Kami dipersilakan mengenakan jaket yang berwarna kuning, senada dengan jilbab saya :D
Lalu.. Masuk ke dalam lagi.... Duh, hidungku ini sudah mulai semriwiiiiingggg..... Dingiiiin bangeeeett, saya begidik... tulang belulang seolah mau prothol dari sendinya.
Bolak-balik saya lompat lompat dan menggosok-gosokkan telapak tangan.
"Mbaaaa.... Lebih dingin mana, di sini atau pas sampeyan traveling ke Amerika?" Mbak Yuniari Nukti, founder komunitas Ning Blogger Surabaya menanyai saya.
"Waaaah, lebih dingin di sini bangeeeett mbaaa, ini kan suhunya minus. Kalo di Amrik waktu itu sebelas derajat tapi enggak minus... brrrr brrrrr..." bolak-balik saya loncat, untuk menghalau rasa dingin.
"Sudah Bu Anis.... Ini saya kedinginan bangeeett, yuk kita keluar dari storage room yuuukk...." pinta saya, sambil semi-merengek ala bocah TK.
***
Sehabis dihajar dingin yang menggila, perut pun mulai tarakdungcess. Baik banget tim Kompasiana dan Campina, yang kemudian mengajak kami untuk lunch.Â
Super istimewa, lantaran menu yang disajikan dalam lunch adalah masakan untuk vegetarian! Kenapa sih, kok Campina sampai keukeuh menerapkan prinsip "Say NO to makanan berbahan daging"? Ternyata proses pengiriman dan pengolahan daging itu butuh perjalanan dan energi yang luar biasa, sehingga menambah global warming.Â
Kalau karyawan satu pabrik pegang komitmen untuk jadi vegetarian, ya kebayang sih... kontribusinya untuk mengendalikan global warming.