Mohon tunggu...
Nurul Rahmawati
Nurul Rahmawati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger bukanbocahbiasa.com | IG @bundasidqi | Twitter @nurulrahma

Halo! Saya Ibu dengan anak remaja, sering menulis tentang parenting for teens. Selain itu, sebagai Google Local Guides, saya juga kerap mengulas aneka destinasi dan kuliner maknyus! Utamanya di Surabaya, Jawa Timur. Yuk, main ke blog pribadi saya di www.bukanbocahbiasa.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

(Jangan) Buang Mantan Sembarangan!

17 Februari 2020   10:17 Diperbarui: 17 Februari 2020   10:24 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapiii, buat saya, rugi lho, memblokir mantan. Kenapa?

Alasan Mengapa Jangan Blokir Mantan 

Seingat saya, walaupun sudah putus hubungan percintaan, saya nggak yang lantas jadi bermusuhan dengan mantan. Tetap jalin silaturahim. Bahkan, ada mantan yang datang ketika saya menikah. Saya pun juga hadir ke resepsi pernikahan sejumlah mantan, dan Alhamdulillah tidak terjadi DRAMA KUMBARA apapun

Barangkali kata kuncinya adalah, karena kami semua udah LET IT GO. Sudah ikhlas. Menerima kenyataan bahwa memang di dunia ini, ada hal-hal yang berjalan sesuai keinginan kita, tapi ada juga yang meleset jauh, dan ALL IS WELL.

Karena itu, saya tidak pernah memblokir akses komunikasi dengan mantan. Apalagi, lantaran berprofesi sebagai content creator, saya juga dengan senang hati membagi profil socmed saya di ranah digital. So, para mantan yang lamaaaaa sekali tak berkomunikasi, saat ini jadi bisa kontak-kontakan anytime.

Waduh. Kalau gitu, bahaya dong, rentan terjangkit CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)? Lagi-lagi, kendali ini ada pada diri kita. It takes two for tango. Buat manusia dewasa seperti saya (dan mantan) memang dibutuhkan kedewasaan diri. Bagaimana menjaga marwah kita untuk tidak terjerumus dalam affair. Istilahnya, yuk lahh..... dulu mantan, sekarang jadi teman.

Tanamkan logika ini saja lah. saya sebagai istri, tentu tidak suka kalau suami saya berselingkuh, kan? Pun sebagai perempuan, tentu saya tidak ingin men-trigger air mata perempuan lain. Ya sudah, se-simpel itu.

Ndilalah, para mantan saya ini kok ya tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang hebat (secara karir). Ada yang jadi pengusaha properti, pemilik start up Peer to peer lending, ada yang jadi boss di korporasi multinasional, macam-macam! Saya juga beberapa kali "memberdayakan" para mantan itu, untuk urusan duniawi.

Menikmati Soto khas Jogja 
Menikmati Soto khas Jogja 

Misalnya. Waktu itu, saya dan beberapa teman lagi ada keperluan ke Jogja, tapi uang saku udah tiris banget. Mantan saya (domisili di Jakarta tapi punya property di Jogja) dengan senang hati menawari, "Ya udah Rul. Kalau mau nginep di guest house-ku aja. Ntar abis gini aku kirim nomor kontak timku yang ngelola Guest House di Jogja ya." Lumayan, kan?

Trus, pernah juga sejumlah mantan yang pegang perusahaan multinasional, berkirim email. "Rul, kamu jadi blogger kan sekarang? Bisa tulis review tentang profil perusahaan kami, kan? Atau kamu koordinir temen-temen content creator juga sekalian."

Nah. Tawaran semacam ini kan mubadzir kalau diabaikan. Yang jelas, ya itu tadi. Butuh kedewasaan dan sikap "eling" tingkat tinggi. Saya berkomunikasi (sedapat mungkin) sebatas urusan kerjaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun