Mohon tunggu...
Nurul Rahmawati
Nurul Rahmawati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger bukanbocahbiasa.com | IG @bundasidqi | Twitter @nurulrahma

Halo! Saya Ibu dengan anak remaja, sering menulis tentang parenting for teens. Selain itu, sebagai Google Local Guides, saya juga kerap mengulas aneka destinasi dan kuliner maknyus! Utamanya di Surabaya, Jawa Timur. Yuk, main ke blog pribadi saya di www.bukanbocahbiasa.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bahagia Melihat Orang Bahagia

7 Agustus 2019   10:49 Diperbarui: 25 Juni 2021   09:47 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahagia Melihat Orang Bahagia | Dokpri

Ini bukan tidak mungkin. Orang-orang beriman merasakan itu. Ketika dunia dilihatnya hal remeh temeh dan senda gurau saja. Ketika akhirat sudah menjadi tujuannya. 

Baca juga: Maukah Menjadi Orang Bahagia?

Maka tak ada beban pada dirinya atas nikmat lebih yang dimiliki oleh orang lain. Tidak ada kesusahan baginya atas apa yang tidak diperolehnya. 

Mereka sangat takut dengan bahaya penyakit hati iri dan dengki. Dimana ia dapat menghapus amal seperti api melalap kayu kering. Karenanya mereka sangat menghindarinya dan mengisi rasa hatinya dengan turut berbahagia ketika melihat orang lain bahagia.

Sedangkan bahagia bagi pribadinya adalah ketika Allah memberikan kemampuan beramal sholeh. Sedihnya adalah ketika ia lalai dari beramal akhirat. 

Mereka telah mencukupkan dirinya dengan itu semua. Allah ta'ala berfirman: "Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan ia adalah mukmin, maka mereka itulah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik." (Al-Israa': 19)

Semoga kita termasuk diantara mereka. Wallahu A'lam Bisshowab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun