "berakrobat" dengan budget limited, tapi diharapkan bisa menghadirkan platform donasi yang cihuy. 

Apapun itu, saya respek dengan inovasi/usaha yang dilakukan oleh LAZ dalam meng-create platform donasi online. Saya tetap akan infaq via metode konvensional, sekaligus metode digital. Yaaahh, kalau infaq kan (biasanya) duitnya nggak gede-gede amat. Kalopun laporan/platform-nya kadang-kadang error, dimaafkan dan masih bisa dipahami, kok :D 

Akan tetapi, untuk zakat maal (yang harus dihitung secara rigid), saya masih tim konvensional. Harus ketemu dengan amilnya, harus hitung nishob dll, dan transaksi secara manual, tentunya dengan tetap mematuhi pritikil kisihitin, ehhh.... protokol kesehatan :D 

SELAMAT BERINFAQ, BERSEDEKAH, BERZAKAT, BAIK ONLINE ATAUPUN OFFLINE

YANG PENTING, KUDU IKHLAS YA GAES!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun